Selasa, 06 Mei 2014

Something About (Judge)

Aku sadar selama ini aku dinilai tapi tak pernah diberi kesempatan untuk menjelaskan bahwa penilaian mereka terkadang keliru. Selalu dinilai, seolah aku tak punya hak untuk balik menilai.

Judge itu tajam sekaligus kejam. Seakan memang mutlak dan harga mati. Seolah lebih shahih dari hadits nabi. Dan semua orang menelan bulat-bulat judge itu. Padahal judge itu mungkin hasil transformasi kurang-tambah-kali-bagi dari mulut ke mulut. Mereka percaya bahwa judge itu sepenuhnya aku.

Lalu aku bisa apa?
Disini aku hanya bisa diam. Mendekap sunyi yang masih mau bersahabat. Merangkul perih yang senantiasa setia. Keduanya tak berkata, tetapi setidaknya mempercayaiku secara utuh daripada penilaian orang-orang.

Sementara disini aku bisa apa?
Memperbaiki diri? memulai dramaturgi yang canggung dan kaku agar mereka senang? agar mereka bahagia?  agar mereka masih percaya bahwa kenormalan itu masih ada dalam jiwa dan jasadku.

Sementara disini aku bisa apa?
Mencari-cari lagi kesempatan yang menahun harus kuabaikan karena aku terlanjur takut, terlalu paranoid atas ketidaksamaan?

Sementara disini aku bisa apa?
Membujuk Tuhan mengabulkan permintaanku untuk dilahirkan kembali sebagai manusia ceria yang mereka harapkan? atau belajar gigih memalsukan senyum dan mengintensifkan basa-basi yang mungkin tak berfaedah?

Sementara disini aku bisa apa?
Lingkaran yang mereka ukir demikian utuh. Demikian tegas. Dan aku diluar lingkaran itu selalu penuh ragu untuk masuk. Terlalu lambat untuk bergabung. Terlalu berbeda untuk menjadi bagian mereka.

Lama-lama aku terbiasa kesepian. Terbiasa sendiri. Terbiasa dengan keanehan yang melekat. Dan hanya bisa menahan perasaan ketika mereka mengacungkan telunjuk, menuding, berpendapat, berkoar, lalu mengambil kesimpulan tergopoh-gopoh tentangku.

Sekarang, biar saja begini, biar saja semua penilaian itu. biar saja semua asumsi dangkal itu. Bukankah sudah kurelakan semua kesempatan terenggut?

Inilah aku adanya, kurang dan lebih biarlah seolah milik mereka yang menilai.

Namun sejatinya, yang pasti dan mutlak: Kolaborasi jasad dan ruh ini hanya milik Sang pemilik hidup dan semesta, bukan milik mereka yang selalu menilai tapi lupa bercermin.

Yatt, 
Mei 2014