ForeWord:
Sebenarnya ini adalah tugas akhir matakuliah sosiologi gender saya di semester 6, agak ribet juga waktu ngerjainnya, soalnya waktu itu saya masih awam dengan istilah uberseksual, Taunya sih, istilah metroseksual yang dicontohkan pria-pria cenderung wanita boyband asal negeri ginseng itu *nunduk minta maap sama para fans K-pop
Tapi setelah ngerjain akhirnya tau, bahwa uberseksual itu memiliki nilai lebih ketimbang pria metroseksual dan bolehlah dijadikan kriteria pendamping hidup.
bagi temen-temen yang mau ngambil matakuliah gender atau ada tugas terkait ini. Boleh kok dijadikan referensi. asal jangan bulet-bulet COPAS. usaha dikit. ingatlah bahwa yang usaha itu hasilnya lebih memuaskan.
okelah, langsung aja, cekidot,
by : fitri yati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kebanyakan orang pasti tidak asing
lagi dengan istilah pria metroseksual. Pria metroseksual digambarkan sebagai
pria yang mengutamakan penampilan fisiknya, termasuk peduli pada bentuk tubuh
yang bagus, rambut yang indah, kuku yang terawat, kulit wajah yang mulus dan
sebagainya. Akan tetapi, era para pria
metroseksual dewasa ini kian meredup seiring semakin didengungkannya istilah
pria uberseksual sebagai sosok lelaki yang ideal. Era pria metroseksual kini
digantikan dengan pria uberseksual.
Istilah uberseksual bukan sebuah
kelainan seksual yang diderita oleh kaum laki-laki melainkan sebuah istilah
untuk melabelkan laki-laki berdasarkan karakter
yang melekat pada dirinya. Tidak hanya berkutat dalam karakter fisik layaknya
pria metroseksual, uberseksual juga dimaksudkan untuk menyebut laki-laki dengan karakter dan kepribadian yang unggul. Uberseksual
memandang bahwa penampilan fisik tidak lagi menjadi ukuran yang absolut, meskipun
juga dianggap penting. Uberseksual lebih berorientasi kepada diri, inner beauty
(ketampanan dari dalam).
Jika
metroseksual lebih menggambarkan sosok lelaki dengan nilai estetika tinggi, dan
memuja penampilan fisik serta sangat merawat diri, maka uberseksual adalah
versi 'dewasa' dari pria metroseksual. Fenomena pria metroseksual tak lepas
dari booming industri kecantikan dan fashion yang merambah pasar kaum lelaki,
sementara uberseksual tak cukup hanya tampan, kaya, wangi, dan necis semata,
melainkan juga perlu isi otak dan karya nyata. Pria uberseksual selalu mengedepankan
sikap humanis, mengisi waktu dengan melatih otak membaca buku dan diskusi serta
mementingkan Inner-handsome-ness alias
ketampanan dalam diri dibanding dengan ketampanan fisik. Jika pria metroseksual selalu
terobsesi pada citra diri dan gaya hidup, maka pria uberseksual kerap terusik
oleh situasi politik dan peristiwa besar di dunia, jika pria metroseksual sibuk
merawat rambut mereka, maka pria uberseksual sibuk merawat intelektualitas
mereka. Intinya,
pria uberseksual memilih untuk menampilkan diri dengan aura pesona dan
kharisma.
Uberseksual juga merupakan kombinasi antara sifat-sifat
feminin dan maskulin, nilai-nilai tradisional klasik dan intelektualitas.
Uberseksual dianggap sebagai gambaran tentang lelaki ideal di masa mendatang.
Uberseksual hanya bisa dilekatkan pada tipikal pria percaya diri tetapi
memiliki hati. Sebuah kombinasi yang aneh tetapi juga merupakan sifat-sifat
esensial yang mebuatnya diburu kaum perempuan. Ciri-ciri yang menonjol dari
pria tipe ini adalah memiliki rasa percaya diri yang kuat, cerdas, tanpa kompromi,
dinamis, maskulin, atraktif, stylish, serta memiliki komitmen kuat untuk
melakukan hal yang berkualitas di semua bidang kehidupan, namun tetap hangat.
Pria uberseksual mengetahui mana yang baik dan buruk, dan berani mengambil
keputusan tegas di tengah hujan kritik.
Barack Obama, Presiden Amerika
Serikat saat ini digambarkan sebagai salah satu sosok pria uberseksual. Walaupun
penampilan Obama jauh dari kesan kekar, namun dalam balutan jas, ia adalah
seorang pria yang enak dipandang mata. Ia pun dipandang 'macho' dan 'gentle'
dengan segala pemikirannya, percaya dirinya, dan patriotismenya terhadap
negaranya. Ia juga sangat mencintai keluarganya.
Semakin seringnya istilah pria
uberseksual didengungkan untuk melabelkan pria yang dianggap ideal mnimbulkan
berbagai pandangan, termasuk pandangan sosiologi gender. Setelah sebelumya pria
metro seksual dipandang sebagai salah satu fenomena bias gender, kali ini tipe
pria uberseksual juga mempunyai pandangan tersendiri dalam analisa sosiologis
khususnya analisa sosiologi gender. Hal inilah yang melatar belakangi
penyusunan makalah ini. yakni pria uberseksual dan analisa gender.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa
yang dimaksud pria uberseksual?
·
Bagaimana
karakteristik pria uberseksual?
·
Bagaimana
analisis gender mengenai pria uberseksual?
1.3 Tujuan
Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas pribadi sosiologi gender serta untuk mengetahui bagaimana pandangan
dan analisis sosiologi gender terhadap perkembangan pria uberseksual yang sedang
banyak dibicarakan dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Uberseksual
Kata uberseksual berasal dari gabungan kata uber dan
seksual. Istilah uber berasal dari bahasa Jerman. Uber dalam
kosakata Jerman yang berarti ‘di atas’ atau ‘superior’. Sedangkan seksual berasal dari bahasa Latin (sexus =
gender). Sehingga, konsep uberseksual menitikberatkan pada keunggulan
kualitatif. Contoh
penggunaan kata “uber” bisa kita lihat pada semboyan Hitler Deutchland uber alles (Jerman di atas segalanya). Berarti,
arti lelaki uberseksual kurang lebih adalah “lelaki yang mempunyai
karakter-karakter unggul dan superior”. Wordspy.com mendefisikan “uberseksual”
sebagai “A heterosexual man who is
masculine, confident, compassionate, and stylish.” Sedangkan Macmillan
English Dictionary mendefinisikannya sebagai “a heterosexual male who is both confident and compassionate and has a
strong interest in good causes and principles.”
Pria uberseksual, menurut Marian Salzman-Kepala
Riset di Euro RSCG-, adalah pria yang
menggunakan aspek positif maskulinitas (kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kepedulian
terhadap orang lain) dalam kehidupannya. Karakter paling kuat dari seorang
pria uberseksual adalah sangat peduli pada nilai dan prinsip hidup. Sehingga tidak salah jika tipe ini
lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya di jeda-jeda waktu kosong
yang dimiliki. Yang
perlu diingat, bahwa pria uberseksual bukan berarti tidak menarik secara
penampilan. Aura yang memancar menjadi suatu kutub magnet yang alami. Mereka
elegan dengan tampilan sederhana sekalipun.
Menurut sebuah riset di Euro RSCG, bahwa pria masa depan
adalah Uberseksual.
Pria
uberseksual umumnya kurang peduli dengan mode dan fashion tetapi mereka lebih
cenderung mengembangkan gaya sendiri dan konsisten dengan gaya tersebut. Mereka
memiliki sesuatu yang mereka sebut sebagai M-ness, yaitu sisi maskulinitas yang
menggabungkan antara kekuatan, kehormatan dan karakter, namun tetap memiliki
sikap positif yang terkait dengan perempuan seperti merawat tubuh, suka
berbicara dan bekerjasama. Pada dasarnya, Mereka tetap
menjaga penampilan namun tidak dalam kadar yang berlebihan. Mereka beranggapan
Kualitas seseorang pria uberseksual tak bisa dinilai dari penampilan khusus
luarnya saja. Pria uberseksual tidak harus tampan secara fisik namun matang
secara fikiran. Bisa dikatakan yang membuat mereka menonjol adalah
kepeduliaannya terhadap sesama dan kepercayaan diri yang tinggi meski secara
fisik tak terlalu istimewa.
2.2
Karakteristik Pria Uberseksual
Pria
Uberseksual pada umumnya di memiliki karakteristik sebagai berikut :
·
Pria uberseksual lebih bergairah
pada masalah bisnis, politik dan dunia atau urusan global dan tidak terlalu
peduli dengan penampilan dan diri sendiri
·
Pria uberseksual sangat menghormati
perempuan , tapi lebih cenderung bergaul
dan memilih pria sebagai sahabat terbaiknya.
·
Pria uberseksual mengikuti
pengalaman dan sebab musabab serta alasan-alasan.
·
Pria uberseksual sangat peduli pada
masalah di lingkungan sekitarnya dan tidak selalu memikirkan diri sendiri.
·
Pria uberseksual secara emosional
selalu bersikap terbuka dan bersedia membantu sesama yang membutuhkan.
·
Pria uberseksual menginvestasikan
uangnya untuk strategi bisnis namun tidak terlalu berorientasi pada kekayaan
materi.
·
Pria uberseksual terobsesi pada
kualitas dan selalu menjunjung tinggi integritas.
·
Pria uberseksual berusaha untuk mengikuti perkembangan dunia
sosial politik terbaru
·
Pria
uberseksual merawat wajah seperlunya yang penting terlihat bersih dan berolahraga
untuk menjaga kesehatan. Tubuh yang bagus dianggap sebagai bonus dari usahanya
ini.
·
Pria
uberseksual terlihat lebih sensual ketimbang seksi, tanpa perlu berusaha
terlalu keras.
·
Pria
uberseksual mendapat pengetahuan seputar desain dan seni dari pengalaman
traveling.
·
Pria
uberseksual memilih acara charity
sebagai social event yang suka
dihadirinya.
·
Pria
uberseksual tidak terobsesi pada pribadi yang sempurna, mereka lebih senang
jika dianggap menarik dan berkualitas.
2.3 Analisis Gender
Terhadap Pria Uberseksual
Beragam sikap dan respon
masyarakat terhadap munculnya tipe pria yang berbeda dan tidak dalam lingkup
sebagai pria biasa. Munculnya kategori pria pria yang disebut metroseksual,
uberseksual, homoseksual dan lainnya turut pula menimbulkan beragam tanggapan
dalam masyarakat. Begitu pula yang terjadi dengan pria uberseksual. Sikap dan
respon yang muncul dalam masyarakat terhadap pria dengan kategori uberseksual
dipengaruhi oleh bagaimana pandangan masyarakat tentang gender. Terutama
anggota masyarakat yang laki-laki seperti pria metroseksual dan uberseksual.
Dalam sistem norma masyarakat,
terdapat harapan-harapan sebagaimana seharusnya masyarakat bersikat, termasuk bagaimana
seorang laki-laki dan perempuan bersikap. Norma tersebut menjadi tolak ukur
bagaimana seorang lelaki bersikap sebagai “pria” sejati dan ideal yang kemudian
dikenal degan stereotip gender. Strereotip peran gender meliputi informasi tentang penampilan fisik , sikap,
minat, dan kepribadian, serta relasi sosial dan pekerjaan yang terkadang selalu
dihubungkan dengan masalah gender. Bagaimana menjadi pria dan wanita telah
diterima individu sejak ia lahir dan sosilalisasi yang gender lakukan melalui
agen sosialisasi gender yaitu keluarga, teman bermain, media massa. Para agen
sosiologi gender merupakan tempat gender diperkenalkan pada masyarakat luas.
Hal-hal tentang gender selalu hadir ditengah-tengah percakapan dan terkadang
tidak jarang menjadi akar perselisihan. Gender juga dapat menjelaskan semuanya,
mulai dari gaya mengemudi hingga pilihan makanan. Pengaruh gender tertanam kuat
di dalam berbagai institusi, tindakan, keyakinan, dan keinginan sehingga
seringkali dianggap sebagai suatu yang wajar.
Ide-ide yang terlalu umum sifatnya seringkali dianggap benar.
Perbedaan hakiki yang menyangkut
jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat. Akan tetapi perbedaan gender karena
bertumpu pada fakta-fakta sosial dan sejarah. Sejarah perbedaan gender antara
pria dan wanita terjadi melalui proses yang panjang. Terbentuknya perbedaan
gender yang dikarenakan banyak hal meliputi
bentukan, sosialisasi, dan kontruksi secara sosial,cultural, serta
ajaran agama. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya
dianggap ketentuan Tuhan, seolah-olah bersikap biologis yang tidak dapat diubah
lagi sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat
laki-laki dan perempuan.
Seiring berjalannya waktu,
strereotip gender di berbagai tempat di belahan dunia mengalami pergeseran.
Lelaki dan perempuan tidak lagi dpandang secara kaku sebagaimana kontruksi
gender tradisional memandangnya. Lelaki dan perempuan terkadang dapat dapat
bertukar peran dalam berbagai hal. Pergeseran ini timbul karena adanya
pengetahuan mengenai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian
disebut dengan kesadaran gender (gender
awareness). Salah satu ciri dari seseorang degan kesadaran gender yang
tinggi yaitu memahami bahwa pembeda gender merupakan perbedaan antara laki-laki
dan perempuan yang bersifat sosiokultural dan dapat berubah sewaktu-waktu dan
memandang perbedaan itu secara kodrati.
Pria uberseksual dianggap sebagai
pria dengan karakteristik “sangat lelaki”. Dalam pandangan strereotip gender,
pria uberseksual dipandang sebagai salah satu konsep pria maskulin. Pria
maskulin digambarkan dengan karakteristik seperti rasa percaya diri yang tinggi
serta memancarkan karisma. Hal ini memiliki perbedaan yang jelas dengan pria-
pria metroseksual yang sempat hangat diperbincangkan ditengah masyarakat. Pria
metroseksual berkarakteristik dengan penampilan fisik yang sempurna dan lebih
menonjolkan sisi feminim.
Beragam respon yang muncul
ditengah-tengah masyarakat terhadap munculnya tipe pria uberseksual yang kini
meredupkan pamor pria metroseksual sebagai cermin sebagai pria urban. Hal ini
bersumber dari bagaimana masyarakat memandang seharusnya laki-laki bersikap
sebagai lelaki berdasarkan acuan norma yag berlaku di masyarakat.
Pria uberseksual dengan dominasi
sikap yang fositif dipandang sebagai sosok pria ideal masa kini secara sikap,
intelektualitas dan kepedulian sosial. akan tetapi pria uberseksual juga tidak
terlepas dari sisi feminism yang biasanya melekat dan dimiliki kaum perempuan.
Sisi feminim yang dimiliki oleh tipe pria uberseksual cenderung mengarah dalam
hal-hal cara mereka bersikap bukan dalam tindakan dan bahsa tubuh (misalnya bahasa
tubuh wanita feminin ialah gaya jalan mereka yang berlenggak-lenggok dan cara
mereka yang terobesi dengan kecantikan dan perawatan tubuh secara total), akan
tetapi sisi feminin para pria uberseksual mengarah pada cara mereka bersikap,
yakni sikap hangat, peduli sesama, dan perasaan yang peka yang umumnya dimiliki
oleh kaum perempuan.
Pada awal kemunculannya pria
metroseksual dianggap sebagai sosok pria seksi. Namun dengan berakhirnya masa
kemasyuran pria metroseksual yang kini digantikan kemunculan pria uberseksual,
maka terminologi seksi
perlu diredefinisi kembali atau paling tidak mengalami perluasan
makna. Dunia membutuhkan ‘pria-pria seksi’ dalam arti lain, yaitu pria-pria yang
memberikan kontribusi konkritnya demi kehidupan yang lebih baik. yaitu
pria-pria yang tidak hanya menarik secara penampilan, cerdas secara pemikiran,
namun juga kokoh dalam keimanan
dan memiliki spiritualitas tinggi.
Penelitian
tentang pria uberseksual pernah dilakukan pada tahun 2005 dan melibatkan lebih
dari duapuluh ribu pria di Amerika. Penelitian ini dilakukan oleh salah salah
seorang sosiolog amerika bernama Marian Salzman, bersama Ira Matathia, dan Ann
O’Relly. Dari hasil penelitian ini mereka akhirnya menerbitkan sebuah buku
berjudul The Future Men. buku itu
menasbihkan bahwa lelaki masa depan adalah para lelaki uberseksual.
Pria
uberseksual adalah tipe pria layaknya pria metroseksual. Akan tetapi pria
metroseksual adalah tipe pria stylish.
Mereka adalah pria yang mengikuti mode, rutin ke salon, dan rela menghabiskan
ratusan ribu rupiah demi menjaga penampilannya agar tetap keren dan cool. Istilah pria seksual juga
pertamakali dicetuskan oleh Marian Salzman. Namun pada akhirnya Marian Salzman
juga yang meredupkan istilah ini. Ia berkesimpulan bahwa era metroseksual sudah
tamat. Sekarang dan masa depan, adalah era para lelaki uberseksual.
Pria
uberseksual adalah pria yang menggunakan aspek positif maskulinitas, seperti
kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap orang lain di
kehidupannya. Pria uberseksual sangat peduli pada nilai-nilai dan prinsip
hidupnya. Pria jenis ini lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya di
sela-sela waktu kosong yang ia miliki. Masyarakat dunian pada umumnya jauh
lebih berharap kepada pria yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan mengikuti
banyak pelatihan, mencermati perkembangan terakhir yang ada di dunia ini, dan
menganalisis berbagai peristiwa daripada mereka yang sibuk berhura-hura, pergi
ke salon, menata rambut, mempermak wajah, dan memperkaya aksesorisnya.
Masyarakat dunia juga membutuhkan seorang pria yang peduli akan lingkungannya,
kepada permasalahan bangsanya, ketimbang pria yang menghabiskan uangnya untuk
mempercantik kulitnya.
Pria
uberseksual dipandang mengetahui mana yang baik dan buruk, dan berani mengambil
keputusan tegas dan berani menerima kritik. Mereka juga mempunyai rasa percaya
diri yang kuat, cerdas, tanpa kompromi, dinamis, maskulin, atraktif, stylish,
serta memiliki komitmen kuat melakukan hal berkualitas di semua lini kehidupan.
Pria uberseksual stylish dalam makna yang berbeda. Kesibukannya memikirkan umat
manusia tidak melalaikan mereka dari merawat dirinya sendiri namun tidak dalam
kadar yang berlebihan.
Oleh
karena itu pria uberseksual disebut-sebut tipe “dewasa” dari pria metroseksual.
Mereka menyisir rambut mereka dan memakai baju rapi, tetapi mereka juga
menganggap persoalan korupsi di Indonesia jauh lebih penting dibanding sekadar
meributkan baju mana yang cocok untuk hari ini. Jika pria metroseksual ingin
menarik perhatian para wanita, pria uberseksual sangat menghormati wanita.
Keunikan yang dimiliki pria uberseksual ialah, meskipun pria uberseksual
memandang bahwa wanita adalah “saudara kandungnya”, mereka lebih memilih pria
sebagai sahabat-sahabat terdekatnya. jika pria metroseksual membelanjakan uangnya
untuk ke salon atau bersenang-senang di mall, pria uberseksual menginvestasikan
uangnya di bisnis, lembaga sosial, atau keagamaan. Jika pria metroseksual lebih
nyaman berada di gym untuk membentuk ototnya, pria uberseksual lebih senang
menjejakkan kakinya ke lumpur, berkutat dengan masalah erosi pantai. Jika pria
metroseksual memperbincangkan masalah mode terbaru, pria uberseksual
memperbincangkan masalah demoralisasi yang kian marak pada bangsa ini. Jika
pria metroseksual lebih memilih berhura-hura di akhir pekannya, pria
uberseksual menyambangi perpustakaan untuk mengisi otaknya dengan berbagai
wawasan.
Pria
uberseksual meski dianggap sebagai pria dewasa, yang tegas, kukuh, dan kuat
dalam meyakini prinsip-prinsip hidupnya, mereka juga adalah pria-pria yang
hangat dan tidak kaku. Mereka tidak menangis jika menonton sinetron-sinetron
kacangan di TV atau ditolak oleh wanita yang dicintainya, tapi mereka akan
menangis jika melihat ketidakadilan terjadi di mana-mana, atau sangat terharu
jika ada bencana alam yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang miskin.
Mereka begitu peduli dengan orangtuanya dan kawan-kawannya.
Pria
uberseksual membedakan dirinya dengan tipe-tipe pria lain berdasarkan
kepribadian mereka yang unggul dibanding pria-pria lainnya. Jika pria
metroseksual menunjukkan keunggulan mereka dalam hal ragawi, maka pria
uberseksual menunjukkan keunggulan dalam hal inner handsomeness. Mereka juga menjunjung tinggi integritas dan
berorientasi pada bisnis bukan pada hal yang berbau perawatan fisik.
Salah satu
contoh pria uberseksual saat ini adalah Bono U2. Pria yang bernama asli Paul
David Hewson ini sangat stylish,
kaya, dan terkenal. Profesinya utamanya
memang sebagai vokalis U2. Namun Bono tidak berhenti sampai di situ. Ia
berbuat untuk dunia. Ia memanfaatkan uang dan ketenarannya untuk membuat dunia
jadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Bono mendirikan “DATA”, yang
merupakan singkatan dari Debt, AIDS, Trade in Africa (Utang, AIDS, Perdagangan
di Afrika). Fokus organisasi ini adalah membangkitkan kesadaran tentang apa
yang diklaimnya sebagai utang Afrika yang tidak dapat dibayar, penyebaran AIDS
yang tak terkendali, dan aturan-aturan perdagangan yang merugikan rakyat miskin
benua itu
Bersama
Rogan Gregory, Bono meluncurkan EDUN, merek yang sadar sosial. Ia pernah
berpidato di acara pelantikan Paul Martin sebagai Perdana Menteri Kanada dan
mendorong Kanada untuk ikut mengatasi krisis global. Bono juga mendampingi
George W Bush dalam pidato di Gedung Putih tentang bantuan $5 milyar untuk
negara-negara termiskin di dunia. Ia berperan besar dalam mengorganisasikan
Live 8, sebuah rangkaian konser di seluruh dunia untuk menggugah para pemimpin
dunia menggelar pertemuan negara-negara industri Kelompok Delapan. John William
Snow, mantan menteri Keuangan AS, pernah berkomentar tentang Bono di ABC This
Week, “Saya mengagumi dia. Dia banyak
berbuat baik dalam pembangunan ekonomi dunia ini”. Pada Desember 2005, Bono
terpilih oleh TIME sebagai Tokoh Tahun Ini, bersama-sama dengan Bill Gates dan
istrinya, Melinda Gates. Pada Februari 2006, Bono menjadi salah satu dari 150
kandidat penerima Nobel Perdamaian yang akhirnya anugerah itu diserahkan kepada
Muhammad Yunus dengan Bank Grameennya.
Dari sosok
Bono sebagai salah satu pria uberseksual, kita dapat melihat jelas bagaimana kualitas
seorang pria uberseksual. Pria uberseksual kaya dan memanfaatkan kekayaannya
untuk kebaikan dunia. Mereka tenar dan memanfaatkan ketenarannya untuk mengajak
orang lain untuk berbuat baik. Mereka cerdas dan memanfaatkan kecerdasannya
untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Mereka stylish dan rapi, tetapi tidak
berlebihan. Mereka berhati hangat tetapi tidak cengeng. Mereka tidak hanya
memikirkan penampilannya, keluarganya, atau bisnisnya, tetapi juga memikirkan
bangsanya. Mereka memiliki mimpi-mimpi untuk dunia ini dan bekerja keras
mewujudkannya. Itulah para lelaki uberseksual. Itulah para lelaki masa depan.
Ditilik
dari sisi gender, pria Uberseksual
ini seolah mempunyai semangat untuk mengembalikan lelaki kepada koridor dimana
seharusnya mereka berada dan bersikap. Sebagai seorang lelaki boleh saja
memperhatikan penampilan dan kerapihan dan kewangian, tapi bukan berarti harus bersikap
kemayu dan mendayu-dayu. Pria tetap harus mampu menunjukkan kelelakiannya, sikap
tenang ini bukan tentang tindakan pamer kejantanan, tapi lebih ke kualitas
lelaki yang memang secara natural tidak boleh terlalu “halus”. Dalam pandangan
peran gender, pria dituntut harus maskulin. Para pria uberseksual mungkin juga
merawat kulit agar tampak bagus, tapi untuk alasan kesehatan dan kebersihan. Pria
uberseksual tidak memerlukan segala kosmetik, krim-krim, bahkan suntik botox.
Cukuplah dengan sabun wajah, after-shave cream, dan harum samar-samar sabun
mandi. Parfum dengan aroma maskulin bisa digunakan untuk kesempatan istimewa.
Mereka juga lebih mengedepankan kepercayaan diri dan kekuatan khas lelaki
sejati. Mereka tak segan-segan mengganti
ban pasangan atau mengutak-atik mesin mobil tanpa takut merusak penampilan
maskulin mereka. Pria uberseksual juga sangat memahami perempuan, dan yang lebih
penting lagi paham tentang konsep gender. Tahu dimana menempatkan perempuan,
tidak semata sebagai objek, apalagi objek seksual dan piala untuk dipamerkan
secara sosial.
Pria uberseksual tidak mesti sepenuhnya bermuka
tampan untuk jadi seorang uberseksual, karena perlu disadari bahwa ketampanan
adalah masalah nasib baik. Pria uberseksual hanya dituntut untuk sukarela
berpenampilan bersih dan wangi, mau berkomunikasi dan mendengarkan perempuan,
dan haruslah humoris. Pria yang humoris, kegantengannya akan naik beberapa
derajat. Perempuan dijamin lebih memilih pria berkadar ganteng rata-rata air
tapi humoris dan komunikatif daripada ganteng “sundul langit” tapi kaku,
serius, dan pendiam.
Pria uberseksual memengang prinsip hidup yang benar.
Mereka bukan tipe kapitalis yang hidupnya cuma untuk cari uang banyak-banyak
dan orientasi materi semata. Pria uberseksual mengetahui pasti apa yang ingin
mereka lakukan dalam hidup mereka, passion-nya,
juga cara bagaimana menikmati hidup. Entah dengan cara sesederhana melakukan
hobi, travelling, atau memulai sebuah tindakan nyata untuk menolong orang
banyak.
Contoh pria uberseksual lainnya seperti
Anies Baswedan dan Ridwal Kamil. Anies Baswedan, Rektor universitas paramadina dengan
visi besar Indonesia Mengajar-nya, atau Ridwal Kamil dengan desain arsitektur
berwawasan lingkungan dan gerakan urban farmingnya, adalah beberapa contoh
uberseksual lokal. Tio Pakusadewo yang bertato dan cenderung berantakan tapi
berkomitmen 100% pada seni peran juga bisa jadi contoh lelaki “utopis” ini.
Uberseksual bukanlah bukan pula
bersifat biologis. Layaknya gender sebagai kontruksi sosial yang dapat berubah dari
waktu ke waktu, uberseksual juga dapat dibentuk. Setiap lelaki mempunyai potensi
besar untuk menjadi uberseksual. Intinya bukan mereka “mampu”, tapi mereka “mau” untuk mengubah
diri menjadi lebih baik dan berkontribusi penuh tidak hanya di lingkungan keluarga,
tetapi juga dalam lingkup nasional.