Jumat, 07 Februari 2014

PRIA UBERSEKSUAL DAN ANALISIS GENDER

ForeWord:
Sebenarnya ini adalah tugas akhir matakuliah sosiologi gender saya di semester 6, agak ribet juga waktu ngerjainnya, soalnya waktu itu saya masih awam dengan istilah uberseksual, Taunya sih, istilah metroseksual yang dicontohkan pria-pria cenderung wanita  boyband asal negeri ginseng itu *nunduk minta maap sama para fans K-pop
Tapi setelah ngerjain akhirnya tau, bahwa uberseksual itu memiliki nilai lebih ketimbang pria metroseksual dan bolehlah dijadikan kriteria pendamping hidup.
bagi temen-temen yang mau ngambil matakuliah gender atau ada tugas terkait ini. Boleh kok dijadikan referensi. asal jangan bulet-bulet COPAS. usaha dikit. ingatlah bahwa yang usaha itu hasilnya lebih memuaskan.
okelah, langsung aja, cekidot,

by : fitri yati


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Kebanyakan orang pasti tidak asing lagi dengan istilah pria metroseksual. Pria metroseksual digambarkan sebagai pria yang mengutamakan penampilan fisiknya, termasuk peduli pada bentuk tubuh yang bagus, rambut yang indah, kuku yang terawat, kulit wajah yang mulus dan sebagainya.  Akan tetapi, era para pria metroseksual dewasa ini kian meredup seiring semakin didengungkannya istilah pria uberseksual sebagai sosok lelaki yang ideal. Era pria metroseksual kini digantikan dengan pria uberseksual.
Istilah uberseksual bukan sebuah kelainan seksual yang diderita oleh kaum laki-laki melainkan sebuah istilah untuk melabelkan laki-laki  berdasarkan karakter yang melekat pada dirinya. Tidak hanya berkutat dalam karakter fisik layaknya pria metroseksual, uberseksual juga dimaksudkan untuk menyebut laki-laki  dengan karakter dan kepribadian yang unggul. Uberseksual memandang bahwa penampilan fisik tidak lagi menjadi ukuran yang absolut, meskipun juga dianggap penting. Uberseksual lebih berorientasi kepada diri, inner beauty (ketampanan dari dalam).
Jika metroseksual lebih menggambarkan sosok lelaki dengan nilai estetika tinggi, dan memuja penampilan fisik serta sangat merawat diri, maka uberseksual adalah versi 'dewasa' dari pria metroseksual. Fenomena pria metroseksual tak lepas dari booming industri kecantikan dan fashion yang merambah pasar kaum lelaki, sementara uberseksual tak cukup hanya tampan, kaya, wangi, dan necis semata, melainkan juga perlu isi otak dan karya nyata. Pria uberseksual selalu mengedepankan sikap humanis, mengisi waktu dengan melatih otak membaca buku dan diskusi serta mementingkan  Inner-handsome-ness alias ketampanan dalam diri dibanding dengan ketampanan fisik. Jika pria metroseksual selalu terobsesi pada citra diri dan gaya hidup, maka pria uberseksual kerap terusik oleh situasi politik dan peristiwa besar di dunia, jika pria metroseksual sibuk merawat rambut mereka, maka pria uberseksual sibuk merawat intelektualitas mereka. Intinya, pria uberseksual memilih untuk menampilkan diri dengan aura pesona dan kharisma.
Uberseksual  juga merupakan kombinasi antara sifat-sifat feminin dan maskulin, nilai-nilai tradisional klasik dan intelektualitas. Uberseksual dianggap sebagai gambaran tentang lelaki ideal di masa mendatang. Uberseksual hanya bisa dilekatkan pada tipikal pria percaya diri tetapi memiliki hati. Sebuah kombinasi yang aneh tetapi juga merupakan sifat-sifat esensial yang mebuatnya diburu kaum perempuan. Ciri-ciri yang menonjol dari pria tipe ini adalah memiliki rasa percaya diri yang kuat, cerdas, tanpa kompromi, dinamis, maskulin, atraktif, stylish, serta memiliki komitmen kuat untuk melakukan hal yang berkualitas di semua bidang kehidupan, namun tetap hangat. Pria uberseksual mengetahui mana yang baik dan buruk, dan berani mengambil keputusan tegas di tengah hujan kritik.
Barack Obama, Presiden Amerika Serikat saat ini digambarkan sebagai salah satu sosok pria uberseksual. Walaupun penampilan Obama jauh dari kesan kekar, namun dalam balutan jas, ia adalah seorang pria yang enak dipandang mata. Ia pun dipandang 'macho' dan 'gentle' dengan segala pemikirannya, percaya dirinya, dan patriotismenya terhadap negaranya. Ia juga sangat mencintai keluarganya.
Semakin seringnya istilah pria uberseksual didengungkan untuk melabelkan pria yang dianggap ideal mnimbulkan berbagai pandangan, termasuk pandangan sosiologi gender. Setelah sebelumya pria metro seksual dipandang sebagai salah satu fenomena bias gender, kali ini tipe pria uberseksual juga mempunyai pandangan tersendiri dalam analisa sosiologis khususnya analisa sosiologi gender. Hal inilah yang melatar belakangi penyusunan makalah ini. yakni pria uberseksual dan analisa gender.
1.2  Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud pria uberseksual?
·         Bagaimana karakteristik pria uberseksual?
·         Bagaimana analisis gender mengenai pria uberseksual?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pribadi sosiologi gender serta untuk mengetahui bagaimana pandangan dan analisis sosiologi gender terhadap perkembangan pria uberseksual yang sedang banyak dibicarakan dewasa ini.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Uberseksual
Kata uberseksual berasal dari gabungan kata uber dan seksual. Istilah uber berasal dari bahasa Jerman. Uber dalam kosakata Jerman yang berarti ‘di atas’ atau ‘superior’. Sedangkan seksual berasal dari bahasa Latin (sexus = gender). Sehingga, konsep uberseksual menitikberatkan pada keunggulan kualitatif. Contoh penggunaan kata “uber” bisa kita lihat pada semboyan Hitler Deutchland uber alles (Jerman di atas segalanya). Berarti, arti lelaki uberseksual kurang lebih adalah “lelaki yang mempunyai karakter-karakter unggul dan superior”. Wordspy.com mendefisikan “uberseksual” sebagai “A heterosexual man who is masculine, confident, compassionate, and stylish.” Sedangkan Macmillan English Dictionary mendefinisikannya sebagai “a heterosexual male who is both confident and compassionate and has a strong interest in good causes and principles.”
Pria uberseksual, menurut Marian Salzman-Kepala Riset di Euro RSCG-, adalah pria yang menggunakan aspek positif maskulinitas (kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap orang lain) dalam kehidupannya. Karakter paling kuat dari seorang pria uberseksual adalah sangat peduli pada nilai dan prinsip hidup. Sehingga tidak salah jika tipe ini lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya di jeda-jeda waktu kosong yang dimiliki. Yang perlu diingat, bahwa pria uberseksual bukan berarti tidak menarik secara penampilan. Aura yang memancar menjadi suatu kutub magnet yang alami. Mereka elegan dengan tampilan sederhana sekalipun. Menurut sebuah riset di Euro RSCG, bahwa pria masa depan adalah Uberseksual.
Pria uberseksual umumnya kurang peduli dengan mode dan fashion tetapi mereka lebih cenderung mengembangkan gaya sendiri dan konsisten dengan gaya tersebut. Mereka memiliki sesuatu yang mereka sebut sebagai M-ness, yaitu sisi maskulinitas yang menggabungkan antara kekuatan, kehormatan dan karakter, namun tetap memiliki sikap positif yang terkait dengan perempuan seperti merawat tubuh, suka berbicara dan bekerjasama. Pada dasarnya, Mereka tetap menjaga penampilan namun tidak dalam kadar yang berlebihan. Mereka beranggapan Kualitas seseorang pria uberseksual tak bisa dinilai dari penampilan khusus luarnya saja. Pria uberseksual tidak harus tampan secara fisik namun matang secara fikiran. Bisa dikatakan yang membuat mereka menonjol adalah kepeduliaannya terhadap sesama dan kepercayaan diri yang tinggi meski secara fisik tak terlalu istimewa.

2.2 Karakteristik Pria Uberseksual
Pria Uberseksual pada umumnya di memiliki karakteristik sebagai berikut :
·         Pria uberseksual lebih bergairah pada masalah bisnis, politik dan dunia atau urusan global dan tidak terlalu peduli dengan penampilan dan diri sendiri
·         Pria uberseksual sangat menghormati perempuan , tapi lebih cenderung  bergaul dan memilih pria sebagai sahabat terbaiknya.
·         Pria uberseksual mengikuti pengalaman dan sebab musabab serta alasan-alasan.
·         Pria uberseksual sangat peduli pada masalah di lingkungan sekitarnya dan tidak selalu memikirkan diri sendiri.
·         Pria uberseksual secara emosional selalu bersikap terbuka dan bersedia membantu sesama yang membutuhkan.
·         Pria uberseksual menginvestasikan uangnya untuk strategi bisnis namun tidak terlalu berorientasi pada kekayaan materi.
·         Pria uberseksual terobsesi pada kualitas dan selalu menjunjung tinggi integritas.
·         Pria uberseksual berusaha untuk mengikuti perkembangan dunia sosial politik terbaru
·         Pria uberseksual merawat wajah seperlunya yang penting terlihat bersih dan berolahraga untuk menjaga kesehatan. Tubuh yang bagus dianggap sebagai bonus dari usahanya ini.
·         Pria uberseksual terlihat lebih sensual ketimbang seksi, tanpa perlu berusaha terlalu keras.
·         Pria uberseksual mendapat pengetahuan seputar desain dan seni dari pengalaman traveling.
·         Pria uberseksual memilih acara charity sebagai social event yang suka dihadirinya.
·         Pria uberseksual tidak terobsesi pada pribadi yang sempurna, mereka lebih senang jika dianggap menarik dan berkualitas.








2.3 Analisis Gender Terhadap Pria Uberseksual
Beragam sikap dan respon masyarakat terhadap munculnya tipe pria yang berbeda dan tidak dalam lingkup sebagai pria biasa. Munculnya kategori pria pria yang disebut metroseksual, uberseksual, homoseksual dan lainnya turut pula menimbulkan beragam tanggapan dalam masyarakat. Begitu pula yang terjadi dengan pria uberseksual. Sikap dan respon yang muncul dalam masyarakat terhadap pria dengan kategori uberseksual dipengaruhi oleh bagaimana pandangan masyarakat tentang gender. Terutama anggota masyarakat yang laki-laki seperti pria metroseksual dan uberseksual.
Dalam sistem norma masyarakat, terdapat harapan-harapan sebagaimana seharusnya masyarakat bersikat, termasuk bagaimana seorang laki-laki dan perempuan bersikap. Norma tersebut menjadi tolak ukur bagaimana seorang lelaki bersikap sebagai “pria” sejati dan ideal yang kemudian dikenal degan stereotip gender. Strereotip peran gender meliputi  informasi tentang penampilan fisik , sikap, minat, dan kepribadian, serta relasi sosial dan pekerjaan yang terkadang selalu dihubungkan dengan masalah gender. Bagaimana menjadi pria dan wanita telah diterima individu sejak ia lahir dan sosilalisasi yang gender lakukan melalui agen sosialisasi gender yaitu keluarga, teman bermain, media massa. Para agen sosiologi gender merupakan tempat gender diperkenalkan pada masyarakat luas. Hal-hal tentang gender selalu hadir ditengah-tengah percakapan dan terkadang tidak jarang menjadi akar perselisihan. Gender juga dapat menjelaskan semuanya, mulai dari gaya mengemudi hingga pilihan makanan. Pengaruh gender tertanam kuat di dalam berbagai institusi, tindakan, keyakinan, dan keinginan sehingga seringkali dianggap sebagai suatu yang wajar.  Ide-ide yang terlalu umum sifatnya seringkali dianggap benar.
Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat. Akan tetapi perbedaan gender karena bertumpu pada fakta-fakta sosial dan sejarah. Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang panjang. Terbentuknya perbedaan gender yang dikarenakan banyak hal meliputi  bentukan, sosialisasi, dan kontruksi secara sosial,cultural, serta ajaran agama. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap ketentuan Tuhan, seolah-olah bersikap biologis yang tidak dapat diubah lagi sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan.
Seiring berjalannya waktu, strereotip gender di berbagai tempat di belahan dunia mengalami pergeseran. Lelaki dan perempuan tidak lagi dpandang secara kaku sebagaimana kontruksi gender tradisional memandangnya. Lelaki dan perempuan terkadang dapat dapat bertukar peran dalam berbagai hal. Pergeseran ini timbul karena adanya pengetahuan mengenai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian disebut dengan kesadaran gender (gender awareness). Salah satu ciri dari seseorang degan kesadaran gender yang tinggi yaitu memahami bahwa pembeda gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang bersifat sosiokultural dan dapat berubah sewaktu-waktu dan memandang perbedaan itu secara kodrati.
Pria uberseksual dianggap sebagai pria dengan karakteristik “sangat lelaki”. Dalam pandangan strereotip gender, pria uberseksual dipandang sebagai salah satu konsep pria maskulin. Pria maskulin digambarkan dengan karakteristik seperti rasa percaya diri yang tinggi serta memancarkan karisma. Hal ini memiliki perbedaan yang jelas dengan pria- pria metroseksual yang sempat hangat diperbincangkan ditengah masyarakat. Pria metroseksual berkarakteristik dengan penampilan fisik yang sempurna dan lebih menonjolkan sisi feminim.
Beragam respon yang muncul ditengah-tengah masyarakat terhadap munculnya tipe pria uberseksual yang kini meredupkan pamor pria metroseksual sebagai cermin sebagai pria urban. Hal ini bersumber dari bagaimana masyarakat memandang seharusnya laki-laki bersikap sebagai lelaki berdasarkan acuan norma yag berlaku di masyarakat.
Pria uberseksual dengan dominasi sikap yang fositif dipandang sebagai sosok pria ideal masa kini secara sikap, intelektualitas dan kepedulian sosial. akan tetapi pria uberseksual juga tidak terlepas dari sisi feminism yang biasanya melekat dan dimiliki kaum perempuan. Sisi feminim yang dimiliki oleh tipe pria uberseksual cenderung mengarah dalam hal-hal cara mereka bersikap bukan dalam tindakan dan bahsa tubuh (misalnya bahasa tubuh wanita feminin ialah gaya jalan mereka yang berlenggak-lenggok dan cara mereka yang terobesi dengan kecantikan dan perawatan tubuh secara total), akan tetapi sisi feminin para pria uberseksual mengarah pada cara mereka bersikap, yakni sikap hangat, peduli sesama, dan perasaan yang peka yang umumnya dimiliki oleh kaum perempuan.
Pada awal kemunculannya pria metroseksual dianggap sebagai sosok pria seksi. Namun dengan berakhirnya masa kemasyuran pria metroseksual yang kini digantikan kemunculan pria uberseksual, maka terminologi seksi perlu diredefinisi kembali atau paling tidak mengalami perluasan makna. Dunia membutuhkan ‘pria-pria seksi’ dalam arti lain, yaitu pria-pria yang memberikan kontribusi konkritnya demi kehidupan yang lebih baik. yaitu pria-pria yang tidak hanya menarik secara penampilan, cerdas secara pemikiran, namun juga kokoh dalam keimanan dan memiliki spiritualitas tinggi.
Penelitian tentang pria uberseksual pernah dilakukan pada tahun 2005 dan melibatkan lebih dari duapuluh ribu pria di Amerika. Penelitian ini dilakukan oleh salah salah seorang sosiolog amerika bernama Marian Salzman, bersama Ira Matathia, dan Ann O’Relly. Dari hasil penelitian ini mereka akhirnya menerbitkan sebuah buku berjudul The Future Men. buku itu menasbihkan bahwa lelaki masa depan adalah para lelaki uberseksual.
Pria uberseksual adalah tipe pria layaknya pria metroseksual. Akan tetapi pria metroseksual adalah tipe pria stylish. Mereka adalah pria yang mengikuti mode, rutin ke salon, dan rela menghabiskan ratusan ribu rupiah demi menjaga penampilannya agar tetap keren dan cool. Istilah pria seksual juga pertamakali dicetuskan oleh Marian Salzman. Namun pada akhirnya Marian Salzman juga yang meredupkan istilah ini. Ia berkesimpulan bahwa era metroseksual sudah tamat. Sekarang dan masa depan, adalah era para lelaki uberseksual.
Pria uberseksual adalah pria yang menggunakan aspek positif maskulinitas, seperti kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap orang lain di kehidupannya. Pria uberseksual sangat peduli pada nilai-nilai dan prinsip hidupnya. Pria jenis ini lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya di sela-sela waktu kosong yang ia miliki. Masyarakat dunian pada umumnya jauh lebih berharap kepada pria yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan mengikuti banyak pelatihan, mencermati perkembangan terakhir yang ada di dunia ini, dan menganalisis berbagai peristiwa daripada mereka yang sibuk berhura-hura, pergi ke salon, menata rambut, mempermak wajah, dan memperkaya aksesorisnya. Masyarakat dunia juga membutuhkan seorang pria yang peduli akan lingkungannya, kepada permasalahan bangsanya, ketimbang pria yang menghabiskan uangnya untuk mempercantik kulitnya.
Pria uberseksual dipandang mengetahui mana yang baik dan buruk, dan berani mengambil keputusan tegas dan berani menerima kritik. Mereka juga mempunyai rasa percaya diri yang kuat, cerdas, tanpa kompromi, dinamis, maskulin, atraktif, stylish, serta memiliki komitmen kuat melakukan hal berkualitas di semua lini kehidupan. Pria uberseksual stylish dalam makna yang berbeda. Kesibukannya memikirkan umat manusia tidak melalaikan mereka dari merawat dirinya sendiri namun tidak dalam kadar yang berlebihan.
Oleh karena itu pria uberseksual disebut-sebut tipe “dewasa” dari pria metroseksual. Mereka menyisir rambut mereka dan memakai baju rapi, tetapi mereka juga menganggap persoalan korupsi di Indonesia jauh lebih penting dibanding sekadar meributkan baju mana yang cocok untuk hari ini. Jika pria metroseksual ingin menarik perhatian para wanita, pria uberseksual sangat menghormati wanita. Keunikan yang dimiliki pria uberseksual ialah, meskipun pria uberseksual memandang bahwa wanita adalah “saudara kandungnya”, mereka lebih memilih pria sebagai sahabat-sahabat terdekatnya. jika pria metroseksual membelanjakan uangnya untuk ke salon atau bersenang-senang di mall, pria uberseksual menginvestasikan uangnya di bisnis, lembaga sosial, atau keagamaan. Jika pria metroseksual lebih nyaman berada di gym untuk membentuk ototnya, pria uberseksual lebih senang menjejakkan kakinya ke lumpur, berkutat dengan masalah erosi pantai. Jika pria metroseksual memperbincangkan masalah mode terbaru, pria uberseksual memperbincangkan masalah demoralisasi yang kian marak pada bangsa ini. Jika pria metroseksual lebih memilih berhura-hura di akhir pekannya, pria uberseksual menyambangi perpustakaan untuk mengisi otaknya dengan berbagai wawasan.
Pria uberseksual meski dianggap sebagai pria dewasa, yang tegas, kukuh, dan kuat dalam meyakini prinsip-prinsip hidupnya, mereka juga adalah pria-pria yang hangat dan tidak kaku. Mereka tidak menangis jika menonton sinetron-sinetron kacangan di TV atau ditolak oleh wanita yang dicintainya, tapi mereka akan menangis jika melihat ketidakadilan terjadi di mana-mana, atau sangat terharu jika ada bencana alam yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang miskin. Mereka begitu peduli dengan orangtuanya dan kawan-kawannya.
Pria uberseksual membedakan dirinya dengan tipe-tipe pria lain berdasarkan kepribadian mereka yang unggul dibanding pria-pria lainnya. Jika pria metroseksual menunjukkan keunggulan mereka dalam hal ragawi, maka pria uberseksual menunjukkan keunggulan dalam hal inner handsomeness. Mereka juga menjunjung tinggi integritas dan berorientasi pada bisnis bukan pada hal yang berbau perawatan fisik.
Salah satu contoh pria uberseksual saat ini adalah Bono U2. Pria yang bernama asli Paul David Hewson ini sangat stylish, kaya, dan terkenal. Profesinya utamanya  memang sebagai vokalis U2. Namun Bono tidak berhenti sampai di situ. Ia berbuat untuk dunia. Ia memanfaatkan uang dan ketenarannya untuk membuat dunia jadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Bono mendirikan “DATA”, yang merupakan singkatan dari Debt, AIDS, Trade in Africa (Utang, AIDS, Perdagangan di Afrika). Fokus organisasi ini adalah membangkitkan kesadaran tentang apa yang diklaimnya sebagai utang Afrika yang tidak dapat dibayar, penyebaran AIDS yang tak terkendali, dan aturan-aturan perdagangan yang merugikan rakyat miskin benua itu
Bersama Rogan Gregory, Bono meluncurkan EDUN, merek yang sadar sosial. Ia pernah berpidato di acara pelantikan Paul Martin sebagai Perdana Menteri Kanada dan mendorong Kanada untuk ikut mengatasi krisis global. Bono juga mendampingi George W Bush dalam pidato di Gedung Putih tentang bantuan $5 milyar untuk negara-negara termiskin di dunia. Ia berperan besar dalam mengorganisasikan Live 8, sebuah rangkaian konser di seluruh dunia untuk menggugah para pemimpin dunia menggelar pertemuan negara-negara industri Kelompok Delapan. John William Snow, mantan menteri Keuangan AS, pernah berkomentar tentang Bono di ABC This Week, “Saya mengagumi dia. Dia banyak berbuat baik dalam pembangunan ekonomi dunia ini”. Pada Desember 2005, Bono terpilih oleh TIME sebagai Tokoh Tahun Ini, bersama-sama dengan Bill Gates dan istrinya, Melinda Gates. Pada Februari 2006, Bono menjadi salah satu dari 150 kandidat penerima Nobel Perdamaian yang akhirnya anugerah itu diserahkan kepada Muhammad Yunus dengan Bank Grameennya.
Dari sosok Bono sebagai salah satu pria uberseksual, kita dapat melihat jelas bagaimana kualitas seorang pria uberseksual. Pria uberseksual kaya dan memanfaatkan kekayaannya untuk kebaikan dunia. Mereka tenar dan memanfaatkan ketenarannya untuk mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mereka cerdas dan memanfaatkan kecerdasannya untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Mereka stylish dan rapi, tetapi tidak berlebihan. Mereka berhati hangat tetapi tidak cengeng. Mereka tidak hanya memikirkan penampilannya, keluarganya, atau bisnisnya, tetapi juga memikirkan bangsanya. Mereka memiliki mimpi-mimpi untuk dunia ini dan bekerja keras mewujudkannya. Itulah para lelaki uberseksual. Itulah para lelaki masa depan.
Ditilik dari sisi gender, pria Uberseksual ini seolah mempunyai semangat untuk mengembalikan lelaki kepada koridor dimana seharusnya mereka berada dan bersikap. Sebagai seorang lelaki boleh saja memperhatikan penampilan dan kerapihan dan kewangian, tapi bukan berarti harus bersikap kemayu dan mendayu-dayu. Pria tetap harus mampu menunjukkan kelelakiannya, sikap tenang ini bukan tentang tindakan pamer kejantanan, tapi lebih ke kualitas lelaki yang memang secara natural tidak boleh terlalu “halus”. Dalam pandangan peran gender, pria dituntut harus maskulin. Para pria uberseksual mungkin juga merawat kulit agar tampak bagus, tapi untuk alasan kesehatan dan kebersihan. Pria uberseksual tidak memerlukan segala kosmetik, krim-krim, bahkan suntik botox. Cukuplah dengan sabun wajah, after-shave cream, dan harum samar-samar sabun mandi. Parfum dengan aroma maskulin bisa digunakan untuk kesempatan istimewa. Mereka juga lebih mengedepankan kepercayaan diri dan kekuatan khas lelaki sejati. Mereka tak segan-segan  mengganti ban pasangan atau mengutak-atik mesin mobil tanpa takut merusak penampilan maskulin mereka. Pria uberseksual juga sangat memahami perempuan, dan yang lebih penting lagi paham tentang konsep gender. Tahu dimana menempatkan perempuan, tidak semata sebagai objek, apalagi objek seksual dan piala untuk dipamerkan secara sosial.
Pria uberseksual tidak mesti sepenuhnya bermuka tampan untuk jadi seorang uberseksual, karena perlu disadari bahwa ketampanan adalah masalah nasib baik. Pria uberseksual hanya dituntut untuk sukarela berpenampilan bersih dan wangi, mau berkomunikasi dan mendengarkan perempuan, dan haruslah humoris. Pria yang humoris, kegantengannya akan naik beberapa derajat. Perempuan dijamin lebih memilih pria berkadar ganteng rata-rata air tapi humoris dan komunikatif daripada ganteng “sundul langit” tapi kaku, serius, dan pendiam.
Pria uberseksual memengang prinsip hidup yang benar. Mereka bukan tipe kapitalis yang hidupnya cuma untuk cari uang banyak-banyak dan orientasi materi semata. Pria uberseksual mengetahui pasti apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup mereka, passion-nya, juga cara bagaimana menikmati hidup. Entah dengan cara sesederhana melakukan hobi, travelling, atau memulai sebuah tindakan nyata untuk menolong orang banyak.
Contoh pria uberseksual lainnya seperti Anies Baswedan dan Ridwal Kamil. Anies Baswedan, Rektor universitas paramadina dengan visi besar Indonesia Mengajar-nya, atau Ridwal Kamil dengan desain arsitektur berwawasan lingkungan dan gerakan urban farmingnya, adalah beberapa contoh uberseksual lokal. Tio Pakusadewo yang bertato dan cenderung berantakan tapi berkomitmen 100% pada seni peran juga bisa jadi contoh lelaki “utopis” ini.

Uberseksual bukanlah bukan pula bersifat biologis. Layaknya gender sebagai kontruksi sosial yang dapat berubah dari waktu ke waktu, uberseksual juga dapat dibentuk. Setiap lelaki mempunyai potensi besar untuk menjadi uberseksual. Intinya bukan mereka  “mampu”, tapi mereka “mau” untuk mengubah diri menjadi lebih baik dan berkontribusi penuh tidak hanya di lingkungan keluarga, tetapi juga dalam lingkup nasional.

Kamis, 06 Februari 2014

FILM “?” (TANDA TANYA) DARI PERSPEKTIF DAN ANALISIS SOSIOLOGIS

Sebagai salah satu media sosial, film mampu untuk mengungkap, menyuguhkan, dan menghadapi masalah-masalah sosial. salah satu film karya sineas Indonesia yang mengangkat masalah–masalah sosial adalah film tanda Tanya / “?” yang rilis tahun 2011 lalu. Film ini mengangkat kehidupan sosial masyarakat multietnis dan agama disebuah kawasan pecinan di kota Semarang yang lekat dengan masalah-masalah sosial berbau SARA. 

Dalam tiap adegannya, film “?” ini mencoba menyuguhkan peristiwa demi peristiwa yang kerap terjadi disekeliling kita bahkan peristiwa tersebut pernah terjadi beberapa tahun terahir, seperti pengeboman gereja, perusakan barang orang lain dan kerusuhan antar etnis. Meskipun film “?” hanya berupa kisah fiksi, namun tokoh-tokoh fiksi beserta segala permasahan pribadinya pada dasarnya memerankan perwujudan sikap dan identitas masyarakat Indonesia dalam menghadapi masalah-masalah sosial. film ini mencoba menggambarkan betapa masyarakat Indonesia mau tidak mau memang selalu dihadapkan dengan kehidupan multikultur dan agama yang kerap menimbulkan konflik. Setiap adegan didalamnya merupakan sebuah kenyataan ditengah masyarkat yang memang perlu dimaknai. Berdasarkan perspektif sosiologisnya, film ini dianggap menyuguhkan konflik-konflik sosial agama yang dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi fungsi sosial dan sisi historis. Dari sisi historis, konflik sosial yang terjadi didalam film ini dilatarbelakangi oleh prasangka etnis maupun agama yang dibalut oleh masalah personal / pribadi seperti yang ditunjukkan oleh tokoh Soleh yang bertengkar dengan Hendra lebih karena perasaan cemburu ketimbang perbedaan agama dan etnis mereka ditambah dengan tindakannya yang memimpin dan mengajak teman-temannya merusak restoran cina milik orang tua hendra ketika buka pada hari lebaran. Sedangkan dari sisi fungsi sosial, konflik yang terjadi berdampak pada perubahan. Seperti terjadi pada tokoh Hendra yang mengambil pilihan menjadi muallaf dan membuka restoran halal.Dari sudut pandang sosiologis film yang sarat akan makna agama yang mengungkapkan benturan-benturan sosial antar agama dalam masyarakat yang menjadi konflik sosial sehari-hari karena perbedaan pandangan hidup ini mengingatkan tentang arti pentingnya sikap toleransi ditengah keberagaman masyarakat Indonesia. 

Terlepas dari latarbelakang agama, suku, kelas sosial pada dasarnya kita saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain. Dengan begitu film ini secara terbuka mengajak masyarakat Indonesia menafsirkan sendiri bagaiman bersikap ditengah perbedaan yakni dengan membangun sikap toleransi di kehidupan sosial. Selain itu film ini juga mencoba menyuguhkan realitas masyarakat Indonesia yang plural agar mampu mengedepankan sikap pluralis dalam berinteraksi ditengah masyarakat majemuk, serta mengesampingkan sikap etnosentris, primordial dan menyimpan doktrin agama hanya untuk konsumsi keagamaan bukan untuk perbandingan ditengah keberagaman agama yang dianut masyarakat. Seperti sikap yang dicontohkan oleh tokoh Tan kat sun, Rika, Surya dan Menuk. 

Tan Kat Sun, seorang warga keturunan tionghoa beragama konghucu pemilik restoran cina mampu mencontohkan sikap toleransi beragama dan sikap plural yang kental. Restorannya berusaha mengakomodasikan kebutuhan makanan halal bagi warga muslim kawasan itu yang merupakan warga mayoritas. Ia memisahkan peralatan makan dan memasak yang halal dan tidak. Ia juga mempekerjakan Menuk, karyawannya yang merupakan seorang muslim yang taat dan selalu menyediakan waktu untuk menuk tetap dapat beribadah disela-sela pekerjaanya. Walaupun masih banyak warga yang meragukan kehalalan restorannya, ia mampu berbesar hati dan konsisten untuk menghargai karyawan, tetangga, dan pelanggan muslim. Sedangkan tokoh Rika seorang janda yang pindah agama menjadi katolik atas keinginan sendiri mencontohkan bagaimana berpegang pada prinsip meskipun banyak yang menentang dan tetap berfikiran terbuka. Ia tetap mampu mendukung dan mendidik Abi, anaknnya untuk mendalami agama islam tanpa berniat mengkonversi keyakinan abi. Disisi lain tokoh surya mencontohkan bagaimana tetap menjaga profesionalitas kerja dengan mengesampingkan rasa primordial namun tetap menjaga keteguhan iman dalam bekerja sebagai actor saat ia memerankan tokoh yesus di perayaan paskah meskipun ia seorang muslim.

Film ini juga menghadirkan citra NU( nahdatul Ulama) sesuai dengan realitasnya yang sangat toleransi beragama, dalam adegan saat banser NU menjaga Gereja saat perayaan paskah dan natal juga saat Soleh, salah seorang banser NU yang rela mempertaruhkan nyawanya dalam upaya pencegahan pengeboman gereja saat perayaan natal. Adegan lucunya yang lekat dalam keseharian sesekali juga dapat membuat kita tertawa, menertawakan realitas masyarakat Indonesia sebagi Negara plural namun terkadang terkesan belum siap menjadi pluralis. 

Akhirnya film ini merangkum semua adegan untuk menyampaikan pesan moral sekaligus mengingatkan masyarakat Indonesia yang fikirannya telah banyak dirasuki prasangka bahwa menjadi berbeda bukanlah sesuatu yang haram melainnkan merupakan kekayaan yang patut dihargai dan dijaga masyarakat beragam agama dan etnis dalam hidup berdampingan

fitria tee koto

Minggu, 02 Februari 2014

Review Tahta Mahameru

Tahta MahameruTahta Mahameru by Azzura Dayana
My rating: 4 of 5 stars

Seharian ini kuhabiskan dengan membaca novel Tahta Mahameru karangan Azzura Dayana seorang penulis merangkap Backpacker. Sesuai kegemarannya pengarangnya, novel ini berthemakan penjelajahan alam dan travelling yang dikaitkan dengan sisi religius.

Tahta mahameru berkisah tentang kehidupan seorang backpacker bernama Raja Ikhsan yang penuh dendam. Mahameru menjadi peredam amarah dan kobaran dendam pada keluarganya. sebelum pendakian ia selalu bertemu Faras -gadis desa desa ranu pane di kaki mahameru- yang bijak dan berbagi filosofi-filosofi kehidupan. pertemuan mereka singkat namun mampu mengukuhkan keakraban dan kepercayaan untuk berbagi cerita. atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ikhsan melalui email kepada faras setelah mereka berpisah, faras kemudian memutuskan mengikuti jejak jelajah ikhsan sampai melintasi pulau jaa ke negeri ujung pandang Makassar. disanalah teka-teki dan jawaban dirangkumkan faras.

awal membacanya, aku ngerasa bosan dengan penceritaan yang monoton dan minim kejutan.meskipun ada rahasia demi rahasia yang dipendam tokoh ikhsan, aku tak terlalu penasaran. entah sejak kapan aku dengan lihai menilai karya orang, padahal aku hanyalah penulis amatir dengan karya-karya standart.tetapi pertengahan dan menjelang akhir cerita mulai terasa menarik. banyak potongan ayat alquran, hadist, sajak-sajak kahlil gibran dan filosofi-filosofi kehidupan yang membuatku merenunginya seketika.

dayana azzura pandai mengaitkan filosofi-filosofi itu dengan masalah yang menimpa para tokoh. intinya, tahta mahameru mengajarkan untuk menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan dan belajar bersyukur, menerima hidup dan memaafkan kesalahan orang masa lalu. salah satu must read.

fitria tee





View all my reviews