Kamis, 20 Juni 2013

Poor Bian

Kadang, bian bingung, bagaimana mengenyahkan si pencuri dan penguntit kecil dalam dirinya. Bian sungguh tak punya cara. pencuri sekaligus penguntit itu lihai betul merayunya.

Beberapa waktu yang lalu, Bian kena batunya. saat sedang mencuri sekaligus menguntit ke dinding akun seseorang. Bian harus menanggung perih dihatinya (lagi). dinding akun itu dengan jelas memajang pemberitahuan tentang hubungan baru seseorang itu.

seseorang itu adalah mantan kekasih Bian.

Bian benci pada dirinya. juga pada pencuri dan penguntit kecil yang selalu sukses memanfaatkan kelengahan hatinya untuk kembali melakukan itu semua. Bian tahu seharusnya dia tak pantas lagi merasa sedih sedikitpun atas hubungan baru seseorang itu. Bian tahun mereka telah mengakhiri hubungan bilangan tahu lamanya. Bian tak punya hak untuk marah dan sedih, apalagi mencampuri. tapi Bian tak mampu. tepatnya hati Bian tak mampu.

meski tak ingin setengah mati, Bian hapal berapa kali sudah seseorang itu menjalin hubungan baru dengan perempuan lain setelah dirinya. dan bian, bian hanya merutuki dirinya yang tak mampu memulai. tak mampu membuka hati. bian tak pernah punya kisah cinta setelah dengan seseorang itu.

Bian tetap menangis, bian tetap kecewa. bian yang malang. bian tahu, seseorang itu takkan pernah lagi ingat dirinya. ingat akan hubungan mereka yang singkat. yang seujung kuku. 

Bian tak tahu apa yang harus dia perbuat untuk melupakan seseorang itu.
tolong Bian.

Minggu, 16 Juni 2013

Jalan Pulang


Kapan semak belukar ini menghilang,
Setiap pulang, duri-duri tak segan menjamah tubuh, mencipta luka.
Kapan jalan terjal berakhir
selalu terjatuh dibuatnya ketika pulang
mengapa jalan pulang terasa Mahasulit
Tidakkah derita ada ujungnya?
Tidakkah nestapa juga bermuara?
Lalu, pada apa semua berlabuh?

Terkunci segala asa dengan dahaga..

Setiap liku, setiap penjuru, jalan pulang tak ubah neraka
berjalan seakan menginjak bara,
melangkah tak ubahnya gurun hampa,
Dan oase hanya fatamorgana.

Bahagia itu semu, Tak nyata.
Larik tawa itu hanya jeda singkat
Lelah yang pasti selalu datang, berlama-lama, enggan beringsut


Lalu kemana jiwa berpaling?
Tak tersisa tempat untuk mengurai tangis…
Menderai luka...

tak pernah usai,
jalan panjang tetaplah panjang…
waktu senang menggoda..
Kemudian kemana jalan pulang itu ditempuh?
Bagaimana menerka-nerka ketidakmampuan?
Bagaimana menyapu serpih-serpih derita?
Tidakkah daya itu telah lama terenggut..

inikah jalannya?
Tidakkah salah langkah?
Tidakkah tersesat?
Jalan pulang selalu bercerita..
jalan pulang tak pernah menjanjikan tawa..
jalan pulang hanya membagi lelah, amarah dan derita..
Tidakkah ada jalan lain?
mencari jalan pulang

Fitria tee
17 juni 2012

Jumat, 14 Juni 2013

Puisi : Dawai dan Bianglala

Dawai-dawai masa lalu

Wanita itu tersenyum padaku
“denting-denting dawai ini akan sedikit menguras emosimu”
Lalu ia memainkannya, mataku menerawang jauh
Tiba-tiba saja aku berada pada tempat yang dulu sempat kupijak, dejavu…

Suara alunan denting-denting itu nadanya menyayat hati
Kulihat semua temanku dan diriku yang dulu
Tawa itu, telah hilang dariku
Seseorang telah merenggutnya paksa

Dawai itu berhenti berdenting
“kau sudah merasa puas?” kata wanita tua itu
Tidak,   aku masih ingin di daerah dejavu itu
Jangan hentikan petikan dawai itu
Aku ingin tetap di tempat itu….



Bianglala

Syair-syair  rinduku membentang sepanjang waktu yang mengikuti jejakmu
Lelah tak membuat syair itu mati
Justru semakin membias
Ia bercahaya, menerangi jalanmu mencari cinta sejati
meski cinta sejati itu tak kembali pada mata penaku
yang senantiasa menari bersama inspirasi

kau boleh torehkan kisahmu di hijaunya impian
jangan tanyakan jika ku juga bisa meski caranya berbeda

hidupku memang tak seperti gemerlap kejora
tapi aku juga sebuah nyawa
meski syairku terkadang ilusi
tapi kau tak boleh abaikannya


semoga rindu yang tlah lama kutabung sampai dadaku tak lagi bisa bernafas baik, kau bisa membalasnya kelak..

Cerpen : Kau dan Kembang Api Penghujung Tahun

Haii all...*ditimpuk pasukal All-all*
sepulang PKL jadi kebiasaan nyapa pake All-all, cyber word jadi dilupain, padahal itu slogan awalku loh..

Setelah cerita PKL moment yang superpanjang itu (aku nggak nyangka dapat menyelesaikannya..yayyy \^o^/ ),  akhirnya aku bisa ngeposting hal lain lagi. sebut aja ini posting colongan, tapi aku nggak bakal marah. karena emang harus colong waktu disela-sela tugas kuliah yang makin mengerikan ini. terkadang otak terlalu jenuh untuk mengorganisir masing-masingnya. jadi perlulah semacam intermesso buat merelaxkannya

kali ini aku bakal posting sebuah cerpen setengah mati lagi. naskah ini awalnya udah pernah aku kirimin ke salah satu majalah remaja yang cukup beken di indonesia. tapi seperti biasa nggak dimuat. mungkin nggak layak muat, themanya kurang cocok, atau kurang menarik, atau emang abal-abal yang cuma cocok buat dipajangin di blog doang, yang mungkinpun belum tentu dibaca.( putus asa, lari dari kenyataan dan mencoba ngibur diri >.<)

nggak pake berpanjang-panjang lagi, 
cekidot  jangan lupa komennya All..

KAU DAN KEMBANG API PENGHUJUNG TAHUN
Suara ledakan kembang api membahana di langit malam, hilang timbul silih berganti setiap detiknya. Suasana pergantian tahun semakin semarak diramaikan suara petasan yang dipasang anak-anak kaki bukit. Meskipun udara puncak terasa mengigit, Sekar tak berniat beranjak sedikitpun dari balkon restoran tempat ia berdiri Sekarang. Ia tak ingin melewatkan moment ini. Kapanlagi bisa melihat kembang api seindah dan sejelas ini di penghujung tahun.
“Gimana? kelihatan jelaskan daripada di balkon belakang rumah? suasananya juga lebih rame. Kamu harus berterimakasih sama kakak kamu yang inisiatif ini”  Bayu berkata dengan wajah bangga.
“Iya, Kak Bayu memang hebat, bagusan disini daripada di belakang rumah, dirumah cuma direcokin sama omelan Mom aja” Sekar membenarkan ucapan kakaknya. “Tahun depan kita kesini lagi ya Kak?”
“Pasti dong” balas Bayu yakin.
**
“Sekar, Sekar”  sayup-sayup terdengar suara Mom, kok bisa ada suara Mom?“Sekar bangun, nanti kamu telat, inikan hari pertama ujian semester” seketika Sekar tersentak. Ternyata mimpi itu lagi. Belakangan Sekar sering memimpikan kejadian setahun lalu saat melihat kembang api bersama Bayu kakak laki-laki satu-satunya itu. Kenapa mimpi itu terus? Mungkin karena sebentar lagi mau pergantian tahun. Andai kak Bayu masih ada, batinnya. Seketika perasaannya berubah  sedih.
“Sekar, kamu udah bangun kan?” teriakan Mom terdengar lagi dari luar pintu kamar. Sekar tersentak, ”Udah Mom, ini mau mandi”.
**
Sepanjang perjalanan menuju sekolah Sekar teringat kejadian setahun yang lalu, saat ia dan Bayu melihat kembang api di puncak. Perayaan melihat kembang api tahun lalu terasa berbeda, karena tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana mereka menghabiskan malam penghujung tahun dengan melihat kembang api di balkon belakang rumah, tahun lalu Bayu mengajaknya melihat kembang api di puncak. Suasananya tentu berbeda dan lebih semarak. Sekar dan Bayu berjanji tahun ini bakal ke sana lagi melihat kembang api. Tapi janji itu tak pernah terwujud karena setengah tahun yang lalu Bayu, kakak yang paling ia sayangi itu pergi menghadap Yang Mahakuasa untuk selamanya akibat kecelakaan lalu lintas sepulang sekolah. Sekarang Sekar sendirian, nggak ada lagi yang menjahilinya kalau lagi belajar, nggak ada lagi tempat curhat dan tempat mengadu kalau diganggu teman, nggak ada lagi yang membela kalau Mom mulai ngomel dan nggak akan ada lagi yang menemaninya melihat kembang api pergantian tahun. Tanpa sadar airmatanya menetes, Sekar tak bisa tak menangis setiap teringat Bayu, kakak satu-satunya yang pengasih itu. Sekarangpun rasanya ia belum siap sendiri tanpa Bayu. Bayu adalah malaikat penjaganya, tidak hanya sekadar saudara laki-laki. Seandainya Bayu masih hidup, pasti ia juga tak sendirian pergi ke sekolah hari ini, karena dulu Bayu juga bersekolah ditempat Sekar sekarang bersekolah.
Gerbang sekolah sudah didepan mata, dipercepatnya langkahnya agar tidak terlambat. Lagi-lagi di gerbang sekolah itu Sekar melihat cowok itu, berdiri dalam diam seperti sedang menunggu seseorang. Enam bulan terakhir Sekar selalu melihat cowok itu berdiri di gerbang sekolah setiap pergi dan pulang sekolah. Sekar penasaran, siapa sebenarnya yang ditunggu cowok itu?
**
Ujian biologi telah berakhir sepuluh menit yang lalu, Sekarang Sekar dan Widya sahabat karibnya sedang menikmati makan siang sambil menonton latihan tim basket putra di bangku depan kelasnya. Bangku itu langsung menghadap ke lapangan basket sekolah. Tim basket putra sekolah sedang giat-giatnya berlatih basket untuk menghadapi pekan olahraga antarsekolah di musim liburan semester nanti.
“Kamu kenal cowok itu?” ujar Sekar sambil menunjuk salah cowok yang sedang latihan basket di tengah lapangan. Cowok itu adalah cowok yang sama dengan yang dilihat Sekar di gerbang sekolah tiap pagi dan sepulang sekolah. Sejujurnya Sekar terpesona dengan caranya bermain basket, mungkin tidak itu saja, selama satu semester ini Sekar diam-diam memperhatikannya saat tiba dan sepulang sekolah. Tiap hari, enam hari dalam seminggu, empat minggu dalam sebulan, tidak pernah absen melihat cowok itu di gerbang sekolah setiap tiba dan sepulang sekolah. Sebenarnya siapa yang sedang ditunggunya?
“Kamu nggak kenal? Kemana aja non? Itu kak Tirta, kapten tim basket sekolah kita”
“Jadi namanya Tirta” balas Sekar berpura-pura. Sekar sebenarnya sudah tahu, hanya saja dia tak bisa menahan keinginannya untuk bercerita soal Tirta. Siapa yang tak kenal Tirta? cowok itu cukup populer di sekolah, kapten basket  berwajah rupawan dan mantan ketua OSIS SMA  ini. Baru-baru ini ia memenangkan olimpiade matematika antarsekolah se-provinsi. Tirta adalah salah satu kebanggaan sekolah ini. Sekarang ia duduk di kelas XII seangkatan Bayu. Apa mungkin dulu Kak Bayu juga kenal dia? batin Sekar.
“Woi, ngelamun lagi, kenapa nanya-nanya? Suka ya?” goda Widya.
“Enggak kok” hampir saja ia tersedak mendengar pertanyaan Widya.
“Kalo suka juga gak apa-apa lagi, cewek seantero sekolah juga pada suka ama dia, tapi kamu mesti bisa saingan sama senior kelas XII yang cantik dan pintar-pintar buat ngedapetin dia”
“Saingan sama senior kelas XII?, emang gampang”
“Jadi kamu beneran suka nih ama kak Tirta?”
“Eh bukan gitu, maksudku, itu…anu, ehmm siapa sih yang nggak kagum ama dia” kelit Sekar gelagapan.
“Udah ngaku aja, nggak apa-apa kok, aku dukung, desas-desusnya dia lagi jomblo”
“Hush, ngaco kamu”
“Eh, kak Tirta ngeliat ke kamu”
“Mana?” Sekar mendadak antusias memelototi lapangan basket.
Tawa Widya menyembur “Tuh kan kamu jadi salah tingkah, beneran suka kaaan?” Widya emang paling jago ngejebak Sekar. “Tapi beneran lo, dia tadi ngelirik ke kamu”
**
Sekar merebahkan tubuhnya di tempat tidur, merasa lelah menghadapi masa ujian ini, tapi tak apa-apa tinggal dua hari lagi ujian akan berakhir, setelah itu libur tahun baru sekaligus liburan semester menanti. Dia mengambil foto berpigura di atas meja belajarnya, dipandanginya lama foto yang diambil setahun lalu, fotonya dan Bayu di puncak dengan latar belakang kembang api yang indah. Setahun lalu, Sekar begitu yakin tahun depan masih ada Bayu yang menemaninya melihat kembang api. Namun, sekarang semua hanya tinggal kenangan, tidak akan ada lagi acara melihat kembang api penghujung tahun bersama Bayu. Sekar mendekap erat foto itu, lagi-lagi ia menangis, betapa ia merindukan malaikat penjaganya itu.
**
Sekar hanya duduk memandangi hujan sejak setengah jam yang lalu, sedikit menyesal menolak ajakan Widya pulang dengan nebeng mobil Vino pacarnya Widya. Sekarang ia harus sabar menunggu hujan berbaik hati reda. Sekar tidak mau jatuh sakit karena pulang dengan menerobos hujan, besok masih akan ujian hari terakhir. Dia merapatkan jaketnya, hujan tak menunjukkan tanda akan reda juga. Sedari tadi ia berusaha menahan rasa bosan dan kantuk. Sekolah sepi, anak basket pun tak mungkin latihan saat hujan deras begini.
“Nggak bisa pulang karena hujan ya?” seorang menyapanya. Ia menoleh ke samping, Tirta berjalan  ke arahnya. Astaga Tirta, cowok itu pasti juga tak bisa menunggu seseorang digerbang karena hujan. Jantung Sekar berdegup cepat.
“Eh iya Kak, nunggu hujan reda” Sekar merasakan getaran suaranya sendiri. Baru kali ini Sekar berhadapan dan berbicara langsung dengan Tirta. Keberuntungan batinnya.
“Kalau gitu, mau pulang bareng aku? Kebetulan hari ini aku bawa mobil”
“Gak usah repot-repot kak” tolak Sekar, berkebalikan sekali dengan kata hatinya yang ingin setengah mati.
“Tenang, enggak diapa-apain kok, lagian kelihatan hujannya bakal lama, rumah kita juga searah jadi sekalian aja” tanpa basa-basi Tirta menarik tangan Sekar menuju parkiran. Sekar yang setengah mati deg-degan akhirnya nurut juga. “Kita lewat koridor ini aja ke parkiran biar enggak basah” ujar Tirta lagi.
**
“Kakak kok bisa tahu rumah kita searah?” Tanya Sekar sambil memasang safety belt.
“Sekar, Sekar… dari dulu aku udah tahu rumah kamu, bahkan aku pernah sekali kerumah kamu, tapi waktu itu kamu lagi enggak ada dirumah”
“Hah???” Sekar sadar dia sudah memasang tampang melongo, Ia terkejut, selain tahu rumahnya, Tirta juga tahu namanya.“Kakak kenal aku?” pertanyaan bodoh.
“Kamu, Sekar Kamaratih anak kelas X B. Asal kamu tahu, Bayu itu sahabat karibku dari SMP, dia sering cerita tentang kamu, adik manja dan cerewet yang harus dia jagain setengah mati” ujar Tirta santai sambil tetap berkonsentrasi menyetir.
“Oohh” Sekar nggak tahu mau bilang apa, dia terlalu senang dengan kenyataan Tirta mengenalnya. Ia tak pernah tahu Bayu sahabat Tirta
“Sebaliknya, Kamu tahu aku nggak?”
“Selain tentang kakak teman kak Bayu, siapa sih warga sekolah yang gak tahu siapa kakak?”
“Aku terkenal juga ya” Tirta nyengir bangga. “Hujan udah reda, mau makan siang bareng dulu?” tawaran mengejutkan dari Tirta, kali ini Sekar sungguh sungguh tak ingin menolak.
**
“Libur tahun baru rencana kemana nih? Tanya Tirta sambil menyantap syomainya. Sekar menggeleng, ia sama sekali tidak ada rencana.tadinya ia ingin mengajak Widya melihat kembang api, ternyata Widya sudah punya rencana menghabiskan malam tahun baru dengan Vino.
“Biasanya malam pergantian tahun aku melihat kembang api sama kak Bayu, tahun lalu kami melihat kembang api dipuncak” mata Sekar mulai menerawang, teringat Bayu lagi.
“Kamu teringat Bayu ya?  kalau main basket aku juga suka teringat dia, tim basket kehilangan salah satu pemain terbaiknya”
Hening sejenak, Sekar merasa suasana seketika menjadi kaku. Tiba tiba Tirta buka suara, “Kamu mau dengar cerita aku nggak?”
Meski ragu, Sekar mengangguk juga, entah kenapa dia ingin berlama-lama berada dekat Tirta. Mendengar cerita Tirta yang belum ia tahu adalah keberuntungan lainnya. Sekarang Sekar tak merasa perlu sirik sama Widya.
**
“Setahun yang lalu, salah seorang teman pernah cerita kalo adiknya bakal masuk SMA ini ditahun ajaran depan. dia bilang, dia ngerasa tenang kalo udah satu sekolahan lagi sama adiknya, karena dia bisa ngejaga adiknya itu dari dekat. Dia suka khawatir sama adiknya yang manja dan selalu butuh dia. Dia juga janji bakalan ngenalin adiknya itu ke aku di tahun ajaran baru nanti. Waktu itu dia sempat bilang ‘kalo gue lagi gak ada di sekolah, lo yang gantiin jagain adik gue’ ‘iya gue jagain adek lo, lebai banget lo’. Tapi aku nggak tahu kalau setelah itu akan ada kejadian yang nggak disangka-sangka. Dia kecelakaan dan meninggal dunia.
Sekar tercekat, ia tahu siapa yang sedang diceritakan Tirta. Sekar ingin memastikan “teman kakak itu…”
“Bayu, teman yang aku maksud itu Bayu kakak kamu” belum sempat bertanya, Tirta sudah menjawab pertanyaan Sekar. “Akhirnya Sekar kamaratih masuk SMA tanpa ada Bayu yang menjaganya. Dan janji yang terkesan basa-basi dulu pun harus ditunaikan”. Tirta melanjutkan ceritanya seolah-olah sedang bercerita pada dirinya sendiri bukan dengan Sekar.
“Kemudian aku cari tahu siapa siswa kelas satu yang adiknya Bayu. Setelah tahu, aku  malah nggak tahu gimana caranya memenuhi janjiku untuk jaga kamu. Aku nggak mungkin bilang ke kamu soal janji ini, pasti kamu juga nggak akan percaya”
“Akhirnya, setiap pagi dan sepulang sekolah aku malah nunggu kamu di gerbang sekolah. Memastikan kalau kamu datang dan pulang sekolah dalam keadaan baik-baik aja. Kadang-kadang, aku bahkan juga suka lewat kelas kamu buat mastiin nggak terjadi sesuatu sama. Konyol bangetkan?” Tirta terus berceloteh tanpa memedulikan tampang Sekar yang berubah pias. Ia terdiam, tak mampu menjawab, jantungnya sudah mencelos dari tadi. Perkataan Tirta tak ubahnya halusinasi. Ia bakal mencubit pipinya buat memastikan kalau saja Tirta nggak  sedang di depannya.“Dan bodohnya, Aku nggak tahu kalo hal-hal konyol yang aku lakuin selama ini bakal buat aku nggak bisa kalau gak lihat kamu sehari aja. Aku juga nggak bisa bohongin perasaanku kalau ternyata aku suka sama kamu Sekar,” kali ini raut wajah Tirta berubah serius.
“Kak Tirta…se.. se..” goblok batinnya, kenapa jadi gagu sih? Sekar nggak sanggup meneruskan kalimatnya, terlalu gugup setelah mendengar semua pernyataan Tirta, Sekar dapat merasakan jantungnya berdegup kencang.
Tirta meraih kedua tangan Sekar, menatapnya lekat-lekat, menghela nafas sebentar. Seolah mengerti apa yang akan ditanyakan Sekar, Tirta menjawab pasti “Aku serius soal perasaanku tadi. Aku mungkin nggak bisa seutuhnya gantiin Bayu buat jadi malaikat penjagamu, tapi paling enggak izinkan aku gantiin Bayu buat nemanin kamu lihat kembang api di puncak nanti.”
Seketika Sekar berdiri membuat Tirta berjengit kaget.“Kak ayo balik, ntar kesorean” ujar Sekar sambil secepatnya berbalik, bermaksud menyembunyikan raut wajahnya yang kesenangan.
Tirta bergegas mengekori langkah Sekar. “aku tulus, bukan sekedar utang janji sama Bayu” tambahnya menyakinkan Sekar. Sekilas ia dapat melihat rona merah di wajah Sekar tadi sebelum berbalik.

Rabu, 12 Juni 2013

PKL Moment part V (end)


Hay...Aaaalll...
yati all balik lagi,
sebelumnya maaf ya.. atas jeda panjang untuk melanjutkan part V ini. maklumlah tugas yang saling susul-menyusul dan deadline yang semakin dekat mampu membuat moodku menulis kembali berlarian dan memusnahkan selera humorku. tapi tenang, aku bakal tetep lanjutin kok part V PKL moment pasukan pelopor para all-all....
gimanapun, jadi penulis harus konsisten (>.<), ya nggak All?
Part lima ini kita mulai dari pagi yang indah di Sei Rotan desa penuh cinta dan kenangan. pagiku dimulai dengan terciumnya aroma telur ceplok dari rambutku (tadi malem keramasnya nggak-bersih-bersih-amat karena takut). kali ini  aku dan triple Y ku dapet piket lagi buat belanja lagi ke pasar batang kuis. rencanaya hari ini gbf masak SUP AYAM KUAH BAKSO, dan itu sangat yummmi sekali.(cius ^_^v).  pulang belanja kami nggak ada rencana kemana-mana, karena semua pada sibuk sama laporan pribadi masing-masing.
Tapi ternyata, pagi itu anak PAUD seroja pada mau ke kolam renang, awalnya aku malas, tapi yantie-chan dengan segenap kekuatannya maksa. aku alasan aja, nggak bawa sunblock-mahal-minta-ampun itu, tapi yantie-chan dengan setiap kekuatannya dan jurus silatnya teteup maksa lagi. jadi ujung-ujungnya kami pergi juga ke kolam renang . karena yang lain pada malas,yang pergi cuma aku, yantie-chan, yani, dan selly. niat awal pergi ke kolam sebenarnya untuk bantu-bantu para guru PAUD jagain anak-anak. tapi berhubung sesampai disana kami begitu terpesona liat itu kolam renang, jadi kami keasyikan sendiri. waktu di kolam terasa sangat-sangat singkat (bahkan aku dan yantie-chan belum memulai pertunjukan rennag gaya-unggas-yang-penting-ngambang itu), akhirnya setelah waktu renang yang singkat itu, kami  memilih pulang duluan dan meninggalkan anak-anak paud yang masih asik berenang.
Sesampai di rumah nenek, kami langsung menjalani sesi peeling dan masker (semuanya minta sama yantie-chan, *teriak bilang makasih -yantie-chan sambil nunduk-nunduk*). Aku dan yantie-chan yakin kulit kami telah gosong beberapa derajat pasca pulang dari kolam. Ditambah lagi hari terik dan kami pulang dengan pakaian tetap kuyup dari kolam itu. Setelah acara masker-maskeran yang ternyata tak nggak mengatasi kegosongan kulit kami sama sekali, akhirnya kami kembali bermalas-malasan nuggu antrian mandi.
Malas-malasan itu terus berlanjut sampai sore diselingi kesibukan tugas masing-masing. Sorenya, seperti biasa, anak-anak mulai berdatangan untuk belajar tambahan. Suasananya kurang lebih seperti kemarin, riuh dengan murid-murid sister linda gbf yang bersemangat dan murid-murid sugai yang centil nggak ketulungan. Selepas magrib, kami membagikan kue dari salah seorang anak yang membawa kue buat dibagikan karena dia berulang tahun. Jadi kami membuat acara perayaan kecil-kecilan untuk si anak ini sekaligus menghaturkan doa. Temen-temen pada narik aku ke tempat perayaan itu, mereka bilang biar sekalian ulang tahunku dirayain juga. (padahal sampai disana aku cuma majang doang dan sugai selaku pemimpin doa dengan tega cuma mendoakan anak itu aja dan tidak mendoakanku juga, sugai all… trus kw tega…….-_-)
Keesokannya di hari jumat, aku, triple Y ku beserta ana rida kembali piket. Siangnya kami berencana pergi ke pantai, tapi berhubung dosen kami mau datang buat memantau keadaan, rencana itu kami batalkan. Suasana kedatangan dosen itu lumayan mencekam, meskipun tidak semencekam yang aku bayangkan karena ternyata yunai udah gencatan senjata dengan tamu kami itu.  Sepulang dosen kami, kami kembali bersemangat melanjutkan rencana ke pantai yang sempat batal. Kami akhirnya memilih berangkat sore itu ke pantai sekalian menyaksikan sunset alias matahari tenggelam. Kami juga dengan tega meliburkan kegiatan belajar mengajar anak-anak secara sepihak.
 Akhirnya siang itu kami berangkat dengan mencarter sebuah angkot. Kami membuat perjanjian untuk tidak boleh ada yang pergi dengan sepeda motornya dan tidak boleh membawa baju ganti. Tapi perihal baju ganti ini banyak yang melanggar, yunai dan yantie-chan bahkan membawa gaun untuk sesi pemotretan pra wedding mereka.
Akhirnya semua sepeda motor kami titipkan, kemudian kami 17 pasukan all ditambah putra dan a’a joko berangkat menaiki angkot tersebut yang mendadak berubah mengerikan. Gimana enggak? Itu Angkot udah sarat penumpang karena dimuat 19 orang pasukan All-all yang siap bertempur . Sepanjang jalan kenangan perjalanan menuju pantai kami sibuk bernyanyi, berceloteh dan nge make over sugai dan sang ketua rahmad. Mulai Dari sesi rol rambut sampai sesi pembuatan tanduk-tandukan dan hasilnya terlihat sangaaat…. Tidak keren.( maaf All, kami khilafff…)
Perjalanan terasa lama karena angkot kendaraan perang kami sempat nyasar beberapakali dan mutar-mutar ke markas musuh dan karenanya perjalanan terasa lama. Keriuhan dalam angkot sontak berhenti ketika angkot kami tanpa sengaja menabrak seekor kucing malang dan membuatnya kehilangan nyawa. kami sempat bingung plus histeris ngeliat itu kucing malang meregang nyawa. sampai akhirnya sang supir keluar  dengan maksud menguburkanya. Tapi tiba-tiba, anak-anak situ menawarkan menguburkannya. Kami memberinya sedikit imbalan sambil berterimakasih dan meneruskan perjalanan. Sepanjang jalan semua pasukan all all terdiam. Suasana kembali mencekam, bahkan lebih mencekam dibanding kedatangan dosen tadi. Mungkin kami masih sock dan agak berduka (lebay lagi)  Rest In Peace kucing-malang-kelindes-angkot-pasukan-all-all(maafin kmilah… kami khilaffff)
Menjelang sore, kami sampai di pantai yang kelihatannya lagi pasang. Suasana pantai yang sedang pasang itu tidak menyurutkan niat kami buat melanjutkan sesi pemotretan. Didukung landscape matahari terbenam yang memang sangat menawan, kami mempersiapkan peralatan perang properti pemotretan dan memulai  memproduksi foto sebanyak-banyaknya. Kami terus berfoto sampai langit berubah gelap dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Sesampai di rumah nenek, hari sudah malam dan kami seperti biasa berlomba mengantri mandi. Setelah itu acara dilanjutkan dengan sesi main kartu berhadiah colekan beda baby. Lupakan soal briefing-briefing, karena kami terlalu keasyikan main kartu. Lagian besok kami udah mau pulang. Permainan kartu terus berlanjut sampai tengah malam sehingga zombie-zombie kemarin bangkit lagi. Di akhir permainan kartu, para zombie all mengakhiri dengan sesi foto-foto kenangan sebelum kembali ke alamnya.
Di hari terakhir, yakni hari sabtu yang ternyata juga tanggal merah, ternyata dipenuhi dengan berbagai agenda. Pagi-pagi buta aku dan yantie-chan udah disuruh membeli bingkisan buat pak kades (lapak baju mana sih yang udah buka jam setengah tujuh pagi?). selain itu kami masih punya  agenda mengadakan acara perpisahan dengan ank-anak sei rotan, berpamitan sama bapak kepala dusun serta mengunjungi rumah Pak kades buat berpamitan juga. Setelah selesai mandi, aku dan beberapa teman lainnya ditugaskan ke rumah bapak kepala dusun terlebih dahulu  untuk  berpamitan. Sesampai disana, maksud hati Cuma pengen berpamitan sambil basa-basi dikit, ternyata Pak kepala dusun malah ceramah pernikahan panjang kali lebar ( siapa juga yang mau ijab-kabul-akad-nikah? Pak…Pak.. terus bapak gitu..*_*v)
Pulangnya, rumah nenek udah rame karena anak-anak sudah pada datang. sementara itu  Yantie-chan masih membutuhkan data untuk tugas pribadinya sehingga aku menemaninya untuk menemui sekjen GMN buat minta data. Sehabis mengambil data aku dan yantie-chan terperangah ngeliat semua anak-anak kompakan menangis, usut punya usut acara ternyata sudah dimulai dan anak-anak sedih buat ditinggal pergi sama kami (kata temen-temen yang lain, anak-anak pada nangis juga karena sambutan perpisahan dari sugai yang sok dramatis ala kyai itu, All.. All, trus kw gitu..) untuk menghibur anak-anak kami mengajak mereka bermain ‘bos berkata’ dan mengajak meraka nyanyi bareng juga. Susahnya karena mereka keburu mewek juga, jadi agak susah ngiburnya.
Setelah acara perpisahan selesai dan anak-anak pada pulang, kami segera mengunjungi rumah pak kades buat berpamitan, mengucapkan salam perpisahan dan mengucapkan terimakasih yang mendalam. Tidak lupa pula kami berfoto bersama Pak kades Sei Rotan.
Pulang dari tempat kades, kami briefing terakhir sambil menikmati makan siang. Kemudian melanjutkan dengan packing barang-barang kami yang sumpah-berantakan-sekali. Setelah acara packing dan bersih-bersih kamar yang agak rempong, akhirnya angkot charteran kami datang. Kamipun segera berpamitan ke pada tuan rumah (kak ari, a’a joko dan putra) dan meniggalkan sepucuk surat buat nenek (karena nenek lagi nggak di rumah)dan kami juga berpamitan dengan para ibu-ibu anggota KUBE yang telah bersusah payah mengebut pesanan oleh-oleh kami. Acara pamitan tersebut agak dramatis memang.
Nggak terasa kami udah ngabisin 10 hari di desa ini, Desa Sei Rotan. begitu banyak hal-hal yang telah terjadi dan kami alami selama 10 hari itu. Begitu banyak pengalaman yang kami dapat. Akhirnya kami hanya dapat mengucapakan terimakasih dengan sangat buat nenek Ngati, kak Ari, A’a Joko dan Putra yang telah menerima kami di rumah itu dengan baik. Maaf kalo kedatangan kami udah ngerepotin. Kami juga minta maaf j karena udah bikin rice cooker nenek rusak  (kami khilaff nek..) sepuluh hari disana akan kami jadikan sebagai sebuah moment yang akan selalu kami ingat. PKL moment tentunya akan menjadi bagian dari cerita kuliah kami.
Makasih juga buat teman-teman semua para pasukan all-all, semoga dengan begini pertemanan kita makin solid dan kedepannya perjalanan kuliah kita tetap lancar. Amin… kalo ada waktu, ayo kita balik ke sana.
PKL moment part V ini menjadi part terakhir dalam cerita perjalanan pkl pasukan para all-all. Maaf kalo dalam penulisannya ada salah-salah kata, ada adegan atau moment yang terlupakan buat diceritakan (maklumlah, kapasitas otakku masih ala kadarnya). Maaf juga kalo misalnya ada kata-kata yang menyinggung perasaan kalian ya.. All. PKL moment ini aku tulis semata-mata hanya untuk seru-seruan dan berbagi buat semuanya. Kalian bisa baca lagi, kalo sewaktu-waktu kangen masa masa pkl.
It’s glad to be a part of you All...
Bye All..
Fitria Tee

Senin, 03 Juni 2013

PKL Moment Part IV


Anyeong haseyoo All…
Yati all disini..
ketemu lagi di part IV sepanjang jalan kenangan pkl moment...
Yuk kita lanjut bloging cerita dihari rabunya. Nggak terasa udah hampir seminggu kami berada di Desa Sei Rotan buat PKL. Di hari itu, kami lagi-lagi bagi tugas wawancara, buat laporan, dan buat dokumentasi film.  Banyak sekali informan yang harus kami wawancara, yakni dari berbagai industri rumah tangga dibawah naungan KUBE Sejahtera. Mulai dari industri jahe, border, peyek, handycraf dan masih banyak lagi.
Paginya, aku dan triple Y ku kembali mengajar di PAUD Seroja II. kami berangkat dengan kereta-kencana-tarik-tiga-seperti-biasa.  Senangnya aku ketemu anak-anak yang lucu itu lagi, ketemu fira yang lugu dan baik hati, ketemu rido yang jahil, Alfa yang bawel dan yang lainnya. Tingkahpolah mereka terkadang sungguh menggemaskankan.
Di PAUD, kelas mengajar aku, yunai, dan yantie-chan dipisah. Seperti biasa aku mengajar dikelasnya Bu Dani, kelas tempat Fira dkk belajar. Hari itu adalah pelajaran menggambar. Karena si Edi menggambar kereta api, Anak-anak lain kompakan menggambar kereta api juga..  Semua anak sibuk minta digambarin kereta api, soalnya mereka bilang mereka males gambar, maunya cuma ngewarnain doang (duh dasar, mau enaknya aja ini anak-anak). aku pun secara bergilir menggambarkan mereka kereta api. Sebenarnya aku udah berusaha menggambarkan kereta api yang baik dan benar. Tapi menurut mereka gambar kereta api tidak seperti itu. Menurut mereka gambar kereta api belum lengkap kalo belum digambar mata, hidung dan mulut yang sedang tersenyum. Kereta api bisa senyum?  (ternyata anak paud kadar imajinasinya tinggi). Besok-besok kalo disuruh gambarin mereka lagi, nggak mustahil juga kalo aku bakal disuruh gambar kereta api marah, bete, cemberut, atau jealous sekalian (all all…trus kelen gitu)
Pulang ngajar kami kembali ke rumah nenek Ngati. Menunggu makan siang, kami pada sibuk diskusi soal tugas pribadi sambil lesehan di teras. Teras itu adalah tempat yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar PAUD Seroja I.  Angin sepoi-sepoi dan suasananya bikin kami ngantuk. Karena nggak tahan godaan si angin sepoi-sepoi kami akhirnya ketiduran disana.
Hari sudah menjelang sore ketika aku terbangun. Ketika nyawaku sudah terkumpul sepenuhnya dari tidur siang ini, aku baru nyadar kalo mereka -teman-teman yang tadi pada ketiduran bareng- udah pada ngilang semua. Termasuk yunai dan yantie-chan. Aku celingak-celinguk nyari mereka di dapur, kamar, tempat main ayunan yang lagi ditongkrongin gbf (belakangan tempat main ayunan anak-anak Paud, kalo disiang hari menjadi Basecamp sekawanan gbf), tapi ternyata mereka nggak ada juga. Ternyata, eh ternyata mereka itu pergi beli es buah, jadi aku nitip aja. Enggak lama akhirnya mereka balik. Mereka bilang abis makan bakso. Nggak banget deh mereka makan nggak ngajak-ngajak.
Sore hari sampai malamnya, kami kembali memberi pelajaran tambahan buat anak-anak desa sei rotan. Seperti biasa, anak didik linda gbf dan anak didik sugai yang paling antusias. Seperti biasa lagi, anak didikku tetap sikembar salma-salmi, ayu dan kezia. seperti biasa lagi, salmi tetap tomboy, salma tetap rajin nanya ini-itu, ayu tetap suka curhat kejadian di sekolah, dan kezia tetap repot jagain pinkan adeknya, yang masih paud itu. Seperti biasa lagi…(udahlah, kebanyakan ‘seperti biasa’ kayaknya All)
Malemnya, selepas, anak-anak pulang, sugi mengingatkan kami tentang janji buat berkunjung ke tempat mahasiswa PKL Poltekkes. Biasalah, buat silaturahmi nggak penting. Sebenarnya aku dan yantie-chan nggak setuju, kami paling malas basa-basi nggak penting. Emangnya kalo kami datang mereka bakal bahagia? Kayaknya enggak deh. Tapi ujung-ujungnya kami tetap pergi juga. Sampe disana suasana ternyata malah tidak seperti yang kami harapkan. Tidak ada penyambutan atau apalah gitu (meskipun kami juga nggak ngarep mereka bakal nyambut kami sambil nari tor-tor). Suasananya ditempat mereka malah sepi, cuma ada beberapa orang. Katanya yang lain pada masih mendata ke rumah warga. Jadi kamipun memilih menunggu mereka (dasar tuan rumah nggak sopan, udah tau mau ada yang bertamu, malah kelayapan). Nggak beberapa lama akhirnya mereka pada pulang juga. 
Awalnya suasana disana canggung dan kaku sekali, mereka kelihatan kurang welcome gitu (atau mungkin cuma perasaanku aja?), tapi mendadak, -entah siapa- nawarin main kartu dam. Teman-teman yang lain pada gabung main sama mereka. akhirnya suasana mulai mencair. Ditambah lagi suasana nyanyi sambil bergitar ria. Apalagi setelah mereka menyuguhkan makanan.hi..hii.. kalo makan aja ya langsung…(all…all.. trus kelen gitu)
Karena waktu menunjukkan hampir tengah malam, kami memutuskan untuk beranjak pulang dengan wajah penuh colekan bedak habis main kartu. Awalnya yang pada main kartu sempat janjian nggak boleh ngapus colekan bedak sampe pulang ke rumah. Sampai dirumah, kami masih lanjut ngobrol-ngobrol, sebagian memilih tidur sementara yantie-chan  langsung asik facebookan. Awalnya aku juga mau tidur, tapi berhubung sang ketua rahmad mendadak datang menginvansi wilayah tidurku dan yantie-chan. Aku jadi nggak bisa tidur. ketua rahmad dengan tega dan nggak tau diri malah tiduran di wilayah kekuasaan kami. aku yang nggak bisa protes melirik ke yantie-chan supaya segera ambil tindakan, sayangnya yantie-chan sedikitpun nggak peduli dan terlalu asik sama facebooknya. Karena bengong dan nggak tau mau ngapain, aku tergoda ngeliat rambut si ketua rahmad yang tergerai. Aku yang belakangan keranjingan buat cocang seribu rambut orang, tertarik buat cocangin itu rambut. Jadi, tanpa buang waktu, aku nawarin buat cocang seribu rambut si ketua. Diluar dugaan si ketua -dalam keadaan antara sadar atau enggak di tidurnya- mengiyakan aja. Jadi mulailah aku asik mencocang rambut si ketua dan bebas dari rasa dikacangin yantie-chan. perlu diketahui bahwa cocanganku itu sangat stylist loh all…(nasis gilag…>.<). selesai dicocang, pikiran jahatku muncul. Si ketua yang udah tidur langsung aq pakein masker. Niatnya kalo entar bangun dia bakal kaget melihat dan merasakan wajahnya berubah setebal kulit badak( aku sendiri sebenarnya juga nggak tau persis kulit badak tebal ataau enggak *Cuma pande-pandean aja ^.^v*) Tapi malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih (pribahasa lebay) itu wajah masih dimasker setengah, si yantie-chan mendadak heboh karena Hpnya hilang. awalnya aku cuek aja. Soalnya berita yantie-chan kehilangan sesuatu bukan berita baru lagi.itu berita harian.  Hampir tiap hari dia kehilangan, entah itu hp, entah itu dompet, entah itu kunci motor. Dan itu semua karena si yantie-chan salah letak. Aku nyoba masa-bodo-nggak-peduli. Tapi lama kelamaan tingkah yantie-chan sebelas dua belas sama anak paud, dia makin gusar and heboh, grasak grusuk nyari hpnya. Dia berasumsi dengan sangat yakin bahwa hpnya tertinggal di tempat poltekkes tadi, padahal aku yakin betul udah dibawa pulang. Awalnya aku nyoba nenangin dia supaya jangan heboh (soalnya aku ngeri juga kalo entar bakal kayak kejadian sehari sebelumnya). Tapi dia malah tambah nangis darah dan histeris. Di sela isakannya dia maksa aku buat balik ke tempat anak poltekkes untuk memastikan perihal hpnya. Yang bener aja all…, udah tengah malam. Tapi karena nggak tega liat dia nangis keras-keras, lebih nggak enak lagi kalo bakal bikin ayam-ayam tentangga pada mati, akupun akhirnya nemenin dia bareng si putra buat balik kesana. Di tengah jalan, aku tetap berusaha bujuk dia buat balik besok aja. Aku bilang nggak enak ketok-ketok rumah orang tengah malem cuma buat mastiin itu hp. Kalaupun beneran tinggal, aku berani jamin bakal dibalikin sama mereka. Tapi dasar yantie-chan keras kepala. dia tetep kekeuh mau balik ke sana. Dengan perasaan kesal sampai ke ubun-ubun, aku coba hubungin itu hp, dan nggak aktif. Awas aja itu hp, kalo ketemu bakal aku patah dua.
Makin lama yantie-chan nangisnya malah makin kenceng. Sebenarnya kalo bisa aku pengen nabok si yantie-chan, tapi aku nggak tega, yah namanya orang lagi kehilangan, so pasti emang superpanik tingkat tinggi. Waktu udah mau nyampe ke tempat poltekkes, entah dengan maksud apa, si putra izin balik kerumah ngambil kereta (aku bingung buat apa ngambil kereta, jaraknya kepleset juga nyampek). Tinggallah kami berdua ditengah jalan yang sunyi dan gelap. sebenarnya aku takut dan merinding disko, tapi ngeliat keadaan yantie-chan, aku nggak ada pilihan lain selain tetap tinggal nunggu si putra datang dengan keretanya yang entah untuk apa itu?
Aku sempat bersumpah kalo si yanti nangisnya makin kenceng, aku nekat bakal gedar-gedor tu rumah poltekkes buat mastiin hpnya. Persetan dengan sopan santun, yang penting itu hp, ketemu, biar si yantie-chan hatinya tenteram dan aku bisa tidur secepatnya. Enggak lama kemudian si putra balik dengan keretanya. Dia nanya gimana, Aku bilang mending pulang dulu, dan besok pagi balik ke sana.  Beberapa meter lagi ke rumah nenek, aku liat semua temen-temen pada udah diluar nungguin kepastian itu. Aku mikirnya itu karena si yantie-chan tadi heboh banget kayak kehilangan anak ayam.
Sampai dirumah nenek, tiba-tiba ada seseorang (entah sipapun dia, terkutuklah dia!) yang ngeloncat keluar dari semak-semak sambil nyeplokin telor di kepalaku. Tanpa sempat berpikir ‘what happen?’ bahkan tanpa sempat kaget, dan tanpa jeda, Tiba-tiba sekawanan banteng yang tak lain tak bukan pasukan All-all yang lain langsung menyerbuku dengan tepung, air, ember dan entah apa lagi. Aku reflek ngerunduk buat ngelindungin kepalaku dari siraman atau serbuan apapun itu. sayangnya nggak ada yang terlindungi, kepala dan bajuku sempurna menjadi tempat adonan kue. aku baru sadar ‘what happen’ ini, gitu liat wajah yantie-chan udah nggak mewek lagi, malah tertawa jahil penuh kemenangan. Intinya, aku dikerjain sama pasukan all-all. Napsu pengen nabokin yantie-chan tadi muncul lagi. tanpa buang tempo aku ngejarin yantie chan -ngelemparin dia pake sandalku-, ngejarin yunai, dan banteng-banteng lainnya dengan maksud menularkan virus-virus adonan kue ini. mereka belarian kocar-kacir nggak jelas sambil teriak-teriak heboh (sekarang persetan ayam tetangga bakal mati). Suasana perlahan tenang, begitu yunai keluar bawa kue ultah beserta lilin menyalanya yang sumpah mati membuat aku agak tertekan batin. (Lilin itu dengan super tega menunjukkan umurku yang sudah lebih dari angka teater bioskop). tapi melihat pemandangan ini, napsu nabokin mereka surut, aku malah jadi terharu sama kepedulian mereka merayakan hari berkurangnya umurku (meskipun dengan acara ceplok telor yang sangat tidak mendidik itu). aku senang mereka ingat hari itu (Especially yunai and yantie-chan, they are, as always, remain this day, as always cares ‘bout this day). Setelah acara tiup lilin, aku pelukin deh si yunai dan yantie-chan dan mereka dengan baik hatinya nggak ngelak lagi. Tertularlah mereka virus-zombie-adonan-kue-ku.  Mereka akhirnya resmi menjadi zombie-zombie baru. Kami sempat poto bareng sambil motong kue, tapi setelah itu adegan balas dendam part two para zombie mencari mangsa terus berlanjut, mereka yang tak tega kostum tidur mereka kotor, kembali kocar-kacir belarian. Kami para zombie kembali antusias buat mencari mangsa baru. Semua berpencar memenuhi tugasnya. Mereka –para all- pada ketakutan (padahal nggak digigit juga, cuma dicolek), dan kompakan lari ke kamar (entah apa yang mereka lakukan dikamar, mungkin baca mantra). Sayangnya, mereka kurang solider, mereka ninggalin yani sendirian diluar yang siap jadi mangsa kami para zombie.  Yani berubah jadi kesatria bergitar buat ngelindungin dirinya sambil teriak ‘pergi kalian zombie, pergi kalian’. Kami dengan senyum jahat berniat memangsanya, tapi ngeliat dia nggak ragu-ragu buat ngelempar itu gitar kalo kami berani nyolek dia, akhirnya kamipun mundur teratur. Kami nggak mau dipukul pake gitar. Itu pasti super sakit.
Sebenernya kami udah usaha untuk ngebuat par all-all keluar kamar, sampe bilang pengen pipislah, (yang bener aja pipis dikamar, yun…yun, terus kw gitu), ngaku-ngaku jadi neneklah biar dibukain, Tapi mereka kekeuh nggak mau buka. Mungkin mereka tau itu cuma modus para zombie. Tapi gitu mereka tau kami udah pada bersih-bersih, mereka dengan waswas keluar juga, dengan property sarung ninja buat ngelindungin diri.
Okelah all… makin lama cerita part IV ini makin ngelantur kemana-mana, jadi aku sudahi dululah. Thank you so much buat yantie-chan dan yunai atas ‘yunyan’ nya. It so cute dog doll (akhirnya aku punya bantal yang unyu dan nyaman buat ditidurin waktu PKL), makasih juga buat teman-teman atas surprised tengah malamnya, makasih buat putra yang udah ninggalin kami ditengah jalan buat ngambil kereta dan turut berpartisipasi, makasih juga buat para zombie-zombie (kerja bagus all, kalian udah ngebuat si ketua rahmad menghabiskan sepanjang malam dengan sehelai sarung. *para zombie ngerunduk smabil teriakin jingle maaf-kami-khilaf* terus ditingkatkan semangat mencari mangsanya). Kami bersyukur karena ternyata nggak ada ayam tetangga yang mati, mungkin majikannya agak terganggu (maapin kami lah, kami khilaf…>_<v). it was an unforgettable birthday moment. Nggak nyangka kalian teteup mau ngerjain dikampung orang. Bener-bener nggak nyangka. Tadinya aku kira hp yantie-chan beneran hilang, soalnya acting nangisnya super meyakinkan. Aku berani taruhan, kalo dia itu cocok buat jadi artis sinotron stripping yang suka manjang-manjangin episode itu. Dan lebih cocok lagi buat jadi peran upik abu, yang sepanjang cerita kerjaannya nangis mulu karena dizolimi. Yantie-chan, you must try a film cast. Ujung-ujungnya makasih lagi ya All…..
Kita lanjut di part V…
Fitria tee