Jumat, 14 Juni 2013

Puisi : Dawai dan Bianglala

Dawai-dawai masa lalu

Wanita itu tersenyum padaku
“denting-denting dawai ini akan sedikit menguras emosimu”
Lalu ia memainkannya, mataku menerawang jauh
Tiba-tiba saja aku berada pada tempat yang dulu sempat kupijak, dejavu…

Suara alunan denting-denting itu nadanya menyayat hati
Kulihat semua temanku dan diriku yang dulu
Tawa itu, telah hilang dariku
Seseorang telah merenggutnya paksa

Dawai itu berhenti berdenting
“kau sudah merasa puas?” kata wanita tua itu
Tidak,   aku masih ingin di daerah dejavu itu
Jangan hentikan petikan dawai itu
Aku ingin tetap di tempat itu….



Bianglala

Syair-syair  rinduku membentang sepanjang waktu yang mengikuti jejakmu
Lelah tak membuat syair itu mati
Justru semakin membias
Ia bercahaya, menerangi jalanmu mencari cinta sejati
meski cinta sejati itu tak kembali pada mata penaku
yang senantiasa menari bersama inspirasi

kau boleh torehkan kisahmu di hijaunya impian
jangan tanyakan jika ku juga bisa meski caranya berbeda

hidupku memang tak seperti gemerlap kejora
tapi aku juga sebuah nyawa
meski syairku terkadang ilusi
tapi kau tak boleh abaikannya


semoga rindu yang tlah lama kutabung sampai dadaku tak lagi bisa bernafas baik, kau bisa membalasnya kelak..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar