Setelah
belakangan kembali intens melakukan
aktivitas marathon drama dan film
korea, agaknya saya ingin kembali mencoba peruntungan menulis review film di
rumah tua (baca: Blog) ini. Seperti jargon salah satu penerbit buku fiksi
kenamaan, ‘Read is hot, Write is cool’, saya juga akan kembali mencoba membangkitkan djiwa
menulis –yang pemalas- ini dari persemayamannya (lebay mode on). Ada beberapa movie asal negeri ginseng yang sebenarnya sangat ingin saya review.
Tetapi pada kesempatan kali ini, saya akan mereview salah satunya saja. Tidak
lain tidak bukan ‘The Beauty Inside’.
Jika
kamu merupakan salah satu penggemar oppa
dan ahjussi tampan asal negeri
ginseng, dan ingin menyaksikan lakon ciamik mereka dalam satu paket project
film, maka ‘The Beauty Inside’ adalah pilihan tontonan yang tepat. Kalau biasanya
kita sering disuguhkan film dimana seorang aktor memerankan beberapa karakter
sekaligus (sebut saja, karakter tokoh kembar, misalnya), maka dalam The Beauty
Inside kamu akan menyaksikan sebaliknya, dimana beberapa aktor/ aktris
memerankan satu tokoh. Penasaran kan? Penasaran? Oh, tidak. Ya sudah.
The
Beauty Inside rilis sejak juli 2015 silam dan merupakan remake dari film Amerika berjudul sama yang tayang tiga tahun
sebelumnya. Ide cerita yang menarik serta raihan penonton dengan angka
memuaskan dari versi aslinya, agaknya menjadi ketertarikan sendiri bagi sineas
perfilman Korea Selatan untuk mencoba peruntungan mendaur ulang film ini dengan
cita rasa korea. Maka, akhir tahun 2014, film ini resmi memulai produksi dan
ditayangkan Juli tahun depannya.
The
Beauty Inside berkisah tentang seorang pria yang bekerja sebagai furniture designer bernama Woo Jin. Woo
jin sendiri, merupakan sosok pria yang tidak biasa, karena sejak sebelas tahun
yang lalu saat ia masih duduk di bangku SMA, Woo Jin mengalami penyakit aneh
yang dulu juga diderita almarhum ayahnya. Penyakit itu, mau tidak mau berimbas
sangat signifikan pada kehidupan sosial Woo Jin. Dan apakah tepatnya penyakit
aneh tersebut? Penyakit aneh tersebut membuat Woo Jin selalu berganti-ganti
wajah setiap kali dia terbangun dari tidur. Bahkan tidak hanya wajah, postur
tubuh, jenis kelamin, usia, bahkan juga
kebangsaan ikut berubah ketika ia bangun dari tidur. Intinya, Woo Jin menjadi
orang yang sama sekali berbeda –secara fisik-dengan sesaat sebelum dia
tertidur. Hari ini, ia bisa saja tertidur dengan fisik kakek-kakek renta namun
keesokan paginya ia terbangun dengan fisik pelajar SMA. Namun dibalik itu
semua, Woo Jin tetaplah seseorang dengan hati, jiwa, perasaan, bahkan memori
yang sama. Tetap seseorang bernama Woo Jin, Pria dewasa berumur tigapuluhan.
Woo
Jin sudah terbiasa dengan penyakitnya tersebut, Ia tetap menjalani hari-hari
dengan bekerja mendesain furniture di ruang kerjanya, kemudian menjualnya
secara online. Woo jin merupakan
furniture designer yang berbakat. Furniture rancangannya –bermerk ALX- banyak
digemari dan dibicarakan para pecinta furniture, namun tidak pernah ada yang
tahu sosok asli Woo jin, Sang furniture
designer. Selama ini, ia selalu merahasiakan penyakitnya, Hanya ibunya dan
seorang teman dekat bernama Sang Baek saja yang mengetahui penyakitnya
tersebut.
Permasalahan
dimulai ketika Woo Jin jatuh cinta pada Yi Soo (Han Hyo Jo), gadis yang bekerja
di sebuah toko furniture yang sering ia datangi. Setiap kali Woo Jin
mengunjungi toko furniture tersebut, Yi Soo selalu menyambutnya dan melayaninya
dengan ramah, tidak peduli apakah saat itu ia sedang berada dalam fisik tampan
atau jelek, tua atau muda. Dengan perubahan fisiknya saban hari, alih-alih menjalani
hubungan dan memiliki kekasih, untuk berkenalan dan mendekati wanita saja
merupakan hal yang mustahil bagi Woo Jin.
Suatu
hari ketika Woo Jin terbangun sebagai pria muda nan tampan (diperankan oleh
Park Soe Joon), ia pun memberanikan diri berkenalan dengan Yi Soo. Bahkan Ia
rela tidak tidur selama beberapa hari demi menemui Yi Soo dan tetap dalam fisik
yang sama. Sialnya, karena sudah terjaga selama berhari-hari, Woo Jin akhirnya
ketiduran dan kembali mengalami perubahan fisik padahal ia mempunyai janji temu
dengan Yi Soo. Sejak itu, ia kembali hanya bisa menjadi pengunjung toko furniture
tempat Yi Soo bekerja dengan fisik yang berubah-ubah lagi.
Woo
Jin tidak mampu lagi mengingkari perasaannya. Suatu hari, ia menemui Yi Soo dan
membeberkan rahasianya. Tentu saja Yi Soo tidak mempercayai hal tersebut.
Namun, Woo Jin bersikeras mengajak Yi
Soo kerumahnya dan menginap untuk menyaksikan secara langsung perubahan
fisiknya keesokan hari. Setelah apa yang dikatakannya terbukti, Yi Soo akhirnya
berusaha memercayainya dan mencoba menerima Woo Jin. Namun, permasalahan tidak
berhenti sampai disitu. Yi Soo justru dihadapkan oleh masalah baru, ketika orang-orang sekitarnya mulai menggosipkannya suka bergonta-ganti
pasangan dan ditambah lagi, rencana pernikahan
yang tidak mampu mereka wujudkan mengingat sangat mustahil bagi Yi Soo untuk
memperkenalkan Woo Jin kepada keluarga dan lingkungan sosialnya. Lalu,
bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?, ada
baiknya kamu tonton sendiri.
Memproduksi
film dengan genre fantasi seperti ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Namun tidak
berarti tidak mungkin, terbukti rumah produksi Next Entertaiment World berkolaborasi dengan Yong Film terlihat
sangat niat meremake film ini. Tidak tanggung-tanggung dua puluh satu aktor dan
artis kenamaan korea digandeng untuk memerankan lakon Woo Jin. Tidak salah
kiranya kalau begitu banyak penikmat film yang menantikan tontonan bertabur
bintang ini. Di babak pembuka, jalan penceritaan The Beauty
inside cenderung lancar dan aman sejak menit pertama. Sinematografi film terasa
sangat sederhana, hal yang terasa wajar karena setting tempat, waktu, dan plot,
tidak mengharuskan film ini memiliki sinematografi yang mewah. Sesekali
terselip adegan-adegan kecil yang memancing gelak tawa,-seperti saat Yi Soo
berkencan dengan Woo Jin dalam tubuh anak kecil, dan secara diam-diam mengisi soju dalam botol susunya atau saat Woo jin, berada dalam fisik gadis
cantik (diperankan Park Shin Hye) dan
sang teman dekat Sang Baek, begitu tertarik kepadanya-. Namun, diparuh akhir
film, penceritaan menjurus serius, dan lebih berfokus mengeksplorasi karakter
Yi Soo, yang begitu dilanda dilema.
Secara
personal, dan tentu saja subjektif, The Beauty Inside merupakan film yang bagus
dan sederhana namun sarat pesan bagi saya. Terlebih lagi, scene-scene yang
lumayan sedih tidak di visualkan secara cengeng dan berlebihan, sungguh benar-benar
sederhana. Jadi film ini lumayan recommended
sebagai tontonan dikala santai. Sangat mudah bagi saya untuk terhubung dan
berempati dengan seorang Yi Soo. Bagaimana sulitnya memiliki kekasih dengan
wajah yang berubah-ubah setiap hari. Hal
tersebut tentu saja tak lepas dari kinerja Han Hyo Jo sebagai leading female di film ini. Aktingnya
patut diacungi jempol, Han Hyo Jo mampu menjaga konsistensi chemistry dengan
begitu banyak aktor berbeda yang memerankan Woo Jin sepanjang durasi film.
Namun, -lagi-lagi secara personal- sangat sulit
bagi saya terhubung dengan karakter Woo Jin, mengingat sepanjang film ia
selalu berubah-ubah. Sepanjang durasi film, para aktor yang memerankan Woo Jin,
bisa jadi hanya tampil dalam hitungan menit saja. Namun ada beberapa aktor yang
memberikan akting berkesan sewaktu memerankan karakter Woo Jin di antaranya
Park Soe Joon dan Lee Jin Wook.
Selain
deretan leading cast yang sedemikian
banyak itu, apresiasi juga patut dipersembahkan
kepada Baek Jong Yeol sang sutradara. Meski berthema fantasi, sang
sutradara mampu mengejawantahkan plot cerita dengan baik sehingga masalah percintaan
demikian terkesan relevan dengan masalah percintaan pada umumnya di dunia
nyata. Kita pasti menyadari, pada dasarnya seseorang selalu membutuhkan waktu
untuk kemudian mempunyai perasaan dan mencintai seseorang yang bahkan secara
fisik tidak berubah signifikan dalam waktu yang lama, lalu bagaimana pula kah
mencintai seseorang dengan fisik yang berubah setiap hari?
Betapa
pentingnya memiliki hati yang cantik, karena fisik yang cantik (bahkan pada
manusia normal seperti kita) kapan saja bisa berubah. Secara implisit, kurang
lebih begitulah pesan yang ingin disampaikan film ini kepada penonton. Meski
terlalu telat untuk mereview, The beauty Inside really recommended movie. Empat
bintang untuk film ini. Selamat menonton, dan selamat mencintai, Everyone!
Iyat
Juli
2017