Senin, 26 Januari 2015

2nd Entry in 2015

Halo,

Setelah opening 2015 dengan sebuah postingan puisi berthema galau-susah-move on yang tidak jelas juntrungannya beberapa hari yang lalu. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang beberapa hal yang (mungkin) lebih jelas. *pasangmukaserius*

Tidak seperti mayoritas umat manusia dimuka bumi ini yang mengisi awal tahun dengan liburan tahun baru dan sebagainya (meskipun liburan tersebut cuma nongkrong depan tv di rumah), saya adalah si anti-manistream yang tetap bekerja (meskipun cuma kerja sama ortu dan.. sebut saja itu semi profesional, supaya saya agak sedikit terhibur).

Tahun 2014 kemarin bukan tanpa kenangan, saya harus bersyukur karena di tahun itu akhirnya saya bisa melewati satu moment menegangkan bernama sidang skripsi dan alhamdulillah saya lulus, meskipun sampai sekarang revisi belum juga kelar. Di akhir tahun  2014 juga ada dua moment yang cukup memorable  bagi yaitu Pertama, acara bakti sosial peduli Sinabung komunitas Lensa Alam, yang setahun lalu saya turut bergabung di dalamnya. Meskipun tidak berperan besar, saat-saat bersama teman-teman di komunitas itu selalu menyenangkan dan rame joke. Moment kedua adalah reuni kecil dadakan bersama salah seorang Patner in crime saya semasa SMA, riska veronica alias riskut. Riskut bekerja di Jakarta sejak dua tahun yang lalu dan aksi mudiknya kemarin menjadi kesempatan langka buat kami bertemu dan berbagi cerita. Tak banyak yang berubah dari riskut, kecuali cara bisanya yang sekarang suka keceplosan -gua-elu-.  Moment kemarin cuma acara makan bareng yang lebih mirip adegan penculikan serta kunjungan ke rumah salah seorang teman yang baru mempunyai anak, tapi bagi saya itu  'pleased enough'. So, thankyou Kut.

Agenda awal tahun saya baru benar-benar terlaksana, dimana dihari keenam awal tahun saya balik ke medan dengan maksud membantu sidang seorang yantchan. Setelah acara sidang yantchan 'bubar jalan' , tak ubahnya drama  baru keluar kandang, begitu banyak planning meledak-ledak di kepala kami yang ingin kami lakukan dalam waktu dekat. Dari yang paling sederhana sampai yang paling tidak masuk akal, misalnya berencana hijrah ke planet Do min joon si alien tampan cenderung cantik di sebuah drama korea.

Sampai pertengahan bulan januari, kegiatan bersenang-senang tak jelas juntrungannya terus berlanjut. bersama seorang homemate saya di medan yang sering kami panggil irma eonni yeopoeyo. Secara perlahan kami mulai membentuk segitiga mutual atas kesamaan tempat, dan waktu senggang. Saya, yantchan, dan irmaeonni adalah 3 sudut pembentuk segitiga mutual yang berujung pada kegiatan Q-time kemana-mana bareng. Q-time tersebut termasuk selebrasi 7th anniversary yantchan dan misi yang kami sebut 'findingLeluhur' ke Galeri Rahmad (misi itu gagal, dan kami berencana membuat sekuelnya yaitu 'findingLeluhur II ke kebun Binatang Pematang Siantar).

Meskipun diselingi revisi demi revisi (yang nggak seberapa) yang terpaksa saya kerjakan di perpustakaan kampus demi menjaga mood agar tak berlarian. Kegiatan demi kegiatan yang kami lakukan semakin memperkokoh segitiga mutual tadi. Yang membahayakan dari semua itu adalah perasaan susah move-on dari kegiatan-kegiatan menyenangkan dan mencoba melupakan realitas tersebut. Irmaeonni mungkin sudah memasuki realitas sejak mulai bekerja hari ini. Tapi saya dan yantchan belum. Kami masih bergulat dengan perasaan tidak repot peduli yang belakangan semakin terasah karena keseringan dinilai, diterka, dikatain, dinasehatin dengan berbagai sudut pandang ideal orang kebanyakan. Perasaan senasib sebagai orang payah  mau tak mau membuat kami beraliansi dan saling melindungi. *Menerawang*

Sampai sekarang, saya masih terobsesi dengan kopi, sibuk menyempurnakan isi Scrapbook dengan catatan perjalanan yang tak seberapa, dan membenamkan diri pada  project baru bernama BiruKelana Project. Scrapbook memang tak terlalu intens, tapi  obsesi kopi membuat saya hampir tak ternah tidur karena overkafein dan ditambah lagi Project BiruKelana membuat pikiran saya melayang-layang dengan segala ide yang nyaris membuat kepala meledak. Terlalu banyak jalinan cerita yang harus saya tuangkan ke kertas (lagi ogah ngetik), belum lagi hujatan-hujatan yantchan yang bilang project ini nggak bakal tamat seperti project-project saya sebelumnya. Saya sih, nggak terlalu ambil pusing, mungkin yantchan cuma gak rela bekas-bekas kertas skripsinya yang dikerjakan sepenuh jiwaraga jadi tumbal tulisan ini.

Sementara itu, yanthan sampai detik ini masih jatuh bangun melahap berbagai drama-korea. Belasan episode dihabiskan sekali jadi dalam sehari. Tengah malam mungkin yantchan baru bisa menamatkan satu drama dan kemudian bermimpi dicium Leeminho. Keesokan harinya yanti akan membeli Kaset drama korea baru yang telah diriset sebelumnya melalui youtube. Mungkin suatu saat nanti yantchan berencana memborong semua kaset sekaligus abang penjualnya supaya nggak repot. Sangkin banyaknya keping CD yang telah kami beli, Nur, salah seorang  homemate saya yang lain berencana membuat kerajinan tangan tirai pintu dari kepingan CD tersebut.  Bagi kami merupakan ide yang kejam dan tidak patut diapresiasi. 

Terkadang dari sekian banyak obrolan demi obrolan yang kami bicarakan sepanjang hari, dan ketika sudah menyinggung revisi , Yantchan langsung pura-pura pilon dan menganggap revisi adalah sejenis makanan kering. 

Setelah menulis ini semua, saya kemudian sadar tulisan ini juga menjadi salah satu postingan yang mungkin tidak jelas dan kurang bermanfaat bagi pihak manapun. oke, saya minta maaf. Mungkin sudah sebaiknya kami bertobat dan mulai menyambangi perpus lagi untuk.....r****i.

akhir januari
yatt

Selasa, 20 Januari 2015

(Not) Chajatta

Kemana lagi akan kucari? Dirimu yang nyata, bukan utopia. Bukan bayang-bayang.

Lewat setahun yang lalu niat itu begitu lekat. Begitu penuh bara. Akan kutuju satu kota dekat pantai berjarak 341 kilometer itu demi menemukan sosokmu yang bukan ilusi. Akan kusaksikan langsung bagaimana hasil metamorfosa dalam kurun sewindu ini. Meski mungkin nanti aku tak cukup berani menyapamu, apalagi menggali ingatan usangmu, Aku akan cukup mampu memaafkan diriku.

Namun sekonyong-konyong, belum usai semua kutuntaskan disini. Di Kota penuh desakan ini, bahkan belum lagi kulangkahkan kakiku. Kau pergi lagi. Meninggalkan kota hangat yang kelak ingin kutuju demi seraut wajah.

Tanpa aba-aba kau pergi lagi. Menyeberang pulau. Belantara ibukota menelanmu bulat-bulat. Dan aku bergeming. Apa yang harus kuperbuat? Kemana lagi akan kucari dirimu?

Aku tak tahu, apalagi yang bergemuruh di sini. Bukankah semuanya sudah berlalu sangat lama? Ruh apa yang merasukiku sehingga mencintaimu hingga lapisan tulang tanpa henti dan tanpa  mau peduli.

Apakah harus kumasuki juga rimba kotamu yang baru demi seraut wajah? Bagaimana kalau aku tersesat? Kutahu semua tidak mudah. Hidup dalam angan-angan membuatku seperti zombie. Dan zombie tak pernah sepadan dengan manusia kasatmata.

Kau tahu betapa sulit ini? Mencintaimu tak ubahnya membangun istana dari serpihan kapas tanpa pondasi. Membuat kepercayaan diriku utuh pun aku belum mampu, lalu bagaimana mungkin aku membangun rasa mencintai pada sesosok utopis, ada tapi tak pernah nyata.

Sedekat apapun kau kembali. Tetap kutak mampu menahanmu. Sejauh apa kau pergi, tetap tak ada yang bisa hilang di dalam sini.


Kemana lagi akan kucari. 


di Sebuah tempat saat q/time
Yatt