Kemana lagi akan kucari? Dirimu yang
nyata, bukan utopia. Bukan bayang-bayang.
Lewat setahun yang lalu niat itu begitu
lekat. Begitu penuh bara. Akan kutuju satu kota dekat pantai berjarak 341 kilometer
itu demi menemukan sosokmu yang bukan ilusi. Akan kusaksikan langsung bagaimana hasil
metamorfosa dalam kurun sewindu ini. Meski mungkin nanti aku tak cukup berani
menyapamu, apalagi menggali ingatan usangmu, Aku akan cukup mampu memaafkan
diriku.
Namun sekonyong-konyong, belum usai
semua kutuntaskan disini. Di Kota penuh desakan ini, bahkan belum lagi
kulangkahkan kakiku. Kau pergi lagi. Meninggalkan kota hangat yang kelak ingin
kutuju demi seraut wajah.
Tanpa aba-aba kau pergi lagi. Menyeberang
pulau. Belantara ibukota menelanmu bulat-bulat. Dan aku bergeming. Apa yang
harus kuperbuat? Kemana lagi akan kucari dirimu?
Aku tak tahu, apalagi yang bergemuruh
di sini. Bukankah semuanya sudah berlalu sangat lama? Ruh apa yang merasukiku
sehingga mencintaimu hingga lapisan tulang tanpa henti dan tanpa mau peduli.
Apakah harus kumasuki juga rimba kotamu
yang baru demi seraut wajah? Bagaimana kalau aku tersesat? Kutahu semua tidak
mudah. Hidup dalam angan-angan membuatku seperti zombie. Dan zombie tak pernah sepadan
dengan manusia kasatmata.
Kau tahu betapa sulit ini? Mencintaimu tak ubahnya membangun istana dari
serpihan kapas tanpa pondasi. Membuat kepercayaan diriku utuh pun aku belum
mampu, lalu bagaimana mungkin aku membangun rasa mencintai pada sesosok utopis,
ada tapi tak pernah nyata.
Sedekat apapun kau kembali. Tetap kutak
mampu menahanmu. Sejauh apa kau pergi, tetap tak ada yang bisa hilang di dalam
sini.
Kemana lagi akan kucari.
di Sebuah tempat saat q/time
Yatt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar