Holla, tanpa terasa kita udah berada di penghujung tahun. Akhirnya saya menulis lagi, dan akhirnya saya posting lagi. Postingan ini saya tulis dalam keadaan mood yg normal di rumah kontrakan saya, dan tepatnya sedang berada di samping ira yang saat ini tidur melintang di belakang pintu kontrakan persis palang pintu. Yak, itu tidak penting dan mari kita lanjutkan saja postingan ini
tanpa terasa desember hadir lagi. ini adalah desember pertama saya tidak berada di kota medan dan sekitarnya. Desember pertama saya tidak berada dekat dengan mamak, papa, dan si littlecrazy aii. meskipun penghujung tahun di dekat mereka, kami tak selalu melakukan ritual menyambut tahun baru yg spesial, saya tetap merindukan penghujung tahun bersama mereka.
Desember ini saya yakin tetap bekerja seperti biasanya, tetap berhadapan dengan seperangkat komputer dan sinar merah scanner yg kadang bikin silau. Tapi its oke, i will always oke. Apalagi selama ada ira. Si nenek lampir cerewet dan agen yang bisa diandalkan.
Tiga bulan ini begitu banyak hal yang saya sangat rindukan, naik gunung bersama lensa alam, doing something silly with yantchan, bahkan makan masakan mamak.
Tahun ini dipastikan tidak akan ada perayaan apa apa. Saya pasti akan bekerja seperti hari biasanya. bertemu dengan rekan kerja seperti biasa, dan istirahat sperti biasa. Saya belum tahu pasti bagaimana tempat ini menyambut tahun baru. Saya hanya berharap akan ada yg menarik.
Tiga bulan ini, saya berusaha menemukan ritme hidup yang baik. Tapi tampaknya saya terlalu malas. Mungkin saya harus sering sering mengingatkn diri sendiri untuk mulai memperbaiki pola hidup.
Desember ini saya harap akan menjadi desember yg baik hati. Semoga.
Iyatt
Jumat, 04 Desember 2015
Minggu, 08 November 2015
November tiba,
Udara masih diselimuti kabut asap, meski tak setebal pertama kali aku menginjakkan kaki disini,
Aku menengadah dan rembulan jingga itu masih ada...
Tiba tiba saja kota ini tak seasing pertama kali
Memulai hari dengan perasaan tak siap bukanlah sebuah pilihan
Dan sudut ruangan dengan meja dan seperangkat komputer itu bukan seperti yang ada di benakku
Namun tak pantas kusampaikan penyesalan
Semua adalah pilihan yg sudah kueksekusi sendiri
Aku hanya mampu menstandartkan segala tahap tahapnya
Yg kadang tak sesuai logika manusia awam,
Perlahan aku kembali belajar
Mempelajari apapun itu
Termasuk mereview apa yg telah lewat
Masih banyak yg tak kutahu
Masih banyak yg sulit kuterima
Dari tahap tahap itulah aku akan berbenah sedikit demi sedikit
Ditempat ini aku membenci diam dan keheningan,
Membuatku merindu apa yang kujalani dulu
Rutinitas yg dulu ingin kutinggalkan
Malah kini sangat ingin kulakukan lagi
Aku rindu rasa dibutuhkan
Aku rindu detak detik jam yang berlalu cepat
Aku rindu kekumalan itu dan semua detail detailnya
Tempat yang dulu selalu membuatku merasa di remehkan, betapa ingin kudekap dan kuraba erat
November telah tiba
Namun belum kuketahui juga sebagai apa aku berlakon
Apakah aku sepenjaga, ataukah aku si pencari?
Rasanya, aku hanya ingin tempat itu, tempat aku bisa menguapkan rindu..
Iyatt
8 november 2015
Hujan buatan telah turun...
Aku menengadah dan rembulan jingga itu masih ada...
Tiba tiba saja kota ini tak seasing pertama kali
Memulai hari dengan perasaan tak siap bukanlah sebuah pilihan
Dan sudut ruangan dengan meja dan seperangkat komputer itu bukan seperti yang ada di benakku
Namun tak pantas kusampaikan penyesalan
Semua adalah pilihan yg sudah kueksekusi sendiri
Aku hanya mampu menstandartkan segala tahap tahapnya
Yg kadang tak sesuai logika manusia awam,
Perlahan aku kembali belajar
Mempelajari apapun itu
Termasuk mereview apa yg telah lewat
Masih banyak yg tak kutahu
Masih banyak yg sulit kuterima
Dari tahap tahap itulah aku akan berbenah sedikit demi sedikit
Ditempat ini aku membenci diam dan keheningan,
Membuatku merindu apa yang kujalani dulu
Rutinitas yg dulu ingin kutinggalkan
Malah kini sangat ingin kulakukan lagi
Aku rindu rasa dibutuhkan
Aku rindu detak detik jam yang berlalu cepat
Aku rindu kekumalan itu dan semua detail detailnya
Tempat yang dulu selalu membuatku merasa di remehkan, betapa ingin kudekap dan kuraba erat
November telah tiba
Namun belum kuketahui juga sebagai apa aku berlakon
Apakah aku sepenjaga, ataukah aku si pencari?
Rasanya, aku hanya ingin tempat itu, tempat aku bisa menguapkan rindu..
Iyatt
8 november 2015
Hujan buatan telah turun...
Kamis, 22 Oktober 2015
Sista birthday post..
Lahir dari rahim yang sama tidak membuat kami memiliki tabiat dan sifat yang sama. Kakak adalah si ekstrovert yg selalu sukses membangun relasi dengan siapapun. Sementara aku adalah si adik introvert yg lebih menggilai kesendirian dan selalu diselaputi keanehan.
Memutuskan untuk tinggal dan bekerja di lingkungan kakak membuatku tahu segala sesuatu tentangnya yg selama ini tidak kutahu ataupun kadang salah kuinterpretasikan.
Biasanya aku hanya menghadapinya pada musim musim tertentu, semisal musim lebaran ketika ia pulang kerumah. saat itu yang kutahu kakak hanyalah si nona ratu shopping yang bawel. Namun mengenalnya setiap hari dalam suasana kerja membuatku sadar bahwa aku memang salah interpretasi. Kakak adalah pekerja keras yang pintar, kepribadian kerjanya sekarang mungkin adalah hasil akumulasi tempaan waktu dan situasi sebelumnya. Buah yg ia petik sekarang bukan semata dari pohon ajaib yg tiba tiba tumbuh dibelakang rumah dalam semalam tapi hasil menanam bibit, hingga tumbuh bertunas dan menghasilkan buah.
Berada dalam lingkungan kerja yang sama, membuatku sadar kami berada dalam kasta yang berbeda. Hubungan adik kakak tiba saja lindap. Ia berubah menjadi orang lain yang tak pernah bisa kujengkali.
Tapi sebenarnya bukan itu yg kutakutkan. Aku hanya takut orang orang membuat komparasi terhadap kami. Dunia dan realitas yang kompetitif ini menjadikan orang orang peka dan pintar membandingkan. Orang- orang hanya akan terus menilai. Padahal aku tetap saja si adik yg introvert. Dan kakak tetap saja menjadi si supel ekstrovert.
Edisi curhat di ulang tahun kakak
Happy birthday, Allah Bless You as Always
Iyat
Memutuskan untuk tinggal dan bekerja di lingkungan kakak membuatku tahu segala sesuatu tentangnya yg selama ini tidak kutahu ataupun kadang salah kuinterpretasikan.
Biasanya aku hanya menghadapinya pada musim musim tertentu, semisal musim lebaran ketika ia pulang kerumah. saat itu yang kutahu kakak hanyalah si nona ratu shopping yang bawel. Namun mengenalnya setiap hari dalam suasana kerja membuatku sadar bahwa aku memang salah interpretasi. Kakak adalah pekerja keras yang pintar, kepribadian kerjanya sekarang mungkin adalah hasil akumulasi tempaan waktu dan situasi sebelumnya. Buah yg ia petik sekarang bukan semata dari pohon ajaib yg tiba tiba tumbuh dibelakang rumah dalam semalam tapi hasil menanam bibit, hingga tumbuh bertunas dan menghasilkan buah.
Berada dalam lingkungan kerja yang sama, membuatku sadar kami berada dalam kasta yang berbeda. Hubungan adik kakak tiba saja lindap. Ia berubah menjadi orang lain yang tak pernah bisa kujengkali.
Tapi sebenarnya bukan itu yg kutakutkan. Aku hanya takut orang orang membuat komparasi terhadap kami. Dunia dan realitas yang kompetitif ini menjadikan orang orang peka dan pintar membandingkan. Orang- orang hanya akan terus menilai. Padahal aku tetap saja si adik yg introvert. Dan kakak tetap saja menjadi si supel ekstrovert.
Edisi curhat di ulang tahun kakak
Happy birthday, Allah Bless You as Always
Iyat
Selasa, 20 Oktober 2015
Rembulan Jingga Sesore ini
Semua tetap asing, jiwaku tak mampu melebur
Sepanjang jalan setapak kecil yg penuh liku dan selalu dibalut kabut asap,
Aku merenungi tahap demi tahap perjalanan
Rembulan jingga itu tetap ada, di langit asing yang masih sama
Namun ia tak pernah terasa asing
Menemani dan menjadi teman imajiner setia
Wahai rembulan jingga, langit belum gulita
Tapi mengapa biasmu begitu kentara
Adakah kau mampu memindai hatiku
Yang kadang hanya mampu memendam
Adakah kau mampu menerjemahkan keluhku yang tak mampu bersuara
Rembulan jingga
Mengapa kau hadir sesore ini
Dalam sapuan sepanjang setapak kecilku
Iyatt
About inferior person
Di oktober -yang anehnya- masih kemarau
Sepanjang jalan setapak kecil yg penuh liku dan selalu dibalut kabut asap,
Aku merenungi tahap demi tahap perjalanan
Rembulan jingga itu tetap ada, di langit asing yang masih sama
Namun ia tak pernah terasa asing
Menemani dan menjadi teman imajiner setia
Wahai rembulan jingga, langit belum gulita
Tapi mengapa biasmu begitu kentara
Adakah kau mampu memindai hatiku
Yang kadang hanya mampu memendam
Adakah kau mampu menerjemahkan keluhku yang tak mampu bersuara
Rembulan jingga
Mengapa kau hadir sesore ini
Dalam sapuan sepanjang setapak kecilku
Iyatt
About inferior person
Di oktober -yang anehnya- masih kemarau
Jumat, 18 September 2015
Silent
Tuhan pasti punya hitungan matematis sendiri atas kau, aku, dan hubungan searah ini. Aku yang terus mencintaimu setengah mati sekaligus mengagumimu tanpa pernah membelot, dan kau yang terus tak pernah menyadarinya.
Sebelas tahun bukan waktu sebentar, namun juga bukan waktu yang panjang. Tidak ada skala waktu yang tepat untuk mengukur seberapa lama seseorang terpaku pada satu cinta sepanjang hidupnya. Selama itulah aku berada dalam titik edar tempat kau berada, tapi aku tak ubah roh kasat mata yang tak tertangkap mata telanjangmu.
Tak terhitung bosannya sitha, sahabat terbaikku mengingatkan untuk menyudahi cinta absurdku ini. Shita pulalah saksi nyata sebelas tahun itu. Sejak kita SMP sampai bangku perguruan tinggi.
Jika memang ada orang selain sitha yang mengetahui cinta absurd ini, mungkin mereka sudah menggangapku tak waras dan menganjurkanku segera konsultasi ke psikiater. Meskipun aku juga tidak yakin psikiater mampu menyelesaikan masalah ini.
Cinta padamu selama sebelas tahun adalah rahasia terbungkus keheningan yang rapi. Hanya kepada sitha aku membukanya. Terlalu jauh bagiku untuk berpaling dan mencoba lupa, kau sudah seperti gravitasi yang harus membuatku selalu lekat.
Aku ingat empat tahun lalu, aku di opname selama seminggu pasca ujian SNMPTN karena kelelahan belajar. Apakah aku perlu jelaskan kenapa? Ya, aku harus lulus di UI demi mengejar pusat gravitasiku. Gravitasi yang di paksakan. Kau.
Apakah kau perlu tahu juga kenapa kita bisa bersekolah di SMA yang sama dan sempat dua kali sekelas? Ya, karena alasan yang selalu sama, gravitasiku. Kau. Tidak mudah untuk lulus saringan masuk SMA favorit apalagi kelas unggulan. Dan aku mampu.
Cinta yang membangkitkan energi positif itulah yang selalu kujadikan sumpalan mulut sitha yg terus cerewet memaksaku menyerah.
Sangat sulit menyamai langkahmu. Kau terlahir dengan kecerdasan alamiah. Sementara butuh usaha ekstra bagiku untuk menapaki jalan yang sama denganmu. Apakah menurutmu aku sudah pantas?
Sebulan yang lalu, kita diwisuda bersama. Jangan tanya lagi kenapa bisa bersama. Kau dengan toga masih segagah lelaki kecil yg dulu mengenakan seragam putih abu abu ataupun putih biru.
Meskipun kau bermetamorfosa menjadi pemuda dewasa nan tampan, perasan ini tetap ada. Mengarat. Belasan tahun lamanya.
Tahukah kau bagaimana bebalnya cinta? Aku tahu sejak dulu kau hanya menganggapku sebagai Teman SMP, SMA, bahkan teman kampus sefakultas yang kadang kau temui tak sengaja di kantin atau di perpustakaan. Jika bertemu tak sengaja, kau hanya melontarkan sapaan paling universal sedunia dan aku membalas dengan jawaban basa basi paling universal sedunia. Dan perasaanku masih tetap bebal.
Sebelas tahun ini kau telah puluhan kali gonta ganti pacar, sementara aku tak pernah sekalipun menjalin hubungan pacaran dengan siapapun dan masih mencintaimu dalam keheningan.
Sebulan pasca wisuda kau diterima bekerja di sebuah BUmn. Sementara aku salah satu pelamar yang tak diterima.
Periode berikutnya aku kembali mencoba peruntungan gravitasi, dan aku kembali gagal. Lima kali aku mencoba, dan aku tetap gagal. Mungkin begitulah hitungan matematis Tuhan yang diluar jangkauanku meski sekuat apapun aku mencoba.
Cerita kau dan aku dan Cinta searah ini hanya milikku seorang dan kau yang tak pernah tahu.
Iyatt,
Di september kemarau
Sebelas tahun bukan waktu sebentar, namun juga bukan waktu yang panjang. Tidak ada skala waktu yang tepat untuk mengukur seberapa lama seseorang terpaku pada satu cinta sepanjang hidupnya. Selama itulah aku berada dalam titik edar tempat kau berada, tapi aku tak ubah roh kasat mata yang tak tertangkap mata telanjangmu.
Tak terhitung bosannya sitha, sahabat terbaikku mengingatkan untuk menyudahi cinta absurdku ini. Shita pulalah saksi nyata sebelas tahun itu. Sejak kita SMP sampai bangku perguruan tinggi.
Jika memang ada orang selain sitha yang mengetahui cinta absurd ini, mungkin mereka sudah menggangapku tak waras dan menganjurkanku segera konsultasi ke psikiater. Meskipun aku juga tidak yakin psikiater mampu menyelesaikan masalah ini.
Cinta padamu selama sebelas tahun adalah rahasia terbungkus keheningan yang rapi. Hanya kepada sitha aku membukanya. Terlalu jauh bagiku untuk berpaling dan mencoba lupa, kau sudah seperti gravitasi yang harus membuatku selalu lekat.
Aku ingat empat tahun lalu, aku di opname selama seminggu pasca ujian SNMPTN karena kelelahan belajar. Apakah aku perlu jelaskan kenapa? Ya, aku harus lulus di UI demi mengejar pusat gravitasiku. Gravitasi yang di paksakan. Kau.
Apakah kau perlu tahu juga kenapa kita bisa bersekolah di SMA yang sama dan sempat dua kali sekelas? Ya, karena alasan yang selalu sama, gravitasiku. Kau. Tidak mudah untuk lulus saringan masuk SMA favorit apalagi kelas unggulan. Dan aku mampu.
Cinta yang membangkitkan energi positif itulah yang selalu kujadikan sumpalan mulut sitha yg terus cerewet memaksaku menyerah.
Sangat sulit menyamai langkahmu. Kau terlahir dengan kecerdasan alamiah. Sementara butuh usaha ekstra bagiku untuk menapaki jalan yang sama denganmu. Apakah menurutmu aku sudah pantas?
Sebulan yang lalu, kita diwisuda bersama. Jangan tanya lagi kenapa bisa bersama. Kau dengan toga masih segagah lelaki kecil yg dulu mengenakan seragam putih abu abu ataupun putih biru.
Meskipun kau bermetamorfosa menjadi pemuda dewasa nan tampan, perasan ini tetap ada. Mengarat. Belasan tahun lamanya.
Tahukah kau bagaimana bebalnya cinta? Aku tahu sejak dulu kau hanya menganggapku sebagai Teman SMP, SMA, bahkan teman kampus sefakultas yang kadang kau temui tak sengaja di kantin atau di perpustakaan. Jika bertemu tak sengaja, kau hanya melontarkan sapaan paling universal sedunia dan aku membalas dengan jawaban basa basi paling universal sedunia. Dan perasaanku masih tetap bebal.
Sebelas tahun ini kau telah puluhan kali gonta ganti pacar, sementara aku tak pernah sekalipun menjalin hubungan pacaran dengan siapapun dan masih mencintaimu dalam keheningan.
Sebulan pasca wisuda kau diterima bekerja di sebuah BUmn. Sementara aku salah satu pelamar yang tak diterima.
Periode berikutnya aku kembali mencoba peruntungan gravitasi, dan aku kembali gagal. Lima kali aku mencoba, dan aku tetap gagal. Mungkin begitulah hitungan matematis Tuhan yang diluar jangkauanku meski sekuat apapun aku mencoba.
Cerita kau dan aku dan Cinta searah ini hanya milikku seorang dan kau yang tak pernah tahu.
Iyatt,
Di september kemarau
A Whole New World
Apa yg harus kuceritakan soal dunia baru ini, A whole new world 'ku dibuka dengan kabut asap dan musim yang kering. Bahkan rumput-rumput liar yg biasa bertahan dalam segala musim pun mati menguning.
A whole new world 'ku adalah dunia yang belum pernah kujalani sebelumnya dan dipenuhi semua hal yang tak pernah kupelajari semasa kuliah. Di dunia baru ini, semua teori Karl Mark mungkin tetap teori, ukuran sosial di lingkungan ini tidak bisa membuatnya eksis. Yang ku jalani hampir sepanjang hari adalah praktek lapangan pelajaran akuntansi waktu sma dulu. Dan itu semua tak pernah sesederhana yang kubayangkan.
Di dunia baru ini harapan tidak muluk pun harus kubiarkan kandas. Kumasuki dunia penuh klasifikasi, sistem kasta selalu ada hanya saja bermetamorfosa menjadi bentuk lain.Spesialisasi kerja pun sungguh tak pernah terlihat sederhana. Namun di dunia ini, juga di dunia manapun, bukankah keluhan tak pernah boleh dilontarkan??
Aku hanya berjalan, meniti dunia kerja yg bisa kuramalkan sebulan, setahun atau sepuluh tahun mendatang akan tetap konstan seperti ini. Lupakan soal hubungan mutual dan sejenisnya. Semua orang membangun hubungan dan interaksi hanya dengan membawa sepaket basa-basi standart.
Untuk sementara aku harus mengucapkan
Selamat tinggal pada negeri dongeng ku,
Peri-peri kata yang selalu menemani ruang immateril dan alam serba literasi.
Iyatt
Di september yang kemarau lahir dan batin
A whole new world 'ku adalah dunia yang belum pernah kujalani sebelumnya dan dipenuhi semua hal yang tak pernah kupelajari semasa kuliah. Di dunia baru ini, semua teori Karl Mark mungkin tetap teori, ukuran sosial di lingkungan ini tidak bisa membuatnya eksis. Yang ku jalani hampir sepanjang hari adalah praktek lapangan pelajaran akuntansi waktu sma dulu. Dan itu semua tak pernah sesederhana yang kubayangkan.
Di dunia baru ini harapan tidak muluk pun harus kubiarkan kandas. Kumasuki dunia penuh klasifikasi, sistem kasta selalu ada hanya saja bermetamorfosa menjadi bentuk lain.Spesialisasi kerja pun sungguh tak pernah terlihat sederhana. Namun di dunia ini, juga di dunia manapun, bukankah keluhan tak pernah boleh dilontarkan??
Aku hanya berjalan, meniti dunia kerja yg bisa kuramalkan sebulan, setahun atau sepuluh tahun mendatang akan tetap konstan seperti ini. Lupakan soal hubungan mutual dan sejenisnya. Semua orang membangun hubungan dan interaksi hanya dengan membawa sepaket basa-basi standart.
Untuk sementara aku harus mengucapkan
Selamat tinggal pada negeri dongeng ku,
Peri-peri kata yang selalu menemani ruang immateril dan alam serba literasi.
Iyatt
Di september yang kemarau lahir dan batin
Senin, 01 Juni 2015
A Little Story From Tahura, Berastagi (Diksar Lensa Alam Angk. III, 29-31 mei 2015)
“Dalam lambung
hutan, tak jarang status manusia menciut jadi kutu yang tersesat dalam liukan
bulu biri-biri. Tidak hanya predator seperti singa yang harus diwaspadai,
tetapi juga rimba mikroba yang tak kelihatan.” –Partikel-
Potongan
kalimat tersebut terus terngiang dibenak saya dalam kegiatan Diksar Lensa Alam
beberapa hari yang lalu. Menyusuri jalur kecil dalam belantara salah satu hutan
Sumatera sembari menghindari semak belukar seorang diri demi menjemput
yantchan, -SiPatnerInCrime, juga salah
satu panitia Diksar- membuat saya menyadari satu dan lain hal. Bahwa
manusia telah jauh berevolusi meninggalkan alam, membentengi diri dalam tembok
semen dan tempat hangat yang nyaman. Bahwa manusia senantiasa bergantung pada
teknologi modern dan melebur dalam peradaban tinggi, sehingga kadang lupa diri
dan bertingkah angkuh. Hutan, beserta isinya menyadarkan kita (terutama saya), Mahakarya
Sang Ilahi jauh lebih berkelas dan digdaya bahkan ketimbang teknologi canggih
manusia yang senantiasa mereka perbaharui.
Awalnya
saya tidak pernah berekspektasi besar akan perkembangan komunitas Lensa Alam ini.
Bagi saya, bertemu mereka (pasukan lensa alam angk. I dan II) serta
berpetualang dan menjelajah alam bersama sembari bercanda sudah begitu cukup
menyenangkan. Jadi, perekrutan anggota baru serta kegiatan Diksar kemarin
merupakan pencapaian luar biasa bagi saya, teman-teman anggota yang lain dan
komunitas ini. Disamping itu, saya juga belajar bahwa menyelenggarakan sebuah event yang tergolong sederhana sekalipun
tidak segampang yang dipikirkan. Banyak
hal sulit dan merepotkan yang saya dan panitia lainnya hadapi. Saya dan ketua
Juple bolak-balik bertemu membahas pengelolaan anggaran, penyusunan acara,
penentuan tempat, dan brieffing persiapan serta hal lain-lain. Begitu juga dengan
teman-teman panitia lainnya. Menjadi panitia kegiatan ini membuat kami harus
rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi demi kesuksesan event istimewa ini. Sehingga,terselesaikannya
acara kemarin dengan cukup sukses mampu melunasi lelah kami sedari awal.
Pertemuan
pertama saya dengan para peserta Diksar adalah saat brieffing seminggu
menjelang keberangkatan. Meski belum banyak dan masih muda-muda, para peserta Diksar
memberi harapan baru bagi komunitas kecil ini untuk terus berkembang dan tetap
menjaga eksistensi. Karenanya, kedepannya Lensa Alam tidak sekedar sarana untuk
‘camping-camping cantik’ tapi juga sebagai sarana untuk mengenalkan pengetahuan
alam dan kegiatan outdoor lainnya secara langsung dan praktis pada
generasi-generasi muda yang bersemangat seperti mereka-mereka ini.
Well
People, saya akan bercerita sedikit perihal kegiatan Diksar Lensa Alam angkatan
III yang berlangsung 29-31 Mei di Tahura
berastagi kemarin. Kegiatan ini berjalan sesuai rencana meski tidak seratus persen.
Masih banyak kekurangan di sana-sini, karena beberapa kendala teknis, salah
satunya penggantian lokasi kegiatan beberapa hari menjelang hari H.
Hal
lainnya yang unpredictable tentu saja
kondisi cuaca yang tak menentu. Belum lagi Diksar resmi dibuka, para peserta
sudah dihadiahi hujan yang mengguyur deras sepanjang perjalanan dari Medan
menuju Berastagi. Sebagai penumpang
tarum, tentu saja, badan serta barang bawaan tak luput dari guyuran hujan. Tapi dari apa yang saya lihat, para peserta,
tampak ceria-ceria aja meski mungkin sudah dijamin masuk angin. Hujan baru
menunjukkan tanda-tanda reda menjelang malam. Sehingga kami, para panitia tetap
memutuskan melanjutkan acara. Sekitar pukul sembilan malam, acara pembukaan Diksar
resmi dibuka. Kemudian dilanjutkan dengan sesi perkenalan komunitas dan anggota
yang hadir serta perkenalan dari para peserta.
Meski
tampak lelah dan kedinginan, para peserta tetap semangat memperkenalkan diri.
Peserta angkatan III ini kebanyakan adalah perempuan. Setidaknya ini bisa jadi
bukti bahwa kegiatan jelajah alam nggak hanya dominasi kaum laki-laki. Semakin
banyak perempuan yang punya passion
pada kegiatan outdoor. Para perempuan-perempuan muda ini buktinya,
Malam
harinya, ketika semua peserta Diksar sudah dipastikan masuk tenda untuk
beristirahat. Dimulailah sesi bongkar-bongkar tas nyolongin snack bawaan
peserta (kalo kegiatan cenderung Kriminal gini, pasti perempuan yang
ditugaskan. Saya dan Anum lah jadi tumbalnya). Acara panitia selanjutnya
setelah nyolongin snack adalah rapat-rapat panjang dini hari untuk materi
tracking keesokan harinya (lagi-lagi saya dan Anum kebagian tugas masak nugget
hasil menjarah, dan mereka tinggal makan).
Hari
kedua Diksar dimulai dengan ber’SKJ’ ria setelah subuh dilanjutkan dengan
kegiatan masak dan sarapan oleh peserta. Selagi peserta sarapan dan beres-beres,
Para tim pendahulu berangkat menuju lokasi tracking dan pos masing-masing.
Jalur tracking yang akan dilewati peserta dibagi menjadi tiga pos. Pos terakhir
berada di air terjun barus. Usai sarapan dan bersiap-siap, peserta dibariskan
kemudian peserta tim pertama diberangkatkan lebih dulu. Tim selanjutnya
berangkat apabila, tim pertama telah meninggalkan pos pertama. Di masing-masing
pos semua peserta dibekali materi-materi. Selain jalur tracking yang semakin
lama semakin sulit dan licin, godaan-godaan pacat penghisap darah,
senior-senior yang seketika berkelakuan seperti singa lapar pun menjadi
tantangan tersendiri bagi masing-masing peserta Diksar. Namun sejauh pengamatan
saya, mereka masih oke-oke aja baik mental maupun fisik.
Pulang
tracking air terjun, para peserta diberikan waktu untuk bersih-bersih, mandi,
sholat dan beristirahat. Sementara itu, saya, Yantchan, Anum dan Syadi –kami, yang tadinya jaga wibawa sok kuat
mendampingi peserta (padahal cuma modal lontong)-, selesai tracking
langsung ngacir makan ke warung. Sampe-sampe syadi sesumbar kalo dia bisa
ngabisin enam telor dadar sekaligus, padahal cuma sanggup beli satu. Pulang
makan barulah kami, bersih-bersih dan memulai rapat-rapat panjang dan
briefing-brieffing membosankan ala panitia itu sampe beranjak malam.
Lewat
tengah malam, para peserta kembali dibangunkan. Dan dimulailah adegan klasik
inisiasi anggota baru organisasi manapun di muka bumi ini dari jaman kejaman.
Tidak lain, tidak bukan, tidak salah lagi, Jerit Malam. Saya, Yanti dan Andi
yang berimage lembut (entah lemot?) nggak bisa marah, super nggak tegaan,
diutus dan ditugaskan di pos pertama yang berupa pemberian motivasi agar para
peserta yang sudah lelah kembali bersemangat di acara puncak ini.
Awalnya,
sesi motivasi di pos kami \ masih berjalan lancar dan terkendali.
Pertanyaan-pertanyaan ‘Capek dek? Ngantuk
dek? Dingin dek?’ Seolah sudah terprogram untuk kami tanyakan sebelum
memulai sesi. Ujung-ujungnya sesi motivasi tersebut berubah jadi sesi curhat,
sesi godain peserta cowok (bagian yantchan), dan sesi gossip mode on mulai dari gossip artis, sampe gossip terbaru di
sekitaran pajak kabanjahe pun digelar (Maklumlah, Andi kan primadonanya pajak
Kabanjahe) sampe-sampe kami nggak sadar udah ngacangin peserta. Setelah semua
peserta selesai melewati pos pertama. Saya, Yantchan dan Andi langsung menuju
post ketiga dan menyaksikan langsung drama-drama klasik itu. Saya cuma bisa
diam dan sesekali bisik ke mereka –senior
sekasta yang nggak tegaan dan susah marah- “Kasiaaan yaa weeei”
Demi
menghemat waktu, setelah jerit malam usai, kami langsung melanjutkannya dengan
upacara pelantikan anggota baru. Upacaranya berlangsung agak dramatis kemudian
berubah mengharukan ketika bagian penyematan mitela sebagai tanda mereka sudah
dilantik dan bergabung menjadi bagian dari Lensa Alam. Banyak peserta yang nangis sewaktu
penyematan mitela. And look, betapa
magisnya kain segitiga merah itu bagi para anggota baru (Padahal kemarin-kemain
yantchan sempat ngatain itu mitela mirip underwearnya superman). Berakhirnya
upacara dilanjutkan dengan api unggun. Di api unggun ini para senior dan junior
atau anggota baru berkumpul mengelilingi api unggun sambil mengutarakan
pendapat tentang acara Diksar yang telah dilalui. Para junior bahkan menobatkan
beberapa senior dengan kategori-kategori tertentu. Dan tentu aja yang paling
populer masih sang ketua Juple.
Di
hari terakhir, Diksar diisi dengan acara games, pembagian piagam, sesi
photo-photo sampe pertunjukan tari saman sambil menunggu reda hujan yang
lagi-lagi mengguyur. Menjelang siang kami bersiap untuk kembali ke Medan.
Diksar pun berakhir happyending.
Finally,
Selamat bergabung para anggota baru Lensa Alam angkatan III. Selamat menjadi
bagian dalam keluarga besar Komunitas Lensa Alam buat seluruh pasukan Tirta
Kirana. Mudah-mudahan kedepannya, kita beserta komunitas ini makin eksis, makin
solid dan makin bermanfaat bagi masyarakat banyak. Saya beserta seluruh panitia
dan senior minta maaf kalau-kalau selama Diksar ada salah atau kurang berkenan
(semisal nyolongin nugget mungkin?). Pada dasarnya kami kan nggak bermaksud
demikian. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan
kerjasama seluruh panitia dan peserta Diksar Lensa Alam, juga terimakasih sebesar-besarnya
atas bantuan dua tamu terhormat kita, pasukan khusus yang didatangkan langsung
dari Departemen Kehutanan FP USU, yaitu Risky dan fadhil, kita doain semoga
cepat wisuda. Seriously, they are really
the expert.
Again,
the last, salut buat semua anggota-anggota baru Lensa Alam yang muda-muda dan
kece-kece. Diksar udah membuktikan bahwa kalian pantas ada dalam lingkaran
komunitas ini untuk bersama-sama membangun dan menjaga eksistesi Lensa Alam
kedepannya. Semoga tetap bersemangat, berani dan mencintai alam ya, Adek-Adek.
Lestari!!!
Regard
Yati
*mewakili
mereka yang malas nulis
Kamis, 28 Mei 2015
Keep Calm and Pray
Hatimu dan hatiku,
Sempurna hanya milik
Allah
Pertemuan, perpisahan,
pertemuan, kemudian kembali
berpisah , sempurna atas kehendakNya.
Lalu sekuat apa kita mampu
bersikeras?
Ketika takdir sudah di
gariskanNya sedemikanrupa
Melampaui
hitung-hitungan manusia
Tentang kita,
Juga tentang jodoh,
Allah mugkin masih
berahasia
Entah nanti,
Usah risaukan bumi
membentang luas, jarak memuai jauh
Usah risaukan waktu
melaju cepat tanpa kompromi
Cinta yang indah, akan
hadir di waktu yang istimewa dalam keihklasan menunggu dan berikhitiar
Semata-mata demi
rhido-Nya
Isi saja penantian
dengan perbaikan demi perbaikan diri dan hati
Biarlah Ia, Dzat
Mahabijaksana yang menciptakan momentum pertemuan
Aku, kau, Kita, beserta cinta yang istimewa.
Yatie 2015
Menemukanmu....
Menemukanmu seperti
menemukan oase di tengah padang pasir tandus,
Lebur segala dahaga
penantian tak berujung
Menemukanmu seperti
menengadah memandang aurora di langit kutub utara,
Luruh segala dingin yang
menggigit sendi-sendi raga.
Garis-garis perjalanan yang
kau lalui, dan yang ku lalui berpotongan di satu titik yang tak terduga, di
suatu waktu yang paling bijak bagi-Nya untuk mengijabah doa-doaku yang kian
terasa mustahil
Kau tertawa, Kau
tersenyum, Kau berekspresi, begitu nyata.
Tapi aku tak ubahnya hantu
kasat mata yang tetap tak mampu kau tangkap dalam gelombang manusiamu. Keberadaanku
hampa, tak beraura.
Menemukanmu. Bukankah ini
cukup? Aku tak pantas meminta lebih.
Kau masih dengan mata
kanak-kanak yang sama, mata yang senantiasa dinaungi bulumata luarbiasa lentik,
tapi kutahu kau demikian mendewasa.
Betapa manusiawinya
gerak-gerikmu, Gesturmu. Kau lagi-lagi tersenyum, kau lagi-lagi tertawa
Di tengah keramaian dan
hiruk pikuk ini, aku hanya mampu menatap sekejab, untuk sekedar mengabadikan
moment, mengkristalkan rasa, agar nanti setelahnya tak ada yang patut kusesali.
Karena mungkin saja,
setelah ini, tak akan ada pertemuan-pertemuan lagi, garis kita tak lagi
berpotongan.
Kita menginjak lantai yang
sama, terpaut jarak tak lebih lima meter,
Tapi mengapa aku merasa
kau terlampau jauh?,
Aku bahkan tak mampu
bertelepati seperti yang kuharapkan jika kita bertemu
Bertelepati? konyol dan
berlebihan. Untuk itu, aku harus lebih dulu menyamakan kasta. Kau dan aku
selalu terasa dalam dimensi yang berbeda.
Kau masih pria dongeng
yang sama, yang hadir sekelebat kemudian menghilang secepat kilat sehingga
semua yang ada dalam anganku hanya tinggal wacana.
Mungkin adalah tabu
menatapmu demikian lama. Semakin lekat kutatap semakin lebar jurang pemisah menganga.
Semakin lekat kutatap, semakin tinggi singgasanamu mencuat. Aku tahu, aku selalu
berada pada titik yang tak mampu meraih.
Bolehkah aku merasa lega? Melihatmu
baik-baik saja. Bahwa kau mampu tertawa dan bahagia?
Menyadari ini semua,
betapa gila aku mencinta, hingga kabur terasa sekat-sekat rasionalitas dan
fantasi. Betapa sempurna aku menjadi bodoh. Betapa keterlaluan perasaan ini
menyiksa.
Lantas apa yang kumampu?
Riak-riak tak terduga
selalu datang tanpa petanda
Berubah menjadi badai,
menggetarkan palung hati sehingga remah-remah pengharapan mencuat ke permukaan
Menemukanmu,
Ingin membuatku segera
terbangun dari mimpi
Karena jauh sudah hatiku
tersesat
Arah pulang menjadi ambigu
Menemukanmu…
17
Mei 2015
Di
keramaian pesta
Kamis, 12 Maret 2015
Rentang Waktu
__Tahun ini, hari ini, detik ini
Aku
tahu sejauh apapun aku pergi, kita akan bertemu pada suatu waktu
Seperti
di detik ini, berdiri berseberangan dalam diam
Kita
berlomba-lomba menjadi patung dan hanya menatap satu sama lain, seolah-olah mencari
cerita dalam rongga mata masing-masing.
Aku,
juga perasaanku, susah payah menghindarimu
Aku,
juga hatiku, susah payah berdamai dengan penyesalan
Lantas,
mengapa kita harus bertemu dan bertatap muka seperti sekarang?
__Beberapa tahun yang lalu
Jangan
mengasihaniku, aku sendiri atas pilihanku
Dan kau
berdua atas pilihanmu,
__Detik Ini
Sekarang,
atau pun dulu aku tak bisa membaca hati
Awalnya
kupikir kau juga berpaling dan mencoba berdamai atas keputusanku
Tapi
kini, yang kulihat, kau sudah menyesuaikan diri.
Menutup
celah-celah yang dulu kau harap aku mampu mengisinya
Kini,
kau berdiri dihadapanku. Tersenyum. Apa maksud senyum itu?
Kau
mengejek?
Kau
ingin bilang kau bisa bahagia tanpa aku disisimu?
Tak
usah repot-repot, Aku tahu
__Detik ini
Jangan
berbaik hati lagi, aku tak sudi menerimanya
Imajinasiku
dipenuhi dirimu dan dia
Aku
muak. Aku marah. Entah mengapa,
Tapi
aku pandai berpura-pura
Aku
pandai berpura-pura ‘aku tak apa-apa’
__Detik ini
Perlahan
kulangkahkan kakiku, melewatimu yang bergeming
Aku
ingin menjadi yang pertama meninggalkan
Aku tak
ingin ditinggalkan, itu terlalu menyakitkan
Jangan cegah aku, jangan tahan aku.
Tapi
apa?
Kau
menangkap pergelangan tanganku.
Aku
ingin menepis, tapi tak bisa,
Sejak kapan
kau menjadi begitu kuat?
Dan
lihat tatapan matamu,? Cihh, aku tak butuh
Aku tak
percaya kata-katamu, dulu, juga sekarang
Kau
sandera jiwa pecundangmu dibalik kata-kata bersayap
Untungnya
aku tak tertawan di dalamnya
Setahun,
dua tahun, tiga tahun, berapa? Berapa kali putaran bumi perasaan itu mampu kau
jaga?
Sangat
sebentar, wahai lelaki
Setelahnya
kau langsung mengikat hubungan dengan orang lain
Secepat
itu kau jatuh cinta
Kau
benar-benar seorang pecundang
Aku tak
ingin sekarat karenamu
Aku
akan tegar jika kita berhadapan lagi, Meski sendiri
__Beberapa tahun lalu
Aku
menangis, menyadari perasaanmu
Telah
lama aku diabaikan
Tapi
aku tak bisa menerima perasaan itu,
Aku
tidak yakin
Aku
takut, terlalu takut akan menyakiti hatimu juga hatiku
Aku
takut patah hati lagi, dan aku takut sewaktu-waktu melukaimu
Aku
memang egois
Dan
lihat, kau malah tersenyum, seolah bisa menerima
Apakah
kau marah? Apakah kau kecewa?
Katakan
sesuatu, aku tak bisa membaca hati.
Kau
bungkam,
Esoknya
kita kembali berpapasan secara tak sengaja
Dan kau
bergeming seolah tak mengenalku
Maaf,
maaf
Aku
ingin selalu berbuat baik padamu. Tapi soal perasaanmu, itu diluar kendaliku
Tapi
apa yang kemudian kita lakukan? Tarik ulur seolah kita main layangan.
Lalu
kau tiba-tiba mengabarkan kau tak sendiri
Tersirat,
kau ingin bilang bahwa aku putus benang
Dibalik
kabarmu, kau ingin mengingatkanku agar jangan bermain layangan lagi
Ini
seperti lelucon, entah kau atau aku yang bimbang
Aku
benar-benar tak ingin menemuimu lagi
Sungguh
Kini
aku mencoba
Jadi
jangan datang lagi
Mari
kita tinggalkan semuanya
Aku,
kau, kita, tidak pernah ada
Pertengahan Maret 2015
Ps: tentang kisah seorang cinggu, semoga tersampaikan. "sori ya nake, udah dipublish (^_^)v
Jumat, 06 Maret 2015
Dua Keping
Keping Pertama : Siapakah
Aku?
Siapakah
aku?
Yang
tak lagi mampu kau ingat setelah tahunan lamanya.
Untukmu,
Aku masih mampu mengingat tatapan mata dengan sinar rembulan milikmu
bertahun-tahun yang lalu
Siapakah
aku?
Debu.
Debu. Hilang dalam sekali hembusan .
Untukmu,
Aku masih mampu meraba debu itu. Secuil hal yang masih melekat dan tak pernah
kuanggap debu
Siapakah
aku?
Tak
ada, tak pernah ada dalam ceritamu. Tidak melalui satu tokoh pun aku mampu
menyatakan eksistensi
Untukmu,
Aku masih merasakan kehadiranmu, dalam detik, menit, jam, hingga skala waktu
yang paling besar sekalipun. Malam-malam sekarat akan bayang-bayangmu
Siapakah
aku.
Tak
ada. Nyaris utopia
Untukmu,
Aku masih mencinta, lekat hingga lapisan tulang, hingga membran sel paling
tipis…
Kau
masih ada disitu.
Keping kedua : Pesan
Terdalam untukmu
Kau
telah menempuh jalan panjang
Kau
telah mengupayakan nyaris semuanya
Kau
memang tak mendapatkan apa yang kau begitu kau mau
Tapi
Allah memberi ganti yang lebih baik dari apa yang kau mau
Sekarang,
kumohon berbahagialah
Dengan
seseorang yang telah menerimamu sebagai teman berbagi takdir
Yakinilah
ia yang terbaik
Dan
pencarianmu telah usai
Jangan
ingat akan aku
Jangan
pikirkan masalalu
Jangan
pernah kecewa atas semua perjuangan dan rasa sakit yang kau terima
Yang
tak kau dapat mungkin memang bukan yang tepat untuk kau miliki
Lupakan,
sepenuhnya lupakan
Kau
memang harus berpaling dariku
Seseorang
yang hanya mampu melukaimu demikian banyak dan demikian sering
Lanjutkanlah
hidupmu
Berbahagialah
Maret 2015
Minggu, 01 Maret 2015
Jasad
Seberapa penting jasad tempat ruh kita bersemayam,
Seberapa pentingkah?
Apa hanya sebagai akomodasi menginapnya jiwa?
Apa hanya sebagai tranportasi mengendarai perjalanan hidup?
Lalu, demikian banyak manusia menilai jasad bernyawa ini.
Membuat ukuran Cantik, jelek, tinggi, putih, kurus, gemuk, jerawatan, kribo dan sebagainya
Seberapa penting itu semua?
Seolah-olah jasad adalah model iklan
Lalu sesuatu meperbudak kita, entah apa entah siapa?
Menawarkan produk-produk agar kita mencapai standart umum jasad yang selayaknya
Seberapa pentingkah jasad??
Seberapa pentingkah?
Apa hanya sebagai akomodasi menginapnya jiwa?
Apa hanya sebagai tranportasi mengendarai perjalanan hidup?
Lalu, demikian banyak manusia menilai jasad bernyawa ini.
Membuat ukuran Cantik, jelek, tinggi, putih, kurus, gemuk, jerawatan, kribo dan sebagainya
Seberapa penting itu semua?
Seolah-olah jasad adalah model iklan
Lalu sesuatu meperbudak kita, entah apa entah siapa?
Menawarkan produk-produk agar kita mencapai standart umum jasad yang selayaknya
Seberapa pentingkah jasad??
Waktu Telah Meniadakan Kita
Vin menatap nanar api yang berkobar dalam bejana di depannya, asap mengepul dan kemudian pandangannya mengabur. Pandangannya kembali jelas setelah bulir-bulir itu tumpah dari bola matanya. merembes dipipinya. Api melahap berlembar-lembar kertas. Nyatanya itu hanya bundelan kertas, tapi bagi Vin, api itu sedang melahap hidupnya.
"Mengapa aku menulis? karena aku tidak ingin waktu meniadakan memori kebersamaan kita. aku tidak ingin waktu meniadakan kita"
Vin tersenyum getir mengingat ucapanya dulu. Sekarang setelah enam tahun berlalu, ia ingin menulis sesuatu lagi. Memulai lagi apa yang begitu ia senangi. Menulis. Vin mulai menulis, lembar kertas pertamanya lagi, sejak enam tahun lalu meniadakan mereka dalam kobaran api.
Di hari yang hening ini, aku ingat sesuatu. Aku membakar tulisan-tulisanku. Semua yang hanya mampu kuterjemahkan dalam bait-bait kata dan kalimat tentang perasaanku kepadamu. Banyak sekali, berlembar-lembar. Puisi, cerita, jurnal harian, diary, yang didalamnya tak pernah luput kutulis namamu.
Dalam sebuah bejana besi, dimana api berkobar di dalamnya. Kumasukkan berlembar-lembar kertas itu. yang kemudian bertransformasi menjadi abu. Hitam, legam, seperti yang kurasakan. Namun itu tak lantas memusnahkan kenangan dan apa yang tersisa dihatiku. Cinta, benci, kelewat kecewa tetap lekat tertinggal. Entah sebentar, entah lama, atau mungkin selamanya.
Awalnya kupikir, semua yang ingin kukatakan padamu akan ditiadakan waktu. Akan ditiadakan memori. Sejauh manakah kita dapat mengingat kenangan? Karena itu aku menulis. Aku tak ingin waktu meniadakan kita serta perasaan ini. Tapi kemudian aku merasa, apa yang kupikirkan dulu keliru. Waktu tetap meniadakan segalanya.
Suatu kali kau bilang kau perlu bukti tentang semua perasaanku. Kau meragukan perasaanku karena aku bahkan tak pernah mengungkapkanya. Lalu kujawab, bahwa tak ada yang memang mampu kubahasakan secara lisan. Aku mengatakan padamu bahwa kau tak perlu khawatir karena semua yang kurasa telah kutuliskan rapi. Kata, kalimat, bait, sampai menjadi bundelan kertas-kertas semua ada. Kau terkejut, kau mendesakku memberikan bukti konkret itu secepatnya. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Lalu kemudian apa?, Kita mengakhirinya begitu saja, bahkan sebelum sempat memberikan bundel kertas itu.
Suatu sore, sambil berpegangan tangan kita memutuskan berpisah. Aku menggenggam tanganmu demikian erat. Sebuah upaya, agar airmataku tak tumpah. tapi sia-sia. Aku tak ingin menyesalkan keputusan kita. Setelahnya, kau mengantarku pulang, bahkan sampai di depan pintu rumah. Tapi tak kau ucapkan sepatah katapun lagi bahkan kau langsung melesat pergi tanpa pernah menatapku. kemudian yang kulakukan adalah mencari bundel kertas itu.
Di hari yang hening ini, aku tak tahu harus merasa bersyukur atau menyesal karena tak sempat memberikan tulisan-tulisan itu dan malah memusnahkannya. waktu telah meniadakan kita. Sekarang, kau, juga aku telah melanjutkan hidup, menempuh jalan kita masing-masing.
Setelah enam tahun berlalu -Vin-
Vin menutup lembar pertama jurnalnya. Ia akan berdamai setelah enam tahun
Awal Maret 2015
Sabtu, 28 Februari 2015
Tinggal Menunggu Saja
Allah pasti telah
merencanakan sesuatu untukku
Untuk perjalanan
ini
Entah itu mudah atau
sulit
Entah itu cepat
atau lambat
Semua telah ia
tulis dalam karya Takdir
Aku hanya
tinggal menunggu sambil berusaha
hanya perlu
bertawakal dan berikhitiar
Kadang sampai lelah
bertanya-tanya?
Tidakkah nasib
benar-benar mengejutkan
Masihkah ada
prospek yang jelas?
Dan kemudian
semua berujung pada tanya yang lebih besar lagi
Barangkali
memang telah disiapkanNya
Sesuatu dan seseorang
yang lebih baik
Sesuatu yang sangat
kubutuhkan
Entah cepat atau
lambat
Entah
kukeketahui atau tidak
Bukankah
RencanaNya sangat matang dan sempurna?
Bukankah ia akan
mengeksekusi di saat yang tepat?
Lalu, tinggal
menunggu saja
Jumat, 27 Februari 2015
My First Movie Review : My Brilliant Life (Korean Movie 2014)
Sebenarnya, dari lubuk hati yang paling dalam, saya selalu memiliki niat yang kuat untuk nge-review film sehabis menontonnya di bioskop. Akan tetapi niat hanya tinggal niat, karena sepulang menonton saya lebih sering langsung rebahan di kasur sampe melupakan jalan cerita dan pendapat saya tentang film yang baru ditonton tadi sehingga keinginan tersebut menguap begitu saja. Dan di postingan kali ini, saya mencoba menulis review film -yang sayangnya bukan saya nonton di bioskop-, lets ceck it out!!!
Gencarnya 'sepasang aktivitas' yakni menonton K-drama dan membaca review film-film bioskop di salah satu blog film belakangan ini, membuat saya ingin mencoba-coba peruntungan (memangnya dagang?) untuk memadukan dua aktivitas tersebut yaitu me-review sebuah film. Di kesempatan pertama ini saya akan nyoba review sebuah film asal negeri ginseng Korea berjudul My Brillian Life. Film ini tayang perdana sekitar setengah tahun lalu. Lantas, kenapa saya baru review sekarang sodara-sodaraaa?? yaaa...karena saya baru nonton beberapa hari lalu, eheheh...(ngeless)
My Brilliant Life tayang perdana 17 Juli 2014 di negara asalnya dan sempat menduduki tangga Box Office dengan catatan jumlah penonton yang fantastis di beberapa hari penayangan perdananya. Film ini juga mendapat respon yang positif dari penikmat film dan sejumlah kritikus film dan sempat melenggang keluar negeri dan tayang dalam Festival Film Internasional di Hawaii.
My Brilliant Life merupakan film adaptasi dari sebuah novel bestseller karangan Kim Aeran berjudul "My Palpitating Life" yang mengisahkan kehidupan sepasang suami istri. -Dae Soo (Kang Dong Won) dan Mi Ra (Song Hye Kyo)- yang berjuang mengasuh anak sematawayang mereka -Ah Reum,-berusia 16 Tahun- yang menderita penyakit langka bernama Progeria (Percepatan pertumbuhan / penuaan dini).
Film dibuka dengan narasi dari Ah Reum melalui curhatnya dalam E-diary nya. Ah Reum menulis tentang kisah pertemuan pertemuan dan masa muda orangtuanya dan juga bercerita tentang dirinya yang tak pernah mengenyam bangku sekolah formal seperti anak seusianya pada umumnya. Dengan Plot Maju-mundur, film menceritakan kehidupan dan perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya serta kisah Dae Soo dan Mi Ra muda ketika masih masa pacaran sampai menikah dan memiliki Ah Reum.
Melalui tulisan Ah Reum, film kemudian mengisahkan pertemuan Mi Ra dan Dae Soo. Mi Ra dan Dae Soo menikah di usia ke -17, karena Mi Ra kecolongan hamil duluan. karena kedua keluarga mereka terlanjur murka, Dae Soo dan Mi Ra memilih meninggalkan keluarga masing-masing juga berhenti sekolah dan mulai belajar membangun rumahtangga di usia yang sangat belia. Masalah kemudian muncul ketika anak mereka, Ah Reum didiagnosa menderita penyakit langka bernama Progeria dimana penderita mengalami percepatan penuaan pada fisiknya 5-10 kali lebih cepat dibanding manusia normal. Anak yang menderita progeria secara fisik akan terlihat lebih tua dari umurnya dan juga sangat mustahil berumur panjang, karena penderitanya juga akan dihinggapi penyakit-penyakit usia lanjut seperti Stroke, Jantung, Rematik dan lain-lain. Dengan kehidupan serba sederhana dimana Dae Soo hanya berprofesi sebagai supir Taksi dan Mi Ra yang bekerja di Perusahaan Laundry, tentu perjuangan yang dilalui keluarga kecil ini terasa berlipat ganda.
Konflik mulai muncul ketika Keluarga ini menerima tawaran untuk mengisi sebuah acara Reality Show di sebuah stasiun TV Nasional. Kisah Perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya yang di tonton masyarakat Korea mendadak membuatnya terkenal. Dukungan dan simpati banyak bermunculan namun tidak sedikit pula cibiran yang datang pada keluarga ini. Konflik lain muncul ketika Ah Reum mulai berkenalan dan berbalas email dengan seorang gadis seusianya yang juga menderita penyakit mematikan bernama Suh Ah. Intensitas Ah Reum berbagi cerita dengan gadis itu meskipun hanya melalui dunia maya memunculkan perasaan lain di hatinya. Selayaknya remaja seusianya, tampaknya Ah Reum mulai menyukai gadis itu. Yang tidak diketahui Ah Reum adalah hubungannya dengan Suh Ah hanya settingan belaka yang dilakukan produser demi kepentingan pembuatan film. mengetahui hal tersebut tentu membuat Ah Reum kecewa dan sedih serta memicu kemarahan orangtuanya kepada pihak produser.
Review
Film yang mengusung thema dimana sang tokoh utama menderita penyakit mematikan memang bukan hal asing lagi di dunia perfilman belakangan ini. Baik film lokal maupun film luar sering mengangkat film berthema serupa, yang membedakan mungkin hanya storyline dan konflik di dalamnya akan tetapi pada dasarnya film-film seperti ini berending kurang lebih sama yaitu kematian tokoh utama.
Penyakit Progeria juga pernah diangkat dalam sebuah Film Bollywood berjudul "Paa" yang diperankan oleh pasangan ayah-anak, Amitabh-Abishek Bachan. Tak heran, begitu menyaksikan Trailer film ini saya langsung bisa menduga penyakit yang diderita Ah Reum juga progeria. Akan tetapi, meski mengusung cerita dengan tokoh penderita penyakit progeria, namun kedua film ini memiliki storyline yang berbeda.
Menurut saya, My Brilliant Life merupakan film bergenre Melodrama yang sangat sederhana, tapi entah kenapa, secara personal dan tentu saja subjektif, saya mengakui kalau film ini bagus. Tak melulu menyuguhkan scene penguras airmata tetapi juga menyelipkan scene-scene lucu pemancing tawa terutama oleh pasangan Dae Soo dan Mi Ra. Sebagai pasangan orangtua muda yang sudah memiliki anak remaja, tingkah mereka terkadang konyol dan aneh.
Awal ketertarikan saya pada film ini tentu saja karena salah satu lead actornya, yang mana adalah The Most Wanted Male, Ahjussi Kang Dong Won. Sejak membaca novel Infinitely Yours-nya Orizuka, I dont know why, Iam so curious about him dan jadi pengen nonton fim-filmnya. Jadi, begitu nemu DVD nya saya senang bukan kepalang, nggak sabar nonton dan janji review (curhaaat Mode On).
Setelah nonton, Personally I like this movie. Meskipun bukan film yang bikin susah Move on, (saya percaya kalau film bagus itu sering terngiang-ngiang pas siap nonton dan susah bikin move on) tapi saya mengakui kalau film ini lumayan sebagai sebuah tontonan dan nggak terlalu berat (saya juga percaya kalau tontonan bagus itu seharusnya menghibur dan menyampaikan pesan moral bukan malah memberatkan penonton dan buat penonton kebanyakan mikir dan berspekulasi *ketauanTipePenontonMalasMikir*)
Film dengan cerita sejenius dan semenarik apapun, tentu akan sia-sia kalau tidak didukung para Cast yang mumpuni. beruntungnya, My Brilliant Life diisi oleh jajaran aktor dan aktris korea kelas wahid. Siapa yang tidak kenal Kang Dong Won dan Song Hye Kyo?? Kemampuan olahperan mereka tentu udah nggak diragukan lagi. Dan, kali ini, Kang Dong Won- Song Hye Kyo benar-benar duet maut sebagai pasangan suami istri Dae Soo-Mi Ra. Chemistry yang mereka bangun pun demikian natural. Kang Dong Won dan Song Hye Kyo Sukses tampil lucu dan komikal. Disini kita bisa lihat Kang Dong Won yang sangat kocak (apalagi potongan rambutnya pas 17 tahun, bikin ngakak) dan yang patut diacungi jempol adalah Song Hye Kyo yang anggun itu sukses berubah image jadi ibu rumah tangga biasa (sikapnya, cara ngomongnya, dan yang paling meyakinkan adalah rambutnya, Yaolohh, itu rambut, acak kadut, pas banget kayak emak-emak). Dan untuk pemeran Ah Reum (nggak tau siapa namanya) akting juga bagus. Pasti nggak mudah beradu akting dengan aktor-aktris sekelas Kang Dong Won dan Song Hye Kyo tanpa dibandingkan. Jadi yahhhh, bagus.
Okaylaaa pemirsahh, akhirnya tuntas juga review film yang gaje menjurus curcol ini. Akhir kata saya mau bilang kalau film ini (untuk kesekian kali):Bagus. Saya kasih 4 dari 5 bintang. (capricorn, aquarius, pisces.....okee, bukan bintang yang itu). Dan, film bagus gak melulu harus punya storyline yang bombastis, visualisasi megah nan mahal, dan gelontoran budget fantastis. My Brilliant Life Membuktikannya. Bahwa film sederhana namun sarat pesan akan perjuangan dan ketabahan juga bisa mencuri hati penonton. melalui film ini, kita bisa belajar banyak dari keluarga kecil ini.
Akhir February 2015
Fitria Tee
My Brilliant Life tayang perdana 17 Juli 2014 di negara asalnya dan sempat menduduki tangga Box Office dengan catatan jumlah penonton yang fantastis di beberapa hari penayangan perdananya. Film ini juga mendapat respon yang positif dari penikmat film dan sejumlah kritikus film dan sempat melenggang keluar negeri dan tayang dalam Festival Film Internasional di Hawaii.
My Brilliant Life merupakan film adaptasi dari sebuah novel bestseller karangan Kim Aeran berjudul "My Palpitating Life" yang mengisahkan kehidupan sepasang suami istri. -Dae Soo (Kang Dong Won) dan Mi Ra (Song Hye Kyo)- yang berjuang mengasuh anak sematawayang mereka -Ah Reum,-berusia 16 Tahun- yang menderita penyakit langka bernama Progeria (Percepatan pertumbuhan / penuaan dini).
Film dibuka dengan narasi dari Ah Reum melalui curhatnya dalam E-diary nya. Ah Reum menulis tentang kisah pertemuan pertemuan dan masa muda orangtuanya dan juga bercerita tentang dirinya yang tak pernah mengenyam bangku sekolah formal seperti anak seusianya pada umumnya. Dengan Plot Maju-mundur, film menceritakan kehidupan dan perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya serta kisah Dae Soo dan Mi Ra muda ketika masih masa pacaran sampai menikah dan memiliki Ah Reum.
Melalui tulisan Ah Reum, film kemudian mengisahkan pertemuan Mi Ra dan Dae Soo. Mi Ra dan Dae Soo menikah di usia ke -17, karena Mi Ra kecolongan hamil duluan. karena kedua keluarga mereka terlanjur murka, Dae Soo dan Mi Ra memilih meninggalkan keluarga masing-masing juga berhenti sekolah dan mulai belajar membangun rumahtangga di usia yang sangat belia. Masalah kemudian muncul ketika anak mereka, Ah Reum didiagnosa menderita penyakit langka bernama Progeria dimana penderita mengalami percepatan penuaan pada fisiknya 5-10 kali lebih cepat dibanding manusia normal. Anak yang menderita progeria secara fisik akan terlihat lebih tua dari umurnya dan juga sangat mustahil berumur panjang, karena penderitanya juga akan dihinggapi penyakit-penyakit usia lanjut seperti Stroke, Jantung, Rematik dan lain-lain. Dengan kehidupan serba sederhana dimana Dae Soo hanya berprofesi sebagai supir Taksi dan Mi Ra yang bekerja di Perusahaan Laundry, tentu perjuangan yang dilalui keluarga kecil ini terasa berlipat ganda.
Konflik mulai muncul ketika Keluarga ini menerima tawaran untuk mengisi sebuah acara Reality Show di sebuah stasiun TV Nasional. Kisah Perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya yang di tonton masyarakat Korea mendadak membuatnya terkenal. Dukungan dan simpati banyak bermunculan namun tidak sedikit pula cibiran yang datang pada keluarga ini. Konflik lain muncul ketika Ah Reum mulai berkenalan dan berbalas email dengan seorang gadis seusianya yang juga menderita penyakit mematikan bernama Suh Ah. Intensitas Ah Reum berbagi cerita dengan gadis itu meskipun hanya melalui dunia maya memunculkan perasaan lain di hatinya. Selayaknya remaja seusianya, tampaknya Ah Reum mulai menyukai gadis itu. Yang tidak diketahui Ah Reum adalah hubungannya dengan Suh Ah hanya settingan belaka yang dilakukan produser demi kepentingan pembuatan film. mengetahui hal tersebut tentu membuat Ah Reum kecewa dan sedih serta memicu kemarahan orangtuanya kepada pihak produser.
Review
Film yang mengusung thema dimana sang tokoh utama menderita penyakit mematikan memang bukan hal asing lagi di dunia perfilman belakangan ini. Baik film lokal maupun film luar sering mengangkat film berthema serupa, yang membedakan mungkin hanya storyline dan konflik di dalamnya akan tetapi pada dasarnya film-film seperti ini berending kurang lebih sama yaitu kematian tokoh utama.
Penyakit Progeria juga pernah diangkat dalam sebuah Film Bollywood berjudul "Paa" yang diperankan oleh pasangan ayah-anak, Amitabh-Abishek Bachan. Tak heran, begitu menyaksikan Trailer film ini saya langsung bisa menduga penyakit yang diderita Ah Reum juga progeria. Akan tetapi, meski mengusung cerita dengan tokoh penderita penyakit progeria, namun kedua film ini memiliki storyline yang berbeda.
Menurut saya, My Brilliant Life merupakan film bergenre Melodrama yang sangat sederhana, tapi entah kenapa, secara personal dan tentu saja subjektif, saya mengakui kalau film ini bagus. Tak melulu menyuguhkan scene penguras airmata tetapi juga menyelipkan scene-scene lucu pemancing tawa terutama oleh pasangan Dae Soo dan Mi Ra. Sebagai pasangan orangtua muda yang sudah memiliki anak remaja, tingkah mereka terkadang konyol dan aneh.
Awal ketertarikan saya pada film ini tentu saja karena salah satu lead actornya, yang mana adalah The Most Wanted Male, Ahjussi Kang Dong Won. Sejak membaca novel Infinitely Yours-nya Orizuka, I dont know why, Iam so curious about him dan jadi pengen nonton fim-filmnya. Jadi, begitu nemu DVD nya saya senang bukan kepalang, nggak sabar nonton dan janji review (curhaaat Mode On).
Setelah nonton, Personally I like this movie. Meskipun bukan film yang bikin susah Move on, (saya percaya kalau film bagus itu sering terngiang-ngiang pas siap nonton dan susah bikin move on) tapi saya mengakui kalau film ini lumayan sebagai sebuah tontonan dan nggak terlalu berat (saya juga percaya kalau tontonan bagus itu seharusnya menghibur dan menyampaikan pesan moral bukan malah memberatkan penonton dan buat penonton kebanyakan mikir dan berspekulasi *ketauanTipePenontonMalasMikir*)
Film dengan cerita sejenius dan semenarik apapun, tentu akan sia-sia kalau tidak didukung para Cast yang mumpuni. beruntungnya, My Brilliant Life diisi oleh jajaran aktor dan aktris korea kelas wahid. Siapa yang tidak kenal Kang Dong Won dan Song Hye Kyo?? Kemampuan olahperan mereka tentu udah nggak diragukan lagi. Dan, kali ini, Kang Dong Won- Song Hye Kyo benar-benar duet maut sebagai pasangan suami istri Dae Soo-Mi Ra. Chemistry yang mereka bangun pun demikian natural. Kang Dong Won dan Song Hye Kyo Sukses tampil lucu dan komikal. Disini kita bisa lihat Kang Dong Won yang sangat kocak (apalagi potongan rambutnya pas 17 tahun, bikin ngakak) dan yang patut diacungi jempol adalah Song Hye Kyo yang anggun itu sukses berubah image jadi ibu rumah tangga biasa (sikapnya, cara ngomongnya, dan yang paling meyakinkan adalah rambutnya, Yaolohh, itu rambut, acak kadut, pas banget kayak emak-emak). Dan untuk pemeran Ah Reum (nggak tau siapa namanya) akting juga bagus. Pasti nggak mudah beradu akting dengan aktor-aktris sekelas Kang Dong Won dan Song Hye Kyo tanpa dibandingkan. Jadi yahhhh, bagus.
Okaylaaa pemirsahh, akhirnya tuntas juga review film yang gaje menjurus curcol ini. Akhir kata saya mau bilang kalau film ini (untuk kesekian kali):Bagus. Saya kasih 4 dari 5 bintang. (capricorn, aquarius, pisces.....okee, bukan bintang yang itu). Dan, film bagus gak melulu harus punya storyline yang bombastis, visualisasi megah nan mahal, dan gelontoran budget fantastis. My Brilliant Life Membuktikannya. Bahwa film sederhana namun sarat pesan akan perjuangan dan ketabahan juga bisa mencuri hati penonton. melalui film ini, kita bisa belajar banyak dari keluarga kecil ini.
Akhir February 2015
Fitria Tee
Rabu, 25 Februari 2015
Pengalaman Bertemu Orang-Orang
Kadang, apa yang tak ingin kita dengar adalah kalimat-kalimat paling jujur yang datang dari mulut-mulut yang tidak terlalu kita kenal atau mengenal kita, dan kadang datang dari mulut-mulut orang yang tidak kita suka
Kadang, orang-orang terdekat kita hanya diam untuk menjaga perasaan kita. Jikalau mereka berterus terang dan menertawakan, mungkin kita akan terluka. Mungkin dalam dia mereka, mereka sangat ingin kita berubah.
Pengalaman bertemu orang-orang memang tak terduga. Bisa saja banjir pujian atau malah mendapat kritik dan hujatan. Dan tak selamanya imun kita tebal, Adakalanya hati tergores dan airmata mengalir
Tak ada larangan manusia-manusia berpendapat, tetapi kata-kata tajam seperti sayatan pedang, penilaian-penilaian lugu namun sinis tetap saja terumbar.
Andai saja kita, manusia-manusia sok hebat dan selalu merasa lebih ini dapat bertukar rasa dan beban agar lebih berempati. Mungkin hati-hati yang tergores akan berkurang.
**menurutku sikap yang paling bijak ketika melihat temanmu sedang dipermalukan adalah membelanya atau berpura-pura tak dengar bukan malah ikut nimbrung menertawakannya.ck..
Kamis, 05 Februari 2015
Dari Drama ke Drama
Bisa dibilang saya
bukanlah penggemar berat –garis-keras- drama-drama korea. Drama korea yang
paling lekat diingatan saya hanyalah Full
House dan Princess Hours. Sejujurnya,
Saya menyukai semua tontonan sejenis drama dan film dari Negara manapun dengan berbagai
genre asalkan tontonan itu memang bagus dan menarik. Tapi untuk menonton cerita
bersambung sejenis sinetron, terutama yang tayang akhir-akhir ini di tv-tv lokal
saya sangat-sangat ogah. Akan tetapi. kalau
dibilang belakangan saya, beserta seorang yantchan –agak- kecanduan drama korea, Saya juga tidak
bisa menyangkal.
Semuanya berawal dari
sebuah stasiun tv lokal yang menayangkan drama korea berantai setiap sore harinya.
Saya dan yantchan secara kontinu mengikuti dan hampir mati penasaran di akhir
episodenya. Demi melunasi rasa penasaran kami, akhirnya diambillah keputusan yang paling bijak. Sesuai kesepakatan
kami membeli saja kasetnya dan menonton sekali jadi sampai tamat. Hal ini cukup mudah dilakukan mengingat
drama-drama korea hanya berkisar 15-20 episode dengan durasi lebih kurang 40
menit per episodenya. Berbeda sekali dengan sinetron-sinetron lokal di stasiun
tv swasta yang jumlah episodenya mencapai ribuan dan kadang diproduksi sampai
beberapa berapa season.
Berbeda dengan saya,
yantchan memiliki kekebalan alias imunitas -terserang virus drama korea- yang sangat
rendah. Alhasil, kemudian dia terus memburu drama demi drama korea yang sudah di survey melalui youtube
sebelumnya demi memuaskan -Kdrama fever-nya. Saya sendiri lebih memilih
menyeleksi (secara personal sesuai selera) drama-drama korea yang akan saya
tonton dan sudah dipastikan drama bergenre horror dan drama dengan tokoh utama yang
biasa saja tidak akan lolos seleksi.
Drama terakhir yang saya
nonton adalah The Three Musketeer atau Samchongsa dalam versi koreanya. Selesai
menamatkan drama ini, saya menyimpulkan bahwa The Three Musketeer merupakan
sebuah tontonan berseri yang lumayan asik dan entertaining. I almost like
the crown couple scene.
The Three Musketeer
merupakan salah satu Saeguk Drama (Drama dengan Setting kerajaan pada masa
Dinasti Joseon) yang terdiri dari 12 episode saja. Sangat sedikit untuk ukuran
drama korea. Drama ini baru selesai
ditayangkan akhir tahun lalu di tvN, salah satu stasiun tv di Korea. Rencananya,
drama ini akan diproduksi menjadi tiga season yang masing-masing terdiri dari
12 episode akan tetapi kabar terakhir yang terdengar, drama season dua dan tiga
batal diproduksi. Sungguh sebuah kabar buruk mengingat saya cukup penasaran
menanti sekuel selanjutnya.
Saya akan bercerita
sedikit, The Three Musketeer merupakan sebuah novel legendaris karya Alexader Dumas
yang sudah diadaptasi ke berbagai jenis film oleh berbagai Negara. Cerita tiga
pendekar tangguh melawan musuh dengan satu misi yang sama tentu tidak lagi
asing di telinga kita. Kali ini, cerita The Three Musketeer diadaptasi menjadi drama
seri korea berjudul Samchongsa, dengan setting pada masa Joseon kala
pemerintahan Raja In Ho. The Three Musketeer alias tiga pendekar yang diceritakan
dalam drama ini ialah Pangeran Seohyun anak Raja In Ho beserta kedua pengawal
setianya Seung Po dan Min Seo serta tambahan seorang pemuda desa yang merupakan
pegawai istana bernama Park Dal Hyang.
Awal ketertarikan saya
dan (lagi-lagi) yantchan pada drama seri ini mungkin bukan perihal penting
melainkan karena salah satu pemerannya yaitu si Cool Yong Hwa, vocalist cnBlue yang berperan sebagai Park Dal Hyang.
Kali ini Yong Hwa memainkan peran seorang pemuda desa yang jago bela diri dan
bermain pedang. Cerita berawal dari perjalanan Park Dal Hyang ke ibukota Hanyang
untuk mengikuti ujian militer kerajaan demi menjadi pegawai istana. Dalam perjalanannya
ia mengalami banyak rintangan sehingga ia baru sampai ke ibukota Hanyang setelah
dua bulan kemudian. Sebuah insiden terjadi di malam pertama setiba ia di
ibukota. Teman satu kamarnya diserang sekumpulan orang tidak dikenal agar tidak
bisa ikut ujian esok hari. Sekumpulan penyerang itu diduga merupakan
orang-orang bayaran yang ditugaskan menyerang peserta-peserta yang berpeluang
lulus ujian demi tujuan tertentu. Sebagai pemuda lugu dan baik hati, Park Dal
Hyang berinisiatif mengejar para penyerang tersebut. Ia kemudian meminta bantuan kepada tiga
pemuda berkuda yang kebetulan lewat yang tak lain adalah Pangeran dan kedua
pengawalnya Seung Po dan Min Seo. Setelah insiden itu pangeran dan kedua
pengawalnya memperkenalkan diri sebagai tiga pendekar kepada Park dal Hyang.
Pertemuan hari itulah yang kemudian memunculkan Konflik demi konflik satu per
satu. Di drama ini kita akan terhibur oleh keluguan Park dal Hyang, Seung Po
yang kocak dan selalu memancing tawa, Min Seo yang charming dan tentu saja sang
putera mahkota seohyun dan kisah romance nya bersama sang putri mahkota. Lebih
seringnya, drama saeguk korea bercerita tentang intrik perebutan tahta, kisah
cinta, perang dalam konteks pengisahan yang serius. Namun drama seri The Three
Musketeer ini dibalut komedi yang mampu memancing tawa meskipun disisi lain
tetap menampilkan konflik yang serius dan adegan perkelahian serta adu pedang
yang cukup menegangkan.
Usai Menamatkan drama
ini, saya menyadari satu dan lain hal. Tak heran begitu banyak masyarakat
Indonesia terutama remaja yang keranjingan menonton drama korea. Ide cerita
drama korea selalu segar dengan jalinan konflik dengan porsi yang pas sehingga sayang
untuk dilewatkan. Meskipun kebanyakan drama romance,
penceritaan tiap episodenya disajikan dengan kreatif, entah itu dibalut
komedi, action, maupun drama penguras airmata. Drama korea diproduksi dengan
anggaran yang tidak sedikit dan digarap serius selayaknya film bioskop serta
didukung oleh aktor-aktor yang mumpuni sekaligus berwajah charming. Skrip dan
jumlah episode sudah ditetapkan sebelum di produksi. Jadi tidak ada cerita tokohnya
mendadak hilang ingatan dan sesudah mati hidup kembali dengan konyolnya untuk
memperpanjang episode jikalau nanti ratingnya naik sewaktu tayang.
Saya jadi bertanya-tanya,
kapan produser-produser sinetron lokal insyaf dan mulai membuat sinetron dengan
konten yang bagus dan berkualitas? Tidak hanya berpatokan hal-hal semacam
rating bagus, untung besar dan selera pasar. Saya masih ingat sebuah drama
seri yang tayang sore di sebuat stasiun tv swasta hari beberapa tahun yang lalu
berjudul “anak kaki gunung”. Drama tersebut memang mengangkat thema sederhana,
namun begitu banyak pesan moral yang mampu dipetik. Namun sayang, drama
tersebut berhenti ditengah jalan karena rating yang rendah. Saya tahu kalau
selera adalah masalah personal, akan tetapi tentu kita dapat menilai mana yang
lebih baik antara kisah semangat anak-anak desa dan guru yang bersahaja dibanding
cerita cinta-cintaan remaja antara vampire dan manusia.
Mari kita sedikit berkaca
pada drama seri korea. Terlepas dari stereotype sebagian orang yang mengatakan
para aktornya sering oplas dan berwajah palsu, drama korea selalu mengangkat
thema_thema tertentu dan mampu mengemasnya menarik. Pengisahan kehidupan detektif
kepolisian, kehidupan dalam istana, kehidupan para musisi, seniman, sampai para
dokter dapat kita jumpai dalam drama korea. Hal-hal seperti ini sedikitnya
memperluas wawasan kita tentang disiplin ilmu tertentu dan tentunya sekaligus
belajar bahasa korea (jika kita menonton yang tidak di dubbing).
Kembali ke kisah drama
saeguk korea. Sangat banyak drama saeguk korea yang begitu banyak disukai
penggila drama. Lalu, apa kabar tentang drama-drama kerajaan kita yang menceritakan
sejarah? Bukannya tidak pernah produser-produser LokaI mengangkat cerita dengan
thema demikian. Namun alangkah sedikit peminatnya. Mengapa? Mungkin salah
satunya karena, drama kerajaan lokal lekat dengan image yang unreal dan
tidak masuk akal. Semisal naga terbang dan kemampuan menghilang juga adu tenaga
dalam dengan efek visual yang, yaaahhh…. Ala kadarnya. Coba ingat-ingat, paling
tidak kita pernah lihat sekali, adegan dimana pendekar dan mak lampir bertarung
saling berhadapan dalam jarak tertentu hanya dengan mengacungkan telapak tangan
yang mengeluarkan cahaya warna-warni.
Sebelum saya mengakhiri
postingan kali ini, pertanyaan lugu yang terus mengganggu saya adalah ‘Apakah benar
drama-drama kerajaan itu sesuai sejarah? Apakah Patih Gadjahmada mengendarai
elang raksasa pada saat menjalankan tugas kerajaan dimasanya? Entahlah.
Fitria_tee
Langganan:
Postingan (Atom)