Senin, 01 Juni 2015

A Little Story From Tahura, Berastagi (Diksar Lensa Alam Angk. III, 29-31 mei 2015)




“Dalam lambung hutan, tak jarang status manusia menciut jadi kutu yang tersesat dalam liukan bulu biri-biri. Tidak hanya predator seperti singa yang harus diwaspadai, tetapi juga rimba mikroba yang tak kelihatan.” –Partikel-

Potongan kalimat tersebut terus terngiang dibenak saya dalam kegiatan Diksar Lensa Alam beberapa hari yang lalu. Menyusuri jalur kecil dalam belantara salah satu hutan Sumatera sembari menghindari semak belukar seorang diri demi menjemput yantchan, -SiPatnerInCrime, juga salah satu panitia Diksar- membuat saya menyadari satu dan lain hal. Bahwa manusia telah jauh berevolusi meninggalkan alam, membentengi diri dalam tembok semen dan tempat hangat yang nyaman. Bahwa manusia senantiasa bergantung pada teknologi modern dan melebur dalam peradaban tinggi, sehingga kadang lupa diri dan bertingkah angkuh. Hutan, beserta isinya menyadarkan kita (terutama saya), Mahakarya Sang Ilahi jauh lebih berkelas dan digdaya bahkan ketimbang teknologi canggih manusia yang senantiasa mereka perbaharui.
Awalnya saya tidak pernah berekspektasi besar akan perkembangan komunitas Lensa Alam ini. Bagi saya, bertemu mereka (pasukan lensa alam angk. I dan II) serta berpetualang dan menjelajah alam bersama sembari bercanda sudah begitu cukup menyenangkan. Jadi, perekrutan anggota baru serta kegiatan Diksar kemarin merupakan pencapaian luar biasa bagi saya, teman-teman anggota yang lain dan komunitas ini. Disamping itu, saya juga belajar bahwa menyelenggarakan sebuah event yang tergolong sederhana sekalipun tidak segampang yang  dipikirkan. Banyak hal sulit dan merepotkan yang saya dan panitia lainnya hadapi. Saya dan ketua Juple bolak-balik bertemu membahas pengelolaan anggaran, penyusunan acara, penentuan tempat, dan brieffing persiapan serta hal lain-lain. Begitu juga dengan teman-teman panitia lainnya. Menjadi panitia kegiatan ini membuat kami harus rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi demi kesuksesan event istimewa ini. Sehingga,terselesaikannya acara kemarin dengan cukup sukses mampu melunasi lelah kami sedari awal.
Pertemuan pertama saya dengan para peserta Diksar adalah saat brieffing seminggu menjelang keberangkatan. Meski belum banyak dan masih muda-muda, para peserta Diksar memberi harapan baru bagi komunitas kecil ini untuk terus berkembang dan tetap menjaga eksistensi. Karenanya, kedepannya Lensa Alam tidak sekedar sarana untuk ‘camping-camping cantik’ tapi juga sebagai sarana untuk mengenalkan pengetahuan alam dan kegiatan outdoor lainnya secara langsung dan praktis pada generasi-generasi muda yang bersemangat seperti mereka-mereka ini.
Well People, saya akan bercerita sedikit perihal kegiatan Diksar Lensa Alam angkatan III  yang berlangsung 29-31 Mei di Tahura berastagi kemarin. Kegiatan ini berjalan sesuai rencana meski tidak seratus persen. Masih banyak kekurangan di sana-sini, karena beberapa kendala teknis, salah satunya penggantian lokasi kegiatan beberapa hari menjelang hari H.
Hal lainnya yang unpredictable tentu saja kondisi cuaca yang tak menentu. Belum lagi Diksar resmi dibuka, para peserta sudah dihadiahi hujan yang mengguyur deras sepanjang perjalanan dari Medan menuju Berastagi.  Sebagai penumpang tarum, tentu saja, badan serta barang bawaan tak luput dari guyuran hujan.  Tapi dari apa yang saya lihat, para peserta, tampak ceria-ceria aja meski mungkin sudah dijamin masuk angin. Hujan baru menunjukkan tanda-tanda reda menjelang malam. Sehingga kami, para panitia tetap memutuskan melanjutkan acara. Sekitar pukul sembilan malam, acara pembukaan Diksar resmi dibuka. Kemudian dilanjutkan dengan sesi perkenalan komunitas dan anggota yang hadir serta perkenalan dari para peserta.
Meski tampak lelah dan kedinginan, para peserta tetap semangat memperkenalkan diri. Peserta angkatan III ini kebanyakan adalah perempuan. Setidaknya ini bisa jadi bukti bahwa kegiatan jelajah alam nggak hanya dominasi kaum laki-laki. Semakin banyak perempuan yang punya passion pada kegiatan outdoor. Para perempuan-perempuan muda ini buktinya,
Malam harinya, ketika semua peserta Diksar sudah dipastikan masuk tenda untuk beristirahat. Dimulailah sesi bongkar-bongkar tas nyolongin snack bawaan peserta (kalo kegiatan cenderung Kriminal gini, pasti perempuan yang ditugaskan. Saya dan Anum lah jadi tumbalnya). Acara panitia selanjutnya setelah nyolongin snack adalah rapat-rapat panjang dini hari untuk materi tracking keesokan harinya (lagi-lagi saya dan Anum kebagian tugas masak nugget hasil menjarah, dan mereka tinggal makan).
Hari kedua Diksar dimulai dengan ber’SKJ’ ria setelah subuh dilanjutkan dengan kegiatan masak dan sarapan oleh peserta. Selagi peserta sarapan dan beres-beres, Para tim pendahulu berangkat menuju lokasi tracking dan pos masing-masing. Jalur tracking yang akan dilewati peserta dibagi menjadi tiga pos. Pos terakhir berada di air terjun barus. Usai sarapan dan bersiap-siap, peserta dibariskan kemudian peserta tim pertama diberangkatkan lebih dulu. Tim selanjutnya berangkat apabila, tim pertama telah meninggalkan pos pertama. Di masing-masing pos semua peserta dibekali materi-materi. Selain jalur tracking yang semakin lama semakin sulit dan licin, godaan-godaan pacat penghisap darah, senior-senior yang seketika berkelakuan seperti singa lapar pun menjadi tantangan tersendiri bagi masing-masing peserta Diksar. Namun sejauh pengamatan saya, mereka masih oke-oke aja baik mental maupun fisik.
Pulang tracking air terjun, para peserta diberikan waktu untuk bersih-bersih, mandi, sholat dan beristirahat. Sementara itu, saya, Yantchan, Anum dan Syadi –kami, yang tadinya jaga wibawa sok kuat mendampingi peserta (padahal cuma modal lontong)-, selesai tracking langsung ngacir makan ke warung. Sampe-sampe syadi sesumbar kalo dia bisa ngabisin enam telor dadar sekaligus, padahal cuma sanggup beli satu. Pulang makan barulah kami, bersih-bersih dan memulai rapat-rapat panjang dan briefing-brieffing membosankan ala panitia itu sampe beranjak malam.
Lewat tengah malam, para peserta kembali dibangunkan. Dan dimulailah adegan klasik inisiasi anggota baru organisasi manapun di muka bumi ini dari jaman kejaman. Tidak lain, tidak bukan, tidak salah lagi, Jerit Malam. Saya, Yanti dan Andi yang berimage lembut (entah lemot?) nggak bisa marah, super nggak tegaan, diutus dan ditugaskan di pos pertama yang berupa pemberian motivasi agar para peserta yang sudah lelah kembali bersemangat di acara puncak ini.
Awalnya, sesi motivasi di pos kami \ masih berjalan lancar dan terkendali. Pertanyaan-pertanyaan ‘Capek dek? Ngantuk dek? Dingin dek?’ Seolah sudah terprogram untuk kami tanyakan sebelum memulai sesi. Ujung-ujungnya sesi motivasi tersebut berubah jadi sesi curhat, sesi godain peserta cowok (bagian yantchan), dan sesi gossip mode on mulai dari gossip artis, sampe gossip terbaru di sekitaran pajak kabanjahe pun digelar (Maklumlah, Andi kan primadonanya pajak Kabanjahe) sampe-sampe kami nggak sadar udah ngacangin peserta. Setelah semua peserta selesai melewati pos pertama. Saya, Yantchan dan Andi langsung menuju post ketiga dan menyaksikan langsung drama-drama klasik itu. Saya cuma bisa diam dan sesekali bisik ke mereka –senior sekasta yang nggak tegaan dan susah marah- “Kasiaaan yaa weeei”
Demi menghemat waktu, setelah jerit malam usai, kami langsung melanjutkannya dengan upacara pelantikan anggota baru. Upacaranya berlangsung agak dramatis kemudian berubah mengharukan ketika bagian penyematan mitela sebagai tanda mereka sudah dilantik dan bergabung menjadi bagian dari Lensa Alam. Banyak peserta yang nangis sewaktu penyematan mitela. And look, betapa magisnya kain segitiga merah itu bagi para anggota baru (Padahal kemarin-kemain yantchan sempat ngatain itu mitela mirip underwearnya superman). Berakhirnya upacara dilanjutkan dengan api unggun. Di api unggun ini para senior dan junior atau anggota baru berkumpul mengelilingi api unggun sambil mengutarakan pendapat tentang acara Diksar yang telah dilalui. Para junior bahkan menobatkan beberapa senior dengan kategori-kategori tertentu. Dan tentu aja yang paling populer masih sang ketua Juple.
Di hari terakhir, Diksar diisi dengan acara games, pembagian piagam, sesi photo-photo sampe pertunjukan tari saman sambil menunggu reda hujan yang lagi-lagi mengguyur. Menjelang siang kami bersiap untuk kembali ke Medan. Diksar pun berakhir happyending.
Finally, Selamat bergabung para anggota baru Lensa Alam angkatan III. Selamat menjadi bagian dalam keluarga besar Komunitas Lensa Alam buat seluruh pasukan Tirta Kirana. Mudah-mudahan kedepannya, kita beserta komunitas ini makin eksis, makin solid dan makin bermanfaat bagi masyarakat banyak. Saya beserta seluruh panitia dan senior minta maaf kalau-kalau selama Diksar ada salah atau kurang berkenan (semisal nyolongin nugget mungkin?). Pada dasarnya kami kan nggak bermaksud demikian. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasama seluruh panitia dan peserta Diksar Lensa Alam, juga terimakasih sebesar-besarnya atas bantuan dua tamu terhormat kita, pasukan khusus yang didatangkan langsung dari Departemen Kehutanan FP USU, yaitu Risky dan fadhil, kita doain semoga cepat wisuda. Seriously, they are really the expert.
Again, the last, salut buat semua anggota-anggota baru Lensa Alam yang muda-muda dan kece-kece. Diksar udah membuktikan bahwa kalian pantas ada dalam lingkaran komunitas ini untuk bersama-sama membangun dan menjaga eksistesi Lensa Alam kedepannya. Semoga tetap bersemangat, berani dan mencintai alam ya, Adek-Adek. Lestari!!!

Regard
Yati
*mewakili mereka yang malas nulis