“Dalam lambung
hutan, tak jarang status manusia menciut jadi kutu yang tersesat dalam liukan
bulu biri-biri. Tidak hanya predator seperti singa yang harus diwaspadai,
tetapi juga rimba mikroba yang tak kelihatan.” –Partikel-
Potongan
kalimat tersebut terus terngiang dibenak saya dalam kegiatan Diksar Lensa Alam
beberapa hari yang lalu. Menyusuri jalur kecil dalam belantara salah satu hutan
Sumatera sembari menghindari semak belukar seorang diri demi menjemput
yantchan, -SiPatnerInCrime, juga salah
satu panitia Diksar- membuat saya menyadari satu dan lain hal. Bahwa
manusia telah jauh berevolusi meninggalkan alam, membentengi diri dalam tembok
semen dan tempat hangat yang nyaman. Bahwa manusia senantiasa bergantung pada
teknologi modern dan melebur dalam peradaban tinggi, sehingga kadang lupa diri
dan bertingkah angkuh. Hutan, beserta isinya menyadarkan kita (terutama saya), Mahakarya
Sang Ilahi jauh lebih berkelas dan digdaya bahkan ketimbang teknologi canggih
manusia yang senantiasa mereka perbaharui.
Awalnya
saya tidak pernah berekspektasi besar akan perkembangan komunitas Lensa Alam ini.
Bagi saya, bertemu mereka (pasukan lensa alam angk. I dan II) serta
berpetualang dan menjelajah alam bersama sembari bercanda sudah begitu cukup
menyenangkan. Jadi, perekrutan anggota baru serta kegiatan Diksar kemarin
merupakan pencapaian luar biasa bagi saya, teman-teman anggota yang lain dan
komunitas ini. Disamping itu, saya juga belajar bahwa menyelenggarakan sebuah event yang tergolong sederhana sekalipun
tidak segampang yang dipikirkan. Banyak
hal sulit dan merepotkan yang saya dan panitia lainnya hadapi. Saya dan ketua
Juple bolak-balik bertemu membahas pengelolaan anggaran, penyusunan acara,
penentuan tempat, dan brieffing persiapan serta hal lain-lain. Begitu juga dengan
teman-teman panitia lainnya. Menjadi panitia kegiatan ini membuat kami harus
rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan materi demi kesuksesan event istimewa ini. Sehingga,terselesaikannya
acara kemarin dengan cukup sukses mampu melunasi lelah kami sedari awal.
Pertemuan
pertama saya dengan para peserta Diksar adalah saat brieffing seminggu
menjelang keberangkatan. Meski belum banyak dan masih muda-muda, para peserta Diksar
memberi harapan baru bagi komunitas kecil ini untuk terus berkembang dan tetap
menjaga eksistensi. Karenanya, kedepannya Lensa Alam tidak sekedar sarana untuk
‘camping-camping cantik’ tapi juga sebagai sarana untuk mengenalkan pengetahuan
alam dan kegiatan outdoor lainnya secara langsung dan praktis pada
generasi-generasi muda yang bersemangat seperti mereka-mereka ini.
Well
People, saya akan bercerita sedikit perihal kegiatan Diksar Lensa Alam angkatan
III yang berlangsung 29-31 Mei di Tahura
berastagi kemarin. Kegiatan ini berjalan sesuai rencana meski tidak seratus persen.
Masih banyak kekurangan di sana-sini, karena beberapa kendala teknis, salah
satunya penggantian lokasi kegiatan beberapa hari menjelang hari H.
Hal
lainnya yang unpredictable tentu saja
kondisi cuaca yang tak menentu. Belum lagi Diksar resmi dibuka, para peserta
sudah dihadiahi hujan yang mengguyur deras sepanjang perjalanan dari Medan
menuju Berastagi. Sebagai penumpang
tarum, tentu saja, badan serta barang bawaan tak luput dari guyuran hujan. Tapi dari apa yang saya lihat, para peserta,
tampak ceria-ceria aja meski mungkin sudah dijamin masuk angin. Hujan baru
menunjukkan tanda-tanda reda menjelang malam. Sehingga kami, para panitia tetap
memutuskan melanjutkan acara. Sekitar pukul sembilan malam, acara pembukaan Diksar
resmi dibuka. Kemudian dilanjutkan dengan sesi perkenalan komunitas dan anggota
yang hadir serta perkenalan dari para peserta.
Meski
tampak lelah dan kedinginan, para peserta tetap semangat memperkenalkan diri.
Peserta angkatan III ini kebanyakan adalah perempuan. Setidaknya ini bisa jadi
bukti bahwa kegiatan jelajah alam nggak hanya dominasi kaum laki-laki. Semakin
banyak perempuan yang punya passion
pada kegiatan outdoor. Para perempuan-perempuan muda ini buktinya,
Malam
harinya, ketika semua peserta Diksar sudah dipastikan masuk tenda untuk
beristirahat. Dimulailah sesi bongkar-bongkar tas nyolongin snack bawaan
peserta (kalo kegiatan cenderung Kriminal gini, pasti perempuan yang
ditugaskan. Saya dan Anum lah jadi tumbalnya). Acara panitia selanjutnya
setelah nyolongin snack adalah rapat-rapat panjang dini hari untuk materi
tracking keesokan harinya (lagi-lagi saya dan Anum kebagian tugas masak nugget
hasil menjarah, dan mereka tinggal makan).
Hari
kedua Diksar dimulai dengan ber’SKJ’ ria setelah subuh dilanjutkan dengan
kegiatan masak dan sarapan oleh peserta. Selagi peserta sarapan dan beres-beres,
Para tim pendahulu berangkat menuju lokasi tracking dan pos masing-masing.
Jalur tracking yang akan dilewati peserta dibagi menjadi tiga pos. Pos terakhir
berada di air terjun barus. Usai sarapan dan bersiap-siap, peserta dibariskan
kemudian peserta tim pertama diberangkatkan lebih dulu. Tim selanjutnya
berangkat apabila, tim pertama telah meninggalkan pos pertama. Di masing-masing
pos semua peserta dibekali materi-materi. Selain jalur tracking yang semakin
lama semakin sulit dan licin, godaan-godaan pacat penghisap darah,
senior-senior yang seketika berkelakuan seperti singa lapar pun menjadi
tantangan tersendiri bagi masing-masing peserta Diksar. Namun sejauh pengamatan
saya, mereka masih oke-oke aja baik mental maupun fisik.
Pulang
tracking air terjun, para peserta diberikan waktu untuk bersih-bersih, mandi,
sholat dan beristirahat. Sementara itu, saya, Yantchan, Anum dan Syadi –kami, yang tadinya jaga wibawa sok kuat
mendampingi peserta (padahal cuma modal lontong)-, selesai tracking
langsung ngacir makan ke warung. Sampe-sampe syadi sesumbar kalo dia bisa
ngabisin enam telor dadar sekaligus, padahal cuma sanggup beli satu. Pulang
makan barulah kami, bersih-bersih dan memulai rapat-rapat panjang dan
briefing-brieffing membosankan ala panitia itu sampe beranjak malam.
Lewat
tengah malam, para peserta kembali dibangunkan. Dan dimulailah adegan klasik
inisiasi anggota baru organisasi manapun di muka bumi ini dari jaman kejaman.
Tidak lain, tidak bukan, tidak salah lagi, Jerit Malam. Saya, Yanti dan Andi
yang berimage lembut (entah lemot?) nggak bisa marah, super nggak tegaan,
diutus dan ditugaskan di pos pertama yang berupa pemberian motivasi agar para
peserta yang sudah lelah kembali bersemangat di acara puncak ini.
Awalnya,
sesi motivasi di pos kami \ masih berjalan lancar dan terkendali.
Pertanyaan-pertanyaan ‘Capek dek? Ngantuk
dek? Dingin dek?’ Seolah sudah terprogram untuk kami tanyakan sebelum
memulai sesi. Ujung-ujungnya sesi motivasi tersebut berubah jadi sesi curhat,
sesi godain peserta cowok (bagian yantchan), dan sesi gossip mode on mulai dari gossip artis, sampe gossip terbaru di
sekitaran pajak kabanjahe pun digelar (Maklumlah, Andi kan primadonanya pajak
Kabanjahe) sampe-sampe kami nggak sadar udah ngacangin peserta. Setelah semua
peserta selesai melewati pos pertama. Saya, Yantchan dan Andi langsung menuju
post ketiga dan menyaksikan langsung drama-drama klasik itu. Saya cuma bisa
diam dan sesekali bisik ke mereka –senior
sekasta yang nggak tegaan dan susah marah- “Kasiaaan yaa weeei”
Demi
menghemat waktu, setelah jerit malam usai, kami langsung melanjutkannya dengan
upacara pelantikan anggota baru. Upacaranya berlangsung agak dramatis kemudian
berubah mengharukan ketika bagian penyematan mitela sebagai tanda mereka sudah
dilantik dan bergabung menjadi bagian dari Lensa Alam. Banyak peserta yang nangis sewaktu
penyematan mitela. And look, betapa
magisnya kain segitiga merah itu bagi para anggota baru (Padahal kemarin-kemain
yantchan sempat ngatain itu mitela mirip underwearnya superman). Berakhirnya
upacara dilanjutkan dengan api unggun. Di api unggun ini para senior dan junior
atau anggota baru berkumpul mengelilingi api unggun sambil mengutarakan
pendapat tentang acara Diksar yang telah dilalui. Para junior bahkan menobatkan
beberapa senior dengan kategori-kategori tertentu. Dan tentu aja yang paling
populer masih sang ketua Juple.
Di
hari terakhir, Diksar diisi dengan acara games, pembagian piagam, sesi
photo-photo sampe pertunjukan tari saman sambil menunggu reda hujan yang
lagi-lagi mengguyur. Menjelang siang kami bersiap untuk kembali ke Medan.
Diksar pun berakhir happyending.
Finally,
Selamat bergabung para anggota baru Lensa Alam angkatan III. Selamat menjadi
bagian dalam keluarga besar Komunitas Lensa Alam buat seluruh pasukan Tirta
Kirana. Mudah-mudahan kedepannya, kita beserta komunitas ini makin eksis, makin
solid dan makin bermanfaat bagi masyarakat banyak. Saya beserta seluruh panitia
dan senior minta maaf kalau-kalau selama Diksar ada salah atau kurang berkenan
(semisal nyolongin nugget mungkin?). Pada dasarnya kami kan nggak bermaksud
demikian. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan
kerjasama seluruh panitia dan peserta Diksar Lensa Alam, juga terimakasih sebesar-besarnya
atas bantuan dua tamu terhormat kita, pasukan khusus yang didatangkan langsung
dari Departemen Kehutanan FP USU, yaitu Risky dan fadhil, kita doain semoga
cepat wisuda. Seriously, they are really
the expert.
Again,
the last, salut buat semua anggota-anggota baru Lensa Alam yang muda-muda dan
kece-kece. Diksar udah membuktikan bahwa kalian pantas ada dalam lingkaran
komunitas ini untuk bersama-sama membangun dan menjaga eksistesi Lensa Alam
kedepannya. Semoga tetap bersemangat, berani dan mencintai alam ya, Adek-Adek.
Lestari!!!
Regard
Yati
*mewakili
mereka yang malas nulis