Bisa dibilang saya
bukanlah penggemar berat –garis-keras- drama-drama korea. Drama korea yang
paling lekat diingatan saya hanyalah Full
House dan Princess Hours. Sejujurnya,
Saya menyukai semua tontonan sejenis drama dan film dari Negara manapun dengan berbagai
genre asalkan tontonan itu memang bagus dan menarik. Tapi untuk menonton cerita
bersambung sejenis sinetron, terutama yang tayang akhir-akhir ini di tv-tv lokal
saya sangat-sangat ogah. Akan tetapi. kalau
dibilang belakangan saya, beserta seorang yantchan –agak- kecanduan drama korea, Saya juga tidak
bisa menyangkal.
Semuanya berawal dari
sebuah stasiun tv lokal yang menayangkan drama korea berantai setiap sore harinya.
Saya dan yantchan secara kontinu mengikuti dan hampir mati penasaran di akhir
episodenya. Demi melunasi rasa penasaran kami, akhirnya diambillah keputusan yang paling bijak. Sesuai kesepakatan
kami membeli saja kasetnya dan menonton sekali jadi sampai tamat. Hal ini cukup mudah dilakukan mengingat
drama-drama korea hanya berkisar 15-20 episode dengan durasi lebih kurang 40
menit per episodenya. Berbeda sekali dengan sinetron-sinetron lokal di stasiun
tv swasta yang jumlah episodenya mencapai ribuan dan kadang diproduksi sampai
beberapa berapa season.
Berbeda dengan saya,
yantchan memiliki kekebalan alias imunitas -terserang virus drama korea- yang sangat
rendah. Alhasil, kemudian dia terus memburu drama demi drama korea yang sudah di survey melalui youtube
sebelumnya demi memuaskan -Kdrama fever-nya. Saya sendiri lebih memilih
menyeleksi (secara personal sesuai selera) drama-drama korea yang akan saya
tonton dan sudah dipastikan drama bergenre horror dan drama dengan tokoh utama yang
biasa saja tidak akan lolos seleksi.
Drama terakhir yang saya
nonton adalah The Three Musketeer atau Samchongsa dalam versi koreanya. Selesai
menamatkan drama ini, saya menyimpulkan bahwa The Three Musketeer merupakan
sebuah tontonan berseri yang lumayan asik dan entertaining. I almost like
the crown couple scene.
The Three Musketeer
merupakan salah satu Saeguk Drama (Drama dengan Setting kerajaan pada masa
Dinasti Joseon) yang terdiri dari 12 episode saja. Sangat sedikit untuk ukuran
drama korea. Drama ini baru selesai
ditayangkan akhir tahun lalu di tvN, salah satu stasiun tv di Korea. Rencananya,
drama ini akan diproduksi menjadi tiga season yang masing-masing terdiri dari
12 episode akan tetapi kabar terakhir yang terdengar, drama season dua dan tiga
batal diproduksi. Sungguh sebuah kabar buruk mengingat saya cukup penasaran
menanti sekuel selanjutnya.
Saya akan bercerita
sedikit, The Three Musketeer merupakan sebuah novel legendaris karya Alexader Dumas
yang sudah diadaptasi ke berbagai jenis film oleh berbagai Negara. Cerita tiga
pendekar tangguh melawan musuh dengan satu misi yang sama tentu tidak lagi
asing di telinga kita. Kali ini, cerita The Three Musketeer diadaptasi menjadi drama
seri korea berjudul Samchongsa, dengan setting pada masa Joseon kala
pemerintahan Raja In Ho. The Three Musketeer alias tiga pendekar yang diceritakan
dalam drama ini ialah Pangeran Seohyun anak Raja In Ho beserta kedua pengawal
setianya Seung Po dan Min Seo serta tambahan seorang pemuda desa yang merupakan
pegawai istana bernama Park Dal Hyang.
Awal ketertarikan saya
dan (lagi-lagi) yantchan pada drama seri ini mungkin bukan perihal penting
melainkan karena salah satu pemerannya yaitu si Cool Yong Hwa, vocalist cnBlue yang berperan sebagai Park Dal Hyang.
Kali ini Yong Hwa memainkan peran seorang pemuda desa yang jago bela diri dan
bermain pedang. Cerita berawal dari perjalanan Park Dal Hyang ke ibukota Hanyang
untuk mengikuti ujian militer kerajaan demi menjadi pegawai istana. Dalam perjalanannya
ia mengalami banyak rintangan sehingga ia baru sampai ke ibukota Hanyang setelah
dua bulan kemudian. Sebuah insiden terjadi di malam pertama setiba ia di
ibukota. Teman satu kamarnya diserang sekumpulan orang tidak dikenal agar tidak
bisa ikut ujian esok hari. Sekumpulan penyerang itu diduga merupakan
orang-orang bayaran yang ditugaskan menyerang peserta-peserta yang berpeluang
lulus ujian demi tujuan tertentu. Sebagai pemuda lugu dan baik hati, Park Dal
Hyang berinisiatif mengejar para penyerang tersebut. Ia kemudian meminta bantuan kepada tiga
pemuda berkuda yang kebetulan lewat yang tak lain adalah Pangeran dan kedua
pengawalnya Seung Po dan Min Seo. Setelah insiden itu pangeran dan kedua
pengawalnya memperkenalkan diri sebagai tiga pendekar kepada Park dal Hyang.
Pertemuan hari itulah yang kemudian memunculkan Konflik demi konflik satu per
satu. Di drama ini kita akan terhibur oleh keluguan Park dal Hyang, Seung Po
yang kocak dan selalu memancing tawa, Min Seo yang charming dan tentu saja sang
putera mahkota seohyun dan kisah romance nya bersama sang putri mahkota. Lebih
seringnya, drama saeguk korea bercerita tentang intrik perebutan tahta, kisah
cinta, perang dalam konteks pengisahan yang serius. Namun drama seri The Three
Musketeer ini dibalut komedi yang mampu memancing tawa meskipun disisi lain
tetap menampilkan konflik yang serius dan adegan perkelahian serta adu pedang
yang cukup menegangkan.
Usai Menamatkan drama
ini, saya menyadari satu dan lain hal. Tak heran begitu banyak masyarakat
Indonesia terutama remaja yang keranjingan menonton drama korea. Ide cerita
drama korea selalu segar dengan jalinan konflik dengan porsi yang pas sehingga sayang
untuk dilewatkan. Meskipun kebanyakan drama romance,
penceritaan tiap episodenya disajikan dengan kreatif, entah itu dibalut
komedi, action, maupun drama penguras airmata. Drama korea diproduksi dengan
anggaran yang tidak sedikit dan digarap serius selayaknya film bioskop serta
didukung oleh aktor-aktor yang mumpuni sekaligus berwajah charming. Skrip dan
jumlah episode sudah ditetapkan sebelum di produksi. Jadi tidak ada cerita tokohnya
mendadak hilang ingatan dan sesudah mati hidup kembali dengan konyolnya untuk
memperpanjang episode jikalau nanti ratingnya naik sewaktu tayang.
Saya jadi bertanya-tanya,
kapan produser-produser sinetron lokal insyaf dan mulai membuat sinetron dengan
konten yang bagus dan berkualitas? Tidak hanya berpatokan hal-hal semacam
rating bagus, untung besar dan selera pasar. Saya masih ingat sebuah drama
seri yang tayang sore di sebuat stasiun tv swasta hari beberapa tahun yang lalu
berjudul “anak kaki gunung”. Drama tersebut memang mengangkat thema sederhana,
namun begitu banyak pesan moral yang mampu dipetik. Namun sayang, drama
tersebut berhenti ditengah jalan karena rating yang rendah. Saya tahu kalau
selera adalah masalah personal, akan tetapi tentu kita dapat menilai mana yang
lebih baik antara kisah semangat anak-anak desa dan guru yang bersahaja dibanding
cerita cinta-cintaan remaja antara vampire dan manusia.
Mari kita sedikit berkaca
pada drama seri korea. Terlepas dari stereotype sebagian orang yang mengatakan
para aktornya sering oplas dan berwajah palsu, drama korea selalu mengangkat
thema_thema tertentu dan mampu mengemasnya menarik. Pengisahan kehidupan detektif
kepolisian, kehidupan dalam istana, kehidupan para musisi, seniman, sampai para
dokter dapat kita jumpai dalam drama korea. Hal-hal seperti ini sedikitnya
memperluas wawasan kita tentang disiplin ilmu tertentu dan tentunya sekaligus
belajar bahasa korea (jika kita menonton yang tidak di dubbing).
Kembali ke kisah drama
saeguk korea. Sangat banyak drama saeguk korea yang begitu banyak disukai
penggila drama. Lalu, apa kabar tentang drama-drama kerajaan kita yang menceritakan
sejarah? Bukannya tidak pernah produser-produser LokaI mengangkat cerita dengan
thema demikian. Namun alangkah sedikit peminatnya. Mengapa? Mungkin salah
satunya karena, drama kerajaan lokal lekat dengan image yang unreal dan
tidak masuk akal. Semisal naga terbang dan kemampuan menghilang juga adu tenaga
dalam dengan efek visual yang, yaaahhh…. Ala kadarnya. Coba ingat-ingat, paling
tidak kita pernah lihat sekali, adegan dimana pendekar dan mak lampir bertarung
saling berhadapan dalam jarak tertentu hanya dengan mengacungkan telapak tangan
yang mengeluarkan cahaya warna-warni.
Sebelum saya mengakhiri
postingan kali ini, pertanyaan lugu yang terus mengganggu saya adalah ‘Apakah benar
drama-drama kerajaan itu sesuai sejarah? Apakah Patih Gadjahmada mengendarai
elang raksasa pada saat menjalankan tugas kerajaan dimasanya? Entahlah.
Fitria_tee