Sabtu, 28 Februari 2015

Tinggal Menunggu Saja

Allah pasti telah merencanakan sesuatu untukku
Untuk perjalanan ini
Entah itu mudah atau sulit
Entah itu cepat atau lambat
Semua telah ia tulis dalam karya Takdir

Aku hanya tinggal menunggu sambil  berusaha
hanya perlu bertawakal dan berikhitiar
Kadang sampai lelah bertanya-tanya?
Tidakkah nasib benar-benar mengejutkan
Masihkah ada prospek yang jelas?
Dan kemudian semua berujung pada tanya yang lebih besar lagi

Barangkali memang telah disiapkanNya
Sesuatu dan seseorang yang lebih baik
Sesuatu yang sangat kubutuhkan
Entah cepat atau lambat
Entah kukeketahui atau tidak
Bukankah RencanaNya sangat matang dan sempurna?
Bukankah ia akan mengeksekusi di saat yang tepat?

Lalu, tinggal menunggu saja

Jumat, 27 Februari 2015

My First Movie Review : My Brilliant Life (Korean Movie 2014)



Sebenarnya, dari lubuk hati yang paling dalam, saya selalu memiliki niat yang kuat untuk nge-review film sehabis menontonnya di bioskop. Akan tetapi niat hanya tinggal niat, karena sepulang menonton saya lebih sering langsung rebahan di kasur sampe melupakan jalan cerita dan pendapat saya tentang film yang baru ditonton tadi sehingga keinginan tersebut menguap begitu saja. Dan di postingan kali ini, saya mencoba menulis review film -yang sayangnya bukan saya nonton di bioskop-, lets ceck it out!!!

Gencarnya 'sepasang aktivitas' yakni menonton K-drama dan membaca review film-film bioskop di salah satu blog film belakangan ini, membuat saya ingin mencoba-coba peruntungan (memangnya dagang?)  untuk memadukan dua aktivitas tersebut yaitu me-review sebuah film. Di kesempatan pertama ini saya akan nyoba review  sebuah film asal negeri ginseng Korea berjudul My Brillian Life. Film ini tayang perdana sekitar setengah tahun lalu. Lantas, kenapa saya baru review sekarang sodara-sodaraaa?? yaaa...karena saya baru nonton beberapa hari lalu, eheheh...(ngeless)

My Brilliant Life tayang perdana 17 Juli 2014 di  negara asalnya dan sempat menduduki tangga Box Office dengan catatan jumlah penonton yang fantastis di beberapa hari penayangan perdananya. Film ini juga mendapat respon yang positif dari penikmat film dan sejumlah kritikus film dan sempat melenggang keluar negeri dan tayang dalam Festival Film Internasional di Hawaii.

My Brilliant Life merupakan film adaptasi dari sebuah novel bestseller karangan Kim Aeran berjudul "My Palpitating Life" yang mengisahkan kehidupan sepasang suami istri. -Dae Soo (Kang Dong Won) dan Mi Ra (Song Hye Kyo)- yang berjuang mengasuh anak sematawayang mereka -Ah Reum,-berusia 16 Tahun- yang menderita penyakit langka bernama Progeria (Percepatan pertumbuhan / penuaan dini).

Film dibuka dengan narasi dari Ah Reum melalui curhatnya dalam E-diary nya. Ah Reum menulis tentang  kisah pertemuan pertemuan dan masa muda orangtuanya dan juga bercerita tentang dirinya yang tak pernah mengenyam bangku sekolah formal seperti anak seusianya pada umumnya. Dengan Plot Maju-mundur, film menceritakan kehidupan dan perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya serta kisah Dae Soo dan Mi Ra muda ketika masih masa pacaran sampai menikah dan memiliki Ah Reum.

Melalui tulisan Ah Reum, film kemudian mengisahkan pertemuan Mi Ra dan Dae Soo. Mi Ra dan Dae Soo menikah di usia ke -17, karena Mi Ra kecolongan hamil duluan. karena kedua keluarga mereka terlanjur murka, Dae Soo dan Mi Ra memilih meninggalkan keluarga masing-masing juga berhenti sekolah dan mulai belajar membangun rumahtangga di usia yang sangat belia. Masalah kemudian muncul ketika anak mereka, Ah Reum didiagnosa menderita penyakit langka bernama Progeria dimana penderita mengalami percepatan penuaan pada fisiknya 5-10 kali lebih cepat dibanding manusia normal. Anak yang menderita progeria secara fisik akan terlihat lebih tua dari umurnya dan juga sangat mustahil berumur panjang, karena penderitanya juga akan dihinggapi penyakit-penyakit usia lanjut seperti Stroke, Jantung, Rematik dan lain-lain. Dengan kehidupan serba sederhana dimana Dae Soo hanya berprofesi sebagai supir Taksi dan Mi Ra yang bekerja di Perusahaan Laundry, tentu perjuangan yang dilalui keluarga kecil ini terasa berlipat ganda.

Konflik mulai muncul ketika Keluarga ini menerima tawaran untuk mengisi sebuah acara Reality Show di sebuah stasiun TV Nasional. Kisah Perjuangan Ah Reum menghadapi penyakitnya yang di tonton masyarakat Korea mendadak membuatnya terkenal. Dukungan dan simpati banyak bermunculan namun tidak sedikit pula cibiran yang datang pada keluarga ini. Konflik lain muncul ketika Ah Reum mulai berkenalan dan berbalas email dengan seorang gadis seusianya yang juga menderita penyakit mematikan bernama Suh Ah. Intensitas Ah Reum berbagi cerita dengan gadis itu meskipun hanya melalui dunia maya memunculkan perasaan lain di hatinya. Selayaknya remaja seusianya, tampaknya Ah Reum mulai menyukai gadis itu. Yang tidak diketahui Ah Reum adalah hubungannya dengan Suh Ah hanya settingan belaka yang dilakukan produser demi kepentingan pembuatan film. mengetahui hal tersebut tentu membuat Ah Reum kecewa dan sedih serta memicu kemarahan orangtuanya  kepada pihak produser.

Review
Film yang mengusung thema dimana sang tokoh utama menderita penyakit mematikan memang bukan hal asing lagi di dunia perfilman belakangan ini. Baik film lokal maupun film luar sering mengangkat film berthema serupa, yang membedakan mungkin hanya storyline dan konflik di dalamnya akan tetapi pada dasarnya film-film seperti ini berending kurang lebih sama yaitu kematian tokoh utama.

Penyakit Progeria juga pernah diangkat dalam sebuah Film Bollywood berjudul "Paa" yang diperankan oleh pasangan ayah-anak, Amitabh-Abishek Bachan. Tak heran,  begitu menyaksikan Trailer film ini saya langsung bisa menduga penyakit yang diderita Ah Reum juga progeria. Akan tetapi, meski mengusung cerita dengan tokoh penderita penyakit progeria, namun kedua film ini memiliki storyline yang berbeda.

Menurut saya, My Brilliant Life merupakan film bergenre Melodrama yang sangat sederhana, tapi entah kenapa, secara personal dan tentu saja subjektif, saya mengakui kalau film ini bagus. Tak melulu menyuguhkan scene penguras airmata tetapi juga menyelipkan scene-scene lucu pemancing tawa terutama oleh pasangan Dae Soo dan Mi Ra. Sebagai pasangan orangtua muda yang sudah memiliki anak remaja, tingkah mereka  terkadang konyol dan aneh.

Awal ketertarikan saya pada film ini tentu saja karena salah satu lead actornya, yang mana adalah The Most Wanted Male, Ahjussi Kang Dong Won. Sejak membaca novel Infinitely Yours-nya Orizuka, I dont know why, Iam so curious about him dan jadi pengen nonton fim-filmnya. Jadi, begitu nemu DVD nya saya senang bukan kepalang, nggak sabar nonton dan janji review (curhaaat Mode On).

Setelah nonton, Personally I like this movie. Meskipun bukan film yang bikin susah Move on, (saya percaya kalau film bagus itu sering terngiang-ngiang  pas siap nonton dan susah bikin move on) tapi saya mengakui kalau film ini lumayan sebagai sebuah tontonan dan nggak terlalu berat (saya juga percaya kalau tontonan bagus itu seharusnya menghibur dan menyampaikan pesan moral bukan malah memberatkan penonton dan buat penonton kebanyakan mikir dan berspekulasi *ketauanTipePenontonMalasMikir*)

Film dengan cerita sejenius dan semenarik apapun, tentu akan sia-sia  kalau tidak didukung para Cast yang mumpuni. beruntungnya, My Brilliant Life diisi oleh jajaran aktor dan aktris korea kelas wahid. Siapa yang tidak kenal Kang Dong Won dan Song Hye Kyo?? Kemampuan olahperan mereka tentu udah nggak diragukan lagi. Dan, kali ini, Kang Dong  Won- Song Hye Kyo benar-benar duet maut sebagai pasangan suami istri Dae Soo-Mi Ra. Chemistry yang mereka bangun pun demikian natural. Kang Dong Won dan Song Hye Kyo Sukses tampil lucu dan komikal. Disini kita bisa lihat Kang Dong Won yang sangat kocak (apalagi potongan rambutnya pas 17 tahun, bikin ngakak) dan yang patut diacungi jempol adalah Song Hye Kyo yang anggun itu sukses berubah image jadi ibu rumah tangga biasa (sikapnya, cara ngomongnya, dan yang paling meyakinkan adalah rambutnya, Yaolohh, itu rambut, acak kadut, pas banget kayak emak-emak). Dan untuk pemeran Ah Reum (nggak tau siapa namanya) akting juga bagus. Pasti nggak mudah beradu akting dengan aktor-aktris sekelas Kang Dong Won dan Song Hye Kyo tanpa dibandingkan. Jadi yahhhh, bagus.

Okaylaaa pemirsahh, akhirnya tuntas juga review film yang gaje menjurus curcol ini. Akhir kata saya mau bilang kalau film ini (untuk kesekian kali):Bagus. Saya kasih 4 dari 5 bintang. (capricorn, aquarius, pisces.....okee, bukan bintang yang itu). Dan, film bagus gak melulu harus punya storyline yang bombastis, visualisasi megah nan mahal, dan gelontoran budget fantastis. My Brilliant Life Membuktikannya. Bahwa film sederhana namun sarat pesan akan perjuangan dan ketabahan juga bisa mencuri hati penonton. melalui film ini, kita bisa belajar banyak dari keluarga kecil ini.

Akhir February 2015
Fitria Tee




































Rabu, 25 Februari 2015

Pengalaman Bertemu Orang-Orang

Kadang, apa yang tak ingin kita dengar adalah kalimat-kalimat paling jujur yang datang dari mulut-mulut yang tidak terlalu kita kenal atau mengenal kita, dan kadang datang dari mulut-mulut orang yang tidak kita suka

Kadang, orang-orang terdekat kita hanya diam untuk menjaga perasaan kita. Jikalau mereka berterus terang dan menertawakan, mungkin kita akan terluka. Mungkin dalam dia mereka, mereka sangat ingin kita berubah.

Pengalaman bertemu orang-orang memang tak terduga. Bisa saja banjir pujian atau malah mendapat kritik dan hujatan. Dan tak selamanya imun kita tebal, Adakalanya hati tergores dan airmata mengalir

Tak ada larangan manusia-manusia berpendapat, tetapi kata-kata tajam seperti sayatan pedang, penilaian-penilaian lugu namun sinis tetap saja terumbar.

Andai saja kita, manusia-manusia sok hebat dan selalu merasa lebih ini dapat bertukar rasa dan beban agar lebih berempati. Mungkin hati-hati yang tergores akan berkurang.





**menurutku sikap yang paling bijak ketika melihat temanmu sedang dipermalukan adalah membelanya atau berpura-pura tak dengar bukan malah ikut nimbrung menertawakannya.ck..




Kamis, 05 Februari 2015

Dari Drama ke Drama




Bisa dibilang saya bukanlah penggemar berat –garis-keras- drama-drama korea. Drama korea yang paling lekat diingatan saya hanyalah Full House dan Princess Hours. Sejujurnya, Saya menyukai semua tontonan sejenis drama dan film dari Negara manapun dengan berbagai genre asalkan tontonan itu memang bagus dan menarik. Tapi untuk menonton cerita bersambung sejenis sinetron, terutama yang tayang akhir-akhir ini di tv-tv lokal saya sangat-sangat ogah.  Akan tetapi. kalau dibilang belakangan saya, beserta seorang yantchan  –agak- kecanduan drama korea, Saya juga tidak bisa menyangkal. 

Semuanya berawal dari sebuah stasiun tv lokal yang menayangkan drama korea berantai setiap sore harinya. Saya dan yantchan secara kontinu mengikuti dan hampir mati penasaran di akhir episodenya. Demi melunasi rasa penasaran kami, akhirnya diambillah  keputusan yang paling bijak. Sesuai kesepakatan kami membeli saja kasetnya dan menonton sekali jadi sampai tamat.  Hal ini cukup mudah dilakukan mengingat drama-drama korea hanya berkisar 15-20 episode dengan durasi lebih kurang 40 menit per episodenya. Berbeda sekali dengan sinetron-sinetron lokal di stasiun tv swasta yang jumlah episodenya mencapai ribuan dan kadang diproduksi sampai beberapa berapa season.

Berbeda dengan saya, yantchan memiliki kekebalan alias imunitas -terserang virus drama korea- yang sangat rendah. Alhasil, kemudian dia terus memburu drama demi drama  korea yang sudah di survey melalui youtube sebelumnya demi memuaskan -Kdrama fever-nya. Saya sendiri lebih memilih menyeleksi (secara personal sesuai selera) drama-drama korea yang akan saya tonton dan sudah dipastikan drama bergenre horror dan drama dengan tokoh utama yang biasa saja tidak akan lolos seleksi.

Drama terakhir yang saya nonton adalah The Three Musketeer atau Samchongsa dalam versi koreanya. Selesai menamatkan drama ini, saya menyimpulkan bahwa The Three Musketeer merupakan sebuah tontonan berseri yang lumayan asik dan entertaining. I almost like the crown couple scene.

The Three Musketeer merupakan salah satu Saeguk Drama (Drama dengan Setting kerajaan pada masa Dinasti Joseon) yang terdiri dari 12 episode saja. Sangat sedikit untuk ukuran drama korea.  Drama ini baru selesai ditayangkan akhir tahun lalu di tvN, salah satu stasiun tv di Korea. Rencananya, drama ini akan diproduksi menjadi tiga season yang masing-masing terdiri dari 12 episode akan tetapi kabar terakhir yang terdengar, drama season dua dan tiga batal diproduksi. Sungguh sebuah kabar buruk mengingat saya cukup penasaran menanti sekuel selanjutnya.

Saya akan bercerita sedikit, The Three Musketeer merupakan sebuah novel legendaris karya Alexader Dumas yang sudah diadaptasi ke berbagai jenis film oleh berbagai Negara. Cerita tiga pendekar tangguh melawan musuh dengan satu misi yang sama tentu tidak lagi asing di telinga kita. Kali ini, cerita The Three Musketeer diadaptasi menjadi drama seri korea berjudul Samchongsa, dengan setting pada masa Joseon kala pemerintahan Raja In Ho. The Three Musketeer alias tiga pendekar yang diceritakan dalam drama ini ialah Pangeran Seohyun anak Raja In Ho beserta kedua pengawal setianya Seung Po dan Min Seo serta tambahan seorang pemuda desa yang merupakan pegawai istana bernama Park Dal Hyang.

Awal ketertarikan saya dan (lagi-lagi) yantchan pada drama seri ini mungkin bukan perihal penting melainkan karena salah satu pemerannya yaitu si Cool Yong Hwa, vocalist cnBlue yang berperan sebagai Park Dal Hyang. Kali ini Yong Hwa memainkan peran seorang pemuda desa yang jago bela diri dan bermain pedang. Cerita berawal dari perjalanan Park Dal Hyang ke ibukota Hanyang untuk mengikuti ujian militer kerajaan demi menjadi pegawai istana. Dalam perjalanannya ia mengalami banyak rintangan sehingga ia baru sampai ke ibukota Hanyang setelah dua bulan kemudian. Sebuah insiden terjadi di malam pertama setiba ia di ibukota. Teman satu kamarnya diserang sekumpulan orang tidak dikenal agar tidak bisa ikut ujian esok hari. Sekumpulan penyerang itu diduga merupakan orang-orang bayaran yang ditugaskan menyerang peserta-peserta yang berpeluang lulus ujian demi tujuan tertentu. Sebagai pemuda lugu dan baik hati, Park Dal Hyang berinisiatif mengejar para penyerang tersebut.  Ia kemudian meminta bantuan kepada tiga pemuda berkuda yang kebetulan lewat yang tak lain adalah Pangeran dan kedua pengawalnya Seung Po dan Min Seo. Setelah insiden itu pangeran dan kedua pengawalnya memperkenalkan diri sebagai tiga pendekar kepada Park dal Hyang. Pertemuan hari itulah yang kemudian memunculkan Konflik demi konflik satu per satu. Di drama ini kita akan terhibur oleh keluguan Park dal Hyang, Seung Po yang kocak dan selalu memancing tawa, Min Seo yang charming dan tentu saja sang putera mahkota seohyun dan kisah romance nya bersama sang putri mahkota. Lebih seringnya, drama saeguk korea bercerita tentang intrik perebutan tahta, kisah cinta, perang dalam konteks pengisahan yang serius. Namun drama seri The Three Musketeer ini dibalut komedi yang mampu memancing tawa meskipun disisi lain tetap menampilkan konflik yang serius dan adegan perkelahian serta adu pedang yang cukup menegangkan.

Usai Menamatkan drama ini, saya menyadari satu dan lain hal. Tak heran begitu banyak masyarakat Indonesia terutama remaja yang keranjingan menonton drama korea. Ide cerita drama korea selalu segar dengan jalinan konflik dengan porsi yang pas sehingga sayang untuk dilewatkan. Meskipun kebanyakan drama romance, penceritaan tiap episodenya disajikan dengan kreatif, entah itu dibalut komedi, action, maupun drama penguras airmata. Drama korea diproduksi dengan anggaran yang tidak sedikit dan digarap serius selayaknya film bioskop serta didukung oleh aktor-aktor yang mumpuni sekaligus berwajah charming. Skrip dan jumlah episode sudah ditetapkan sebelum di produksi. Jadi tidak ada cerita tokohnya mendadak hilang ingatan dan sesudah mati hidup kembali dengan konyolnya untuk memperpanjang episode jikalau nanti ratingnya naik sewaktu tayang.

Saya jadi bertanya-tanya, kapan produser-produser sinetron lokal insyaf dan mulai membuat sinetron dengan konten yang bagus dan berkualitas? Tidak hanya berpatokan hal-hal semacam rating bagus, untung besar dan selera pasar. Saya masih ingat sebuah drama seri yang tayang sore di sebuat stasiun tv swasta hari beberapa tahun yang lalu berjudul “anak kaki gunung”. Drama tersebut memang mengangkat thema sederhana, namun begitu banyak pesan moral yang mampu dipetik. Namun sayang, drama tersebut berhenti ditengah jalan karena rating yang rendah. Saya tahu kalau selera adalah masalah personal, akan tetapi tentu kita dapat menilai mana yang lebih baik antara kisah semangat anak-anak desa dan guru yang bersahaja dibanding cerita cinta-cintaan remaja antara vampire dan manusia.

Mari kita sedikit berkaca pada drama seri korea. Terlepas dari stereotype sebagian orang yang mengatakan para aktornya sering oplas dan berwajah palsu, drama korea selalu mengangkat thema_thema tertentu dan mampu mengemasnya menarik. Pengisahan kehidupan detektif kepolisian, kehidupan dalam istana, kehidupan para musisi, seniman, sampai para dokter dapat kita jumpai dalam drama korea. Hal-hal seperti ini sedikitnya memperluas wawasan kita tentang disiplin ilmu tertentu dan tentunya sekaligus belajar bahasa korea (jika kita menonton yang tidak di dubbing).
Kembali ke kisah drama saeguk korea. Sangat banyak drama saeguk korea yang begitu banyak disukai penggila drama. Lalu, apa kabar tentang drama-drama kerajaan kita yang menceritakan sejarah? Bukannya tidak pernah produser-produser LokaI mengangkat cerita dengan thema demikian. Namun alangkah sedikit peminatnya. Mengapa? Mungkin salah satunya karena, drama kerajaan lokal lekat dengan image yang unreal dan tidak masuk akal. Semisal naga terbang dan kemampuan menghilang juga adu tenaga dalam dengan efek visual yang, yaaahhh…. Ala kadarnya. Coba ingat-ingat, paling tidak kita pernah lihat sekali, adegan dimana pendekar dan mak lampir bertarung saling berhadapan dalam jarak tertentu hanya dengan mengacungkan telapak tangan yang mengeluarkan cahaya warna-warni.

Sebelum saya mengakhiri postingan kali ini, pertanyaan lugu yang terus mengganggu saya adalah ‘Apakah benar drama-drama kerajaan itu sesuai sejarah? Apakah Patih Gadjahmada mengendarai elang raksasa pada saat menjalankan tugas kerajaan dimasanya? Entahlah.

Fitria_tee

Senin, 02 Februari 2015

Wahai Perempuan



Sebanyak apa hatimu tergores wahai perempuan?
Tidak kau curi kebahagian orang lain, tidak kau curangi hati siapapun,
Tapi mengapa demikian banyak luka kau dapatkan
Tak pernah kesedihan beringsut dibalik tawa palsumu, tak ada intervensi, bebas namun kosong
Tak pernah lagi kau lucuti rasa takutmu, kau biarkan ia merajai

Kau ajarkan hatimu untuk belajar sembuh sendiri, belum sembuh luka, sayatan lain datang
Masih mengertikah engkau cara menangis, wahai perempuan?

Sebanyak apa kau dicerca? Sesering apa kau dijatuhkan?
Hingga hilang tak berbekas percaya dirimu, hingga menguap segenap keberanianmu
Akhirnya diam yang hanya mampu kau dayakan

Sedetik, sehari, seminggu, sebulan, setahun, sekian lamanya tak ada yang kau bahasakan
Kau bungkam. Lantas mengapa harapan itu membubung tinggi. Menjulang menyentuh awan

Sesering apa kau berlari menghindari, wahai perempuan?
Tak lelah hantu-hantu mengerikan itu mengejarmu
Dari setiap sudut mereka mengepung, tak ada tempat bagimu bersembunyi

Apa kau begitu kesepian?
Terbuka semua celah, pelahan-lahan orang-orang  mengintip
Kosong melompong
Berusaha kau tutupi, kau sumpal, kau buat kedap
Meski tak terlihat lagi diluar, di dalam tetap hampa
Karena tak pernah bisa kau dustai dirimu sendiri, wahai perempuan?

for learning the strange