Sabtu, 30 Maret 2013

Atomic Kitten- Eternal Flame

Bonjour cyber World
Kakak saya pernah nulis lirik lagu ini dalam koleksi song booknya,  agak jadul sih, tapi kemarin waktu saya dengar lagi, ternyata masih easy listening. liriknya juga dalam banget. jadi kepikiran, atomic kitten udah pensiun ya? atau udah bubar?
nggak pake lama, cekidot!


Close your eyes
Give me your hand Darling, 
Do you feel My heart beating? 
Do you understand? 
Do you feel the same 
Or am I only dreaming? 
Is this burning? 
An eternal flame 

I believe it's meant to be darling 
I watch you when you're sleeping
You belong with me 
Do you feel the same 
Or am I only dreaming? 
But is this burning (burning)? 
An eternal flame 
Say my name 
Sun shines through the rain 
Of all life so lonely 
Then come and ease the pain
I don't want to lose this feeling 
 Oh Oh, oh Say my name 
Sun shines through the rain 
Of all life so lonely 
Now come and ease the pain 
I don't want to lose this feeling 
Oh Close your eyes 
Give me your hand, darling 
Do you feel my heart beating? 
Do you understand? Do you feel the same 
Or am I only dreaming? Or is this burning? 
An eternal flame 
Close your eyes 
Give me your hand, darling 
Do you feel my heart beating? 
Do you understand? 
Do you feel the same 
Or am I only dreaming? 
Or is this burning? 
An eternal flame

Kamis, 28 Maret 2013

Review Negeri Para Bedebah

Negeri Para BedebahNegeri Para Bedebah by Tere Liye
My rating: 4 of 5 stars

Awalnya saya yang pecinta novel bergenre romance, merasa kurang tertarik membaca novel Negeri Para Bedebah ini. Alasan pertama tentu karena judulnya yang tidak sepuitis dan semelankolis fiksi-fiksi romantis yang pernah saya baca(karena memang novel ini bukan termasuk kategori itu). Kedua, covernyapun terkesan biasa, lagi-lagi tidak membuat saya tertarik.
Akhir bulan lalu, kakak saya yang suka mengoleksi buku, menghibahkan beberapa bukunya untuk saya dan novel ini salah satu dari beberapa daftar buku yang dihibahkan itu. Saya yang kehabisan bahan bacaan di kost iseng-iseng membacanya ketika pada saat itu insomnia saya kambuh. Bagai candu, ternyata saya tidak bisa berhenti membacanya. Bab demi bab mengalir begitu saja. Mengisahkan pertualangan dua hari Thomas sang tokoh utama demi menyelamatkan Bank milik omnya yang dinyatakan kolaps. Tidak itu saja, potongan-potongan cerita didalamnya diselingi narasi yang sarat dengan informasi. Informasi ekonomi paling banyak. Selain terhanyut dengan pertulangan mendebarkan Thomas, saya yang bukan anak ekonomi ini juga mendapat pengetahuan seputar masalah perbankan, money laundry, dan masalah-masalah keuangan lainnya.
Salut banget buat Tere Liye, setelah dibuat mengharu biru oleh kisah romansa Sunset Bersama Rosie, dibawa ke tepian Sungai Kapuas mengikuti kisah hidup Borno, di Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, saya kembali dibuat kagum dengan Negeri Para Bedebah ini, seratus delapan puluh derajat berbeda, namun tetap menunjukkan kekhasan seorang Tere Liye.
Must Read Fiction!
Fitria Tee


View all my reviews

Cerpen Q (lagi)

Holaa Cyber World....

Saya kembali dengan postingan baru. sebenernya naskah cerpen (setengah hati) ini sudah lama mendekam dala tumpukan file saya. Tapi tadi, tiba-tiba muncul keinginan untuk mempostingnya.

Masih ingat sama dua sejoli paling tersohor di dunia? yup, siapa lagi kalo bukan Romeo dan Juliet. Beberapa tahun lalu, saat lagi bimbingan belajar menjelang UN di sekolah, saya ngerasa boring setengah mati mengikuti  pelajaran sosiologi (sekarang itu bidang yang saya dalami di kampus; kena karma). iseng-iseng saya nulis cerita di buku bimbingan saya. inilah dia kisah dua sejoli itu yang seenak dengkul saya ubah jadi parodi (maap Om shakespeare *sujud sujud*)

yup, langsung ajja, cekidot!!!

ROMEO DAN JULIET (DI ALAM BAQA)

Setelah kedua sejoli ini meninggal dunia, mereka hidup di alam baqa yang tentunya ada di khayalan anda. Mereka tinggal di sebuah pondok di atas awan kumulonimbus.
“Romeo, enak juga ya tinggal di langit, gak ada tetangga yang ngegosipin kita, palingan cuma ada burung-burung yang terbang numpang lewat” ujar Juliet.
“Iya Juliet sayang, kita juga nggak perlu ngontrak rumah, dan nggak perlu waswas digusur. Omong cemong, gimana ya kabar keluarga kita, apa mereka udah baikan semenjak kita koid saiii?”
“Aku rasa sih udah Yang, soalnya kan kita udah bundir –bunuhdiri -, pasti mereka nyesel dah Yang”
“ho-oh, ho-oh, kamu nyusul aku pake apa sih Yang?, aku 'kan duluan ke sene, jadi nggak tahu kamu nyusulnya gimana”
“Aduh Romeo sayang, gara-gara kamu bundir tanpa menyisakan racunnya untuk aku, aku jadi nyolong keris empu gandring untuk nyusul kamu”
“oh gitu ya yang”
-_-

Sementara itu di dunia fana…
“oh Romeo ku sayang, mengapa kamu mesti mati demi seorang dari keluarga Capulet..? kamu keliru anakku” ratap nyonya Montaque, ibunda romeo.
Tahukah Anda saudara-saudara, apa yang terjadi sehingga Romeo dan Juliet bersama-sama bunuh diri dan sekarang ada di alam baqa?
Berikut cerita sebelumnya
Di Verona, sebuah kota penuh cinta, hiduplah dua keluarga besar yang sama-sama terpandang dan kaya raya. Namun sayangnya mereka sudah lama saling bermusuhan. Mereka adalah keluarga Montaque dan Capulet.
Suatu hari keluarga Capulet mengadakan pesta untuk memperkenalkan  putri tunggal mereka, Juliet dan tunangannya, Parize de sown. Semua warga Verona diundang kecuali keluarga Montaque.
Namun, sehari sebelumnya, dilain tempat yakni di pantai Veronish, anak tunggal keluarga Montaque, sedang patah hati karena baru saja diputuskan cinta pertamanya, Rosaline. Anak seorang pastor yang baik hati. Orang yang patah hati itu adalah Romeo.
“Oh teman, mengapa kau bersedih, lupakan saja Rosaline” Merquito sahabat karib Romeo menghampirinya sambil berujar.
“Aku tak bisa melupakannya, meskipun dia mungkin tak mencintaiku lagi dan pastor Clawrence, ayahandanya tidak menyetujui hubungan kami”
“ya sudahlah kalau begitu, aku tidak akan memaksamu melupakannya lagi, sebaiknya kau datang saja ke pesta keluarga capulet. Disana kau dapat berjumpa dengan Rosaline, dia ada job nyanyi disana”
“Apa kau gila? Montaque tidak boleh kesana”
“Tenang kawan,  tiketku kuberikan kepadamu, tidak ada yang tahu kau seorang Montaque, pergilah”   
“Terimakasih banyak Merquito”
-_-

       Malam yang indah, Romeo akhirnya datang ke pesta itu, ia berdansa dengan seorang gadis. Karena malam itu adalah pesta topeng, mereka tak saling bertemu wajah lagian pada saat itu romeo tidak menemukan Rosaline. Di akhir pesta, tamu  diwajibkan membuka topeng, dan pada saat itulah dua orang anak manusia yang berdansa untuk pertama kalinya saling jatuh cinta tanpa menyadari siapa diri mereka dan siapa yang mereka cintai sekarang. Merekalah Romeo dan Juliet.
Setelah pedekatean kilat, tiba-tiba saja, suster Monica, pelayan  keluarga Capulet menarik lengan Juliet.
“pliss deh Nona, jangan temenan ama tu cowok. dia itu Romeo Montaque. Bisa bahaya. Apalagi Tibalt tadi sudah melihatnya ada disini”-tibalt adalah sepupu Juliet yang selalu berseteru dengan benvolio Montaque, sepupu romeo. Perseteruan mereka selalu meresahkan masyarakat Verona dan berakhir di pengadilan-
“Tapi suster, aku sepertinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Romeo”
Singkat cerita mereka bertemu lagi secara diam-diam setelah pesta dan memutuskan untuk menikah .

Keesokan harinya dirumah pastor Clawrence..
“Pastor, tolonglah aku ni, cemane hendak di buat dah jatuh cinte pula aku nak anak keluarga capulet.juliet puan tu punye nama.
“Bah, gawat kali kau ini anak muda.bahaya kali itu.dulu kau bilang cinta mati kali kau ama Rosaline anakkku.”
“itu dulu encik pastor, sekarang sama puan Juliet lah cinte ni nak berlabuh, nak lah engkau nikahkan kami encik”
“okelah kalo itu maumu, berani kali kau buat perubahan besar ini.”
Keesokan harinya Romeo dan Juliet menikah di gereja Santa Verona, saksinya hanya Suster Monica
-_-

Kehidupan mereka berjalan seperti biasa setelah menikah, romeo tetap tinggal di rumahnya, begitu juga dengan Juliet. Sampai pada suatu hari, saat Romeo dan Sahabatnya Morquito bersantai di pantai veronish, Datanglah tibalt, dia bermaksud membunuh Romeo, tibalt beranggapan bahwa romeo hendak mempermainkan sepupunya Juliet. Pada saat-saat klimaks ketika tibalt menusukkan pisaunya kepada Romeo, tiba-tiba… morquito melindungi romeo. Morquito pun tertusuk, disaat-saat sakaratul mautnya dia sempat berkata diantara romeo dan tibalt,
“TERKUTUKLAH KEDUA KELUARGA KALIAN KARENA KEMATIANKU” dia mengucapkan itu berulang-ulang sampai ajal menjemputnya.petir bergemuruh seakaan mendengar kutukan Merquito. Tak terima temannya dibunuh, Romeo pun bersumpah membunuh tibalt, demi membalaskan dendam temannya.malamnya, dia berangkat kerumah tibalt, dan kemudian membunuhnya pula, tibaltpun menyusul Morquito.
Karena tindakan pembunuhan yang dilakukannya, Romeo menerima sanksi pengasingan di sebuah gurun di Cagliari. Sementara itu di tempat lain, keluarga besar capulet sedang bersibuk-sibuk ria mempersiapkan pesta pernikahan Juliet dan parizze de sown yang akan dilangsungkan dua hari lagi. Juliet tampak resah dengan keadaan ini, dia berpikir keras bagaimana cara untuk membatalkan pernikahannya, sementara iapun begitu terpukul mendengar kabar suaminya romeo yang diasingkan karena membunuh tibalt sepupunya.
Julietpun memutuskan untuk menemui pastor Clawrence keesokan harinya.
“Kalau encik pastor tak mampu coba tolong saye batalkan nikahan ni, saya nak ancam membunuh diri”
“Kau tak boleh macam itu Juliet, itu sia sia.”
‘encik yang nikahkan saye belakang hari dengan romeo, nape encik tak niat sikitpun tolong kami’
‘begini saje lah kau begitu….”
Pastor Clawrence memberikan Juliet  sebotol obat yang dapat membuat Juliet tidur seperti mati selama kurang lebih 20 jam. Rencananya setelah meminum obat itu, orang tuanya dan  tunangannya akan mengira dia sudah mati,  dan pada saat ia ditinggalkan di gereja pada saat upacara kematian, saat itulah romeo datang menjemputnya. Romeo datang karena surat pemberitahuan yang dikirim oleh pastor ke pengasingan. Kemudian mereka hidup di pengasingan romeo sampai masa tahanan romeo habis dan kemudian pindah ke Mantua, sebuah kota kecil di dekat Verona dan hidup bahagia.
Namun, rencana hanya tinggal rencana, saat semua warga Verona datang melayat upacara kematian Juliet, benvolio Montaque, sepupu romeo juga datang melayat. Ia menyangka Juliet benar-benar mati, sesegera mungkin ia menyusul romeo ke pengasingan untuk memberitahukan berita tersebut. Romeo yang mendengar berita itu sangat terkejut. Dan segera bergegas menuju Verona. Sangat disayangkan 10 menit kemudian surat dari pastor clawrence baru sampai dipengasingan.
Sesampai di verona dia langsung membeli racun, dia bermaksud setelah melihat jasad Juliet dia juga menyusul Juliet ke alam baqa. Sesampai di gereja, romeo melihat jasad Juliet terbujur kaku. Tanpa buang waktu diminumnya racun tersebut dan romeo kemudian koid menuju alam baqa. Beberapa saat setelah itu, Juliet tersadar dari pengaruh obat yang diberikan pastor Clawrence. Kali ini julietlah yang melihat jasad romeo yang terbujur kaku. Ia menyadari  rencana yang disusunnya bersama pastor telah gagal, dia pun mengambil keris di dinding gereja dan menghujamkan ke jantungnya. Dengan kematian kedua sejoli itu berakhirlah kisa cinta mereka.
-_-



Kamis, 21 Maret 2013

Perjalanan Sore Tadi


haiii cyber world, 
mendadak pengen posting nihh.. 

Tadi sore,sepulang kuliah, saya memutuskan pulang kampung. entah kenapa hari-hari terakhir kuliah, boringnya makin nambah aja. untuk rehat sejenak, hal terbijak ialah pulkam.
tapi bukan itu intinya, perjalanan Medan-Kabanjahe yang menghabiskan kurang lebih dua jam perjalananlah yang menjadi penyebab postingan ini. sepanjang perjalanan ,tidak seperti biasa, kantuk tidak juga mendera saya, tak ada pilihan lain selain memandang kiri kanan pemandangan jalan lintas Medan-Kabanjahe itu. Miris sekali. lepas dari kawasan sembahe, begitu banyak proyek pengerukan di sepanjang jalan dengan alat-alat berat. kurang tahu juga untuk apa. bisa jadi untuk pembangunan berorientasi profit. dan sebagian pengerukan-pengerukan lahan itu terlihat hanya berjarak kurang lebih seratus meter satu dengan yang lain.

Dengan pemikiran awam saja, kita bisa mengetahui begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan, misalnya bencana yang ditimbulkan akibat pengerukan, pengurangan lahan produktif, dan lain-lain. sebelum memasuki kota Berastagi, dampak itu semakin nyata terlihat, di beberapa bagian terlihat bekas longsoran tanah yang parah..membuat saya bergidik dan waswas juga. sekali saja gumpalan-gumpalan tanah itu menggelinding kearah kendaraan yang berlalu-lalang, habislah cerita.


Saya teringat beberapa minggu terakhir bagaimana betenya saya ketika mengikuti mata kuliah sosiologi lingkungan. tetapi setelah tadi sore, seenggaknya saya paham dan dapat melihat langsung bagaimana dampak degradasi lingkungan yang baru dipelajari minggu lalu. tak banyak memang yang dapat dilakukan orang seperti saya, tapi, paling tidak, kita dapat memulai langkah go green, bahkan dari hal terkecil yang kita pahami. mari kita realisasi slogan close to nature.
fitria tee

Selasa, 05 Maret 2013

cerpen

yuup,
beberapa bulan lalu saya iseng mengikuti sebuah lomba penulisan cerpen. setelah melewati tahap edit sana-sini. saya kirim cerpen itu ke penyelenggara. dan sewaktu pengumuman tiba.jenggg jeng...
cerpen saya nggak menang (bahkan gak masuk nominasi untuk dibukukan. hiksss) tapi gak apa-apa. yang penting udah pernah nyoba. jadi kedepannya udah harus tahu apa yang harus dibenahi dalam mengolah karya fiksi tersebut.
nggak berpanjang-panjang lagi, 

saya posting cerpen tersebut buat kalian. nikmatilah jejak pena sang pengkhayal ini
happy reading..



KAU, SEPAKBOLA, DAN SEPOTONG CINTA
Oleh : Fitri yati
Mungkin dulu aku menyukaimu karena sepakbola, tapi aku menyukai sepakbola bukan karenamu, sungguh aku menyukai sepakbola jauh sebelum aku mengenalmu, jauh sebelum kita bertemu. Kata teman-temanmu kamu seorang football lover sekaligus pesepakbola yang berbakat. Sampai suatu waktu kita bertemu. Sampai suatu waktu kita berbagi cerita.
Ingatkah pertemuan kita pertama kali? disebuah ruangan kelas satu hari setelah tahun ajaran baru. Kau adalah siswa pindahan dari sebuah sekolah negeri ternama yang tak menerimaku dulu. Kau di drop out karena lebih sering berada di lapangan hijau daripada di ruangan kelas. Bagimu sepakbola segalanya, lebih penting daripada pendidikan formalmu.
Ingatkah kau saat pertama kali kita berbagi cerita? Kau takjub saat aku bisa mengimbangimu cerita  seputar sepakbola. Saat kulaporkan kemenangan Real Madrid atas seteru abadinya Barca tadi malam, saat kuceritakan perkembangan kualifikasi liga champion eropa, saat kucelotehkan betapa hebatnya pesepakbola favoritku Kaka mengolah si kulit bundar itu.
Kemudian kita lewati hari-hari dengan kita saling berlomba membahas betapa serunya laga tadi malam, berbagi cerita kepada teman lain bagaimana kekaguman kita pada AC Milan klub favorit kita yang ternyata sama. Saling tuding siapa yang terbaik antara Kaka dan Alessandro Nesta yang merupakan idolamu. Kau tawari aku menonton pertandinganmu suatu hari yang langsung kuiyakan dengan senang hati. Di lapangan hijau itu, aku tak lagi dapat melihat sosokmu yang kesulitan menangkap pelajaran matematika, yang terbata-bata saat hafalan Undang-Undang Dasar di depan kelas, yang selalu iseng melempariku kertas memohon jawaban saat ulangan berlangsung, dan yang terlalu malas mengerjakan PR. Sungguh tak dapat kulihat sosokmu yang demikian. Karena di lapangan hijau itu, kau menjelma menjadi seorang stopper handal, defender tangguh penjaga pertahanan dari serangan lawan, kau menjelma menjadi kapten tim yang bijak memimpin kawan menguasai arena pertandingan, kau benar-benar menjelma seperti Nesta yang kau idolakan dan aku jatuh cinta, jatuh cinta pada sosokmu.
Setelah itu tak ada lagi hari-hari menonton bola yang sepi di tengah malam. Kau menemaniku berdebat di telepon tengah malam buta, berteriak-teriak lewat sambungan  telepon saat pertandingan berjalan seru. Tak ada lagi kesepian menonton bola tengah malam itu. Dan selalu kutunggu pagi datang untuk menemuimu lagi di sekolah. Berbagi kabar baru tentang pertandingan tadi malam, saling berebut majalah Bola atau sekedar memamerkan bonus bigposter pesepakbola yang sama-sama kita kagumi.
Kemudian ribuan pertanyaan menyerbu benakku. Mengapa kau begitu baik terhadapku? mengapa kau marah jika aku tak datang menonton kau bertanding? mengapa kau dengan rela memberi koleksi marchindise bola yang mungkin susah kau dapatkan tanpa pernah kuminta? mengapa kau membutuhkanku menyemangatimu saat bertanding, mengapa kau membagi bahagia kemenangan hanya padaku? Apakah kau juga menyimpan cinta untuk sepotong hati ini? Lalu aku menyemai harapan. Harapan akan dirimu.
Kutunggu kepastian bahwa kau memang menginginkanku. Dan seperti khayalku, kau menyatakannya, bahwa kau cinta, bahwa kau ingin aku lebih dari sekedar berbagi cerita bola dan menonton pertandinganmu. Kau membutuhkanku lebih dari itu semua, untuk urusan hati katamu. Aku merasakan bahagia yang membuncah, karena kau sadar aku sepatutnya disisimu untuk berbagi rasa. Kau benar-benar menyimpan sepotong cinta untuk hati yang penuh harap ini. Masih seperti dulu, aku tetap tempat berbagi cerita sepakbola, masih jadi supporter setiamu. Kau menjadi Kaka yang lain yang benar-benar bisa kumiliki.
Hingga pada suatu waktu kau berubah. Karir sepakbolamu melesat cepat. Kau mulai terasa jauh. Kau menjadi begitu sibuk. Semuanya bisa kuterima karena kumengerti sepakbola adalah yang terpenting bagimu. Kemudian kau utarakan tentang pertemuan kita yang tidak bisa sesering dulu, kau utarakan kau harus fokus latihan, kau utarakan bahwa kau tak mungkin mengabaikan kesempatan untuk menjadi pesepakbola profesional di timnas, dan kau utarakan tak akan ada lagi kencan santai menonton di stadion sesering dulu. Kau tahu? sungguh aku bisa mengerti. Sejak awal aku terbiasa sendiri. Aku tak bergantung padamu untuk sesuatu yang remeh-temeh. Aku punya cinta yang tanpa pamrih padamu. Aku tulus berbagi kebersamaan denganmu. Tak ada niat sedikitpun memanfaatkanmu. Aku masih tetap menjadi penyemangatmu, dan mendukung cita-citamu karena sepenuhnya kusimpan sepotong cinta hanya untukmu. Jadi tak mengapa pengorbanan waktu kebersamaan kita selama ini.
Namun ternyata kita tak selamanya bisa mengatur jalan hidup kita. Kita mungkin hanya mampu berencana saja. Dan kenyataannya adalah kau sungguh semakin jauh, kau seperti menghilang dari kitaran hidupku, tak lagi terjangkauku. Hanya untuk berbicara dan berbagi cerita menjadi begitu sulit. Kau benar-benar menjauh. Tak lagi  peduli akanku. Benarkah sepenuhnya karena karir sepakbolamu? Bukankah karena hal lain? aku kembali disinggahi sepi. Kembali menonton bola sendiri ditengah malam buta. Kembali memasang alarm karena tak aka nada lagi teleponmu membangunkanku tengah malam. Tak ada lagi perdebatan siapa gerangan pencetak gol pertandingan nanti malam. Tak ada lagi rebutan majalah bola dan bigposter Fabregas dan Pirlo. Kau benar-benar menghilang. Kemanakah? Kemanakah kamu? aku terlalu khawatir, terlalu takut kehilanganmu.
Sungguh tak ingin kupercayai kenyataan, meski benar adanya. Bahwa kau terlalu sibuk menemani perempuan lain makan malam romantis di malam minggu, terlalu sibuk merangkai kata cinta dan puisi indah lewat puluhan BBM padanya, terlalu sibuk menelepon untuk sekedar menyanyikan sebuah lagu kesukaannya, terlalu sibuk mengantarnya jalan-jalan ke puncak, terlalu sibuk menemaninya shopping keluar masuk pusat perbelanjaan dan butik, terlalu sibuk mencari kado saat ulangtahunnya, dan kau terlalu sibuk memimpikannya dalam tidurmu hingga bahkan kau sulit terbangun tengah malam untuk menonton pertandingan tim favorit kita di laga final sekalipun.
Cinta yang lain itukah yang membuatmu lupa, yang membuatmu berpaling, yang membuatmu menjauh dan merasa jenuh? mungkin saja memang iya, mungkin memang benar kini hatimu terbelah dan sepotong cinta itu tak lagi utuh. Kau berubah tak sepenuhnya karena karir sepakbolamu.  Aku harus berdamai dengan kenyataan ini meski sulit kurasa. Sulit kuterima. Tetapi aku mafhum bahwa aku harus pergi. Aku harus mengahiri.
Seketika kau lupa bahwa kau pernah membutuhkanku lebih dari sekedar sepakbola, kau lupa janji untuk mementingkan pendidikan akademismu sama halnya dengan mementingkan urusan sepakbola. Kau lupakan mimpi dan harapan kita menonton bola di Stadion San Siro suatu saat kelak, berfoto bersama buffon suatu saat nanti, berburu marchindise World Cup selanjutnya. Kau lupakan semua hal tentang kebersamaan kita. Tentang aku.
Karena ternyata kau menginginkan seseorang yang bermanja-manja padamu, yang selalu membutuhkanmu dan bergantung padamu, yang cantik rupanya, yang lemah lembut tutur katanya, yang raut wajahnya terbengong-bengong lucu tak mengerti ketika kau bercerita tentang sepakbola, yang penuh perhatian padamu, dan cerewet padamu ketika kau lebih mementingkan urusan sepakbola. Bukan seseorang yang  terkesan tak perduli, yang selalu menolak diantarjemput karena merasa masih bisa sendiri, yang tak pernah ambil pusing pada lingkar hitam matanya karena keseringan begadang nonton bola. Kau tak ingin yang seperti itu. Tak ingin seseorang yang selalu membuatmu tegang urat saraf akibat berdebat soal formasi pemain terbaik, yang selalu membuatmu sirik karena mempunyai koleksi marchindise dan bigposter pemain yang lebih lengkap darimu. Kau tak lagi membutuhkan seseorang seperti itu. Seseorang yang tak ubahnya teman lelakimu.
Akhirnya kusadari aku harus undur diri dari hari-harimu. Meski sakit, meski kecewa, meski dikhianati, meski diabaikan, dan menangisi kau yang tak lagi punya cinta untuk hatiku aku memang tetap harus pergi darimu. Kumengerti bahwa aku sepenuhnya sudah dilupakan. Urusan hatimu kau serahkan pada orang lain itu. Dan aku harus berkemas dari tempat istimewa itu. Aku harus beranjak pergi.
Kutahu dan tak akan pernah kupungkiri bahwa aku pernah jatuh cinta. Jatuh cinta pada sosokmu. Sosok yang pernah membuatku merasa berarti, merasa dibutuhkan, merasa diistimewakan dan menerima sepotong cinta. Singkat memang, namun saat-saat kau berkenan mengisi malam-malam sepiku dulu, saat kau bersedia mendengar ceritaku, tetap kuanggap sebagai sesuatu yang berarti.
 Saat ini mungkin aku hanya bisa menontonmu bertanding dari layar kaca, membaca berita keberhasilan timmu di suratkabar atau mendengar cuplikan kisah asmaramu di Infotaiment karena sekarang pesepakbolapun tak ubahnya selebriti. Aku masih mengidolakanmu dan sekarang aku mungkin setara dengan fansmu yang lain yang berebut berfoto denganmu ketika bertemu langsung. Sepak bola selalu mengingatkanku tentangmu, tentang kau yang memiliki berjuta arti dihati ini, tentang sekerat kisah kita yang tak berhasil dulu. Sampai saat ini kau tetap representasi segala hal tentang cinta. Kau yang bersalah dulu telah kumaafkan. Namun, mampukah kau menjawab pertanyaan yang masih mengudara di rongga hatiku hingga saat ini?
Kapan aku bisa berpaling darimu?
                                                                                    Medan, Juni 2012