Hay...Aaaalll...
yati all balik lagi,
sebelumnya maaf ya.. atas jeda
panjang untuk melanjutkan part V ini. maklumlah tugas yang saling susul-menyusul
dan deadline yang semakin dekat mampu
membuat moodku menulis kembali
berlarian dan memusnahkan selera humorku. tapi tenang, aku bakal tetep lanjutin
kok part V PKL moment pasukan pelopor para all-all....
gimanapun, jadi penulis harus
konsisten (>.<), ya nggak All?
Part lima ini kita mulai dari pagi
yang indah di Sei Rotan desa penuh cinta dan kenangan. pagiku dimulai
dengan terciumnya aroma telur ceplok dari rambutku (tadi malem keramasnya
nggak-bersih-bersih-amat karena takut). kali ini aku dan triple Y ku
dapet piket lagi buat belanja lagi ke pasar batang kuis. rencanaya hari ini gbf
masak SUP AYAM KUAH BAKSO, dan itu sangat yummmi sekali.(cius ^_^v).
pulang belanja kami nggak ada rencana kemana-mana, karena semua pada
sibuk sama laporan pribadi masing-masing.
Tapi ternyata, pagi itu anak PAUD
seroja pada mau ke kolam renang, awalnya aku malas, tapi yantie-chan dengan
segenap kekuatannya maksa. aku alasan aja, nggak bawa
sunblock-mahal-minta-ampun itu, tapi yantie-chan dengan setiap kekuatannya
dan jurus silatnya teteup maksa lagi. jadi ujung-ujungnya kami pergi juga
ke kolam renang . karena yang lain pada malas,yang pergi cuma aku, yantie-chan,
yani, dan selly. niat awal pergi ke kolam sebenarnya untuk bantu-bantu para
guru PAUD jagain anak-anak. tapi berhubung sesampai disana kami begitu
terpesona liat itu kolam renang, jadi kami keasyikan sendiri. waktu di kolam terasa
sangat-sangat singkat (bahkan aku dan yantie-chan belum memulai pertunjukan
rennag gaya-unggas-yang-penting-ngambang itu), akhirnya setelah waktu renang
yang singkat itu, kami memilih pulang
duluan dan meninggalkan anak-anak paud yang masih asik berenang.
Sesampai di rumah nenek, kami
langsung menjalani sesi peeling dan masker (semuanya minta sama yantie-chan,
*teriak bilang makasih -yantie-chan sambil nunduk-nunduk*). Aku dan yantie-chan
yakin kulit kami telah gosong beberapa derajat pasca pulang dari kolam.
Ditambah lagi hari terik dan kami pulang dengan pakaian tetap kuyup dari kolam
itu. Setelah acara masker-maskeran yang ternyata tak nggak mengatasi kegosongan
kulit kami sama sekali, akhirnya kami kembali bermalas-malasan nuggu antrian
mandi.
Malas-malasan itu terus berlanjut sampai sore
diselingi kesibukan tugas masing-masing. Sorenya, seperti biasa, anak-anak
mulai berdatangan untuk belajar tambahan. Suasananya kurang lebih seperti
kemarin, riuh dengan murid-murid sister linda gbf yang bersemangat dan
murid-murid sugai yang centil nggak ketulungan. Selepas magrib, kami membagikan
kue dari salah seorang anak yang membawa kue buat dibagikan karena dia berulang
tahun. Jadi kami membuat acara perayaan kecil-kecilan untuk si anak ini
sekaligus menghaturkan doa. Temen-temen pada narik aku ke tempat perayaan itu,
mereka bilang biar sekalian ulang tahunku dirayain juga. (padahal sampai disana
aku cuma majang doang dan sugai selaku pemimpin doa dengan tega cuma mendoakan
anak itu aja dan tidak mendoakanku juga, sugai all… trus kw tega…….-_-)
Keesokannya di hari jumat, aku,
triple Y ku beserta ana rida kembali piket. Siangnya kami berencana pergi ke
pantai, tapi berhubung dosen kami mau datang buat memantau keadaan, rencana itu
kami batalkan. Suasana kedatangan dosen itu lumayan mencekam, meskipun tidak
semencekam yang aku bayangkan karena ternyata yunai udah gencatan senjata
dengan tamu kami itu. Sepulang dosen
kami, kami kembali bersemangat melanjutkan rencana ke pantai yang sempat batal.
Kami akhirnya memilih berangkat sore itu ke pantai sekalian menyaksikan sunset
alias matahari tenggelam. Kami juga dengan tega meliburkan kegiatan belajar
mengajar anak-anak secara sepihak.
Akhirnya siang itu kami berangkat dengan mencarter sebuah angkot. Kami membuat
perjanjian untuk tidak boleh ada yang pergi dengan sepeda motornya dan tidak
boleh membawa baju ganti. Tapi perihal baju ganti ini banyak yang melanggar,
yunai dan yantie-chan bahkan membawa gaun untuk sesi pemotretan pra wedding
mereka.
Akhirnya semua sepeda motor kami
titipkan, kemudian kami 17 pasukan all ditambah putra dan a’a joko berangkat menaiki
angkot tersebut yang mendadak berubah mengerikan. Gimana enggak? Itu Angkot
udah sarat penumpang karena dimuat 19 orang pasukan All-all yang siap
bertempur . Sepanjang jalan kenangan perjalanan menuju pantai kami sibuk
bernyanyi, berceloteh dan nge make over sugai
dan sang ketua rahmad. Mulai Dari sesi rol rambut sampai sesi pembuatan
tanduk-tandukan dan hasilnya terlihat sangaaat…. Tidak keren.( maaf All, kami
khilafff…)
Perjalanan terasa lama karena
angkot kendaraan perang kami sempat nyasar beberapakali dan mutar-mutar ke
markas musuh dan karenanya perjalanan terasa lama. Keriuhan dalam angkot
sontak berhenti ketika angkot kami tanpa sengaja menabrak seekor kucing malang
dan membuatnya kehilangan nyawa. kami sempat bingung plus histeris ngeliat itu
kucing malang meregang nyawa. sampai akhirnya sang supir keluar dengan maksud menguburkanya. Tapi tiba-tiba, anak-anak
situ menawarkan menguburkannya. Kami memberinya sedikit imbalan sambil
berterimakasih dan meneruskan perjalanan. Sepanjang jalan semua pasukan all all
terdiam. Suasana kembali mencekam, bahkan lebih mencekam dibanding kedatangan
dosen tadi. Mungkin kami masih sock dan agak berduka (lebay lagi) Rest In
Peace kucing-malang-kelindes-angkot-pasukan-all-all(maafin kmilah… kami
khilaffff)
Menjelang sore, kami sampai di
pantai yang kelihatannya lagi pasang. Suasana pantai yang sedang pasang itu
tidak menyurutkan niat kami buat melanjutkan sesi pemotretan. Didukung landscape matahari terbenam yang memang
sangat menawan, kami mempersiapkan peralatan perang properti pemotretan
dan memulai memproduksi foto
sebanyak-banyaknya. Kami terus berfoto sampai langit berubah gelap dan akhirnya
kami memutuskan untuk pulang.
Sesampai di rumah nenek, hari sudah
malam dan kami seperti biasa berlomba mengantri mandi. Setelah itu acara
dilanjutkan dengan sesi main kartu berhadiah colekan beda baby. Lupakan soal briefing-briefing, karena kami terlalu keasyikan
main kartu. Lagian besok kami udah mau pulang. Permainan kartu terus berlanjut
sampai tengah malam sehingga zombie-zombie kemarin bangkit lagi. Di akhir
permainan kartu, para zombie all mengakhiri dengan sesi foto-foto kenangan
sebelum kembali ke alamnya.
Di hari terakhir, yakni hari sabtu
yang ternyata juga tanggal merah, ternyata dipenuhi dengan berbagai agenda. Pagi-pagi
buta aku dan yantie-chan udah disuruh membeli bingkisan buat pak kades (lapak
baju mana sih yang udah buka jam setengah tujuh pagi?). selain itu kami masih
punya agenda mengadakan acara perpisahan
dengan ank-anak sei rotan, berpamitan sama bapak kepala dusun serta mengunjungi
rumah Pak kades buat berpamitan juga. Setelah selesai mandi, aku dan beberapa teman
lainnya ditugaskan ke rumah bapak kepala dusun terlebih dahulu untuk berpamitan. Sesampai disana, maksud hati Cuma
pengen berpamitan sambil basa-basi dikit, ternyata Pak kepala dusun malah
ceramah pernikahan panjang kali lebar ( siapa juga yang mau
ijab-kabul-akad-nikah? Pak…Pak.. terus bapak gitu..*_*v)
Pulangnya, rumah nenek udah rame
karena anak-anak sudah pada datang. sementara itu Yantie-chan masih membutuhkan data untuk tugas
pribadinya sehingga aku menemaninya untuk menemui sekjen GMN buat minta data.
Sehabis mengambil data aku dan yantie-chan terperangah ngeliat semua anak-anak
kompakan menangis, usut punya usut acara ternyata sudah dimulai dan anak-anak
sedih buat ditinggal pergi sama kami (kata temen-temen yang lain, anak-anak
pada nangis juga karena sambutan perpisahan dari sugai yang sok dramatis ala
kyai itu, All.. All, trus kw gitu..) untuk menghibur anak-anak kami mengajak
mereka bermain ‘bos berkata’ dan mengajak meraka nyanyi bareng juga. Susahnya
karena mereka keburu mewek juga, jadi agak susah ngiburnya.
Setelah acara perpisahan selesai
dan anak-anak pada pulang, kami segera mengunjungi rumah pak kades buat
berpamitan, mengucapkan salam perpisahan dan mengucapkan terimakasih yang
mendalam. Tidak lupa pula kami berfoto bersama Pak kades Sei Rotan.
Pulang dari tempat kades, kami
briefing terakhir sambil menikmati makan siang. Kemudian melanjutkan dengan
packing barang-barang kami yang sumpah-berantakan-sekali. Setelah acara packing
dan bersih-bersih kamar yang agak rempong, akhirnya angkot charteran kami datang.
Kamipun segera berpamitan ke pada tuan rumah (kak ari, a’a joko dan putra) dan
meniggalkan sepucuk surat buat nenek (karena nenek lagi nggak di rumah)dan kami
juga berpamitan dengan para ibu-ibu anggota KUBE yang telah bersusah payah
mengebut pesanan oleh-oleh kami. Acara pamitan tersebut agak dramatis memang.
Nggak terasa kami udah ngabisin 10
hari di desa ini, Desa Sei Rotan. begitu banyak hal-hal yang telah terjadi dan
kami alami selama 10 hari itu. Begitu banyak pengalaman yang kami dapat. Akhirnya
kami hanya dapat mengucapakan terimakasih dengan sangat buat nenek Ngati, kak
Ari, A’a Joko dan Putra yang telah menerima kami di rumah itu dengan baik. Maaf
kalo kedatangan kami udah ngerepotin. Kami juga minta maaf j karena udah bikin
rice cooker nenek rusak (kami khilaff
nek..) sepuluh hari disana akan kami jadikan sebagai sebuah moment yang akan
selalu kami ingat. PKL moment tentunya akan menjadi bagian dari cerita kuliah
kami.
Makasih juga buat teman-teman semua
para pasukan all-all, semoga dengan begini pertemanan kita makin solid dan
kedepannya perjalanan kuliah kita tetap lancar. Amin… kalo ada waktu, ayo kita
balik ke sana.
PKL moment part V ini menjadi part
terakhir dalam cerita perjalanan pkl pasukan para all-all. Maaf kalo dalam
penulisannya ada salah-salah kata, ada adegan atau moment yang terlupakan buat
diceritakan (maklumlah, kapasitas otakku masih ala kadarnya). Maaf juga kalo
misalnya ada kata-kata yang menyinggung perasaan kalian ya.. All. PKL moment
ini aku tulis semata-mata hanya untuk seru-seruan dan berbagi buat semuanya.
Kalian bisa baca lagi, kalo sewaktu-waktu kangen masa masa pkl.
It’s glad to be a part of you All...
Bye All..
Fitria Tee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar