Senin, 26 Juli 2021

MAY

May pernah merasa lelaki itu begitu penting. Sangat teramat penting melebih perhatian palsu saudara-saudarinya. Dunia kecilnya yg sesempit kotak korek api bahkan terasa baik-baik saja ketika lelaki itu datang dengan cerita seluas dunia. Sampai-sampai ia tak sadar, telah jatuh cinta tiap kali lelaki itu datang ke desa kecil ini. Menghampirinya sambil memberi senyum paling ramah yang pernah dilihatnya dari seorang manusia. Saat itulah May merasa mendapat seluruh keindahan dan penghargaan dari kehidupan.


Hidup May selalu demikian, melupakan sepaket -mimpi besar demi sosok perempuan lanjut usia yg ia panggil nenek. Yang kadang mengingatnya, namun lebih sering lagi, tidak. Sementara lelaki itu menjalani persis sepaket mimpi-mimpi May yang kandas. Menempuh pendidikan di kota besar, bekerja di kota besar, sesekali pulang ke desa untuk memamerkan diri.

Meski begitu, May tidak pernah mencemburui jalan hidup lelaki itu. Pada satu titik ia merasa cukup dengan apa yang tersaji dalam hidupnya asalkan lelaki itu tetap mengunjunginya saban bulan, memperbaharui cerita, dan berbagi buah tangan. Hal-hal kecil yang dilakukan lelaki itu untuk May, menurutnya serupa dengan menawarkan kehangatan setara satu semesta.

Kehadiran lelaki itu juga sanggup menghapus segala rasa bosan dan kesepian hidup May. Membuatnya melupakan bahwa ia begitu bodoh dan naif sampai-sampai selalu dimanfaatkan saudara-saudarinya. Membuatnya menyadari bahwa masih tersisa satu ketulusan di muka bumi ini selain ketulusan kasih sayang nenek.

Suatu subuh, May menyadari nenek geming dalam tidurnya. Perempuan renta itu akhirnya pergi meninggalkan May sebatangkara. Ketika satu persatu saudara-saudarinya pulang ke kota masing masing setelah prosesi pemakaman, saat itulah sebenar-benar kesepian menyergap May. 

Sampai pada momentum May tidak lagi dapat menahan kesendirian itu, saat itulah ia memutuskan merogoh tiap-tiap laci untuk mencari secarik kertas. Alamat lelaki itu di kota. Ia ingin kesana. Menyusulnya. Menggadaikan semua cinta, jiwa raga yang dimilikinya untuk menukarkannya dengan sebuah komitmen. May hanya ingin bersama lelaki itu, setiap hari, dua puluh empat per tujuh. Desa ini tak lagi menyisakan alasan apapun yang membuat May harus bertahan. Dan menunggu kehadiran lelaki itu, tanpa kehadiran nenek lagi, terasa seperti pernderitaan yang panjang.

Perjalanan menuju kota membuat hati May buncah oleh rasa rindu. Ia membayangkan betapa terkejutnya lelaki itu atas kedatangannya. Menyambutnya dengan pelukan paling hangat dan menawarkan cerita masa depan bersama. Demi itu semua, May rela menebusnya dengan semua kenangan dan kebahagiaan mereka saban bulan di desa.

Perjalanan menuju kota ternyata tidak pernah mudah. Secarik alamat itu membuatnya berkali-kali menyasar ketempat antah barantah. Ia berulangkali mengontak nomor lelaki itu, tidak ada jawaban. Mungkin lelaki itu sedang sibuk. May sadar sejauh ini  tak pernah mengintervensi hidup lelaki itu, dengan dering telepon sekalipun. Selama ini lelaki itu lah yang hadir kedalam hidupnya, mengintervensi hari-harinya, dengan cara yang menurut May, sangat indah.

May hampir kehabisan amunisi, uang dan harapan. Ia ingin menyerah dan pulang. Mungkin bukan demikian jalannya, may hanya perlu menunggu, lelaki itu datang lagi saban bulan. Namun di titik kepasrahan itulah,  Tuhan menuntun sebuah keajaiban dalam hidupnya. Seorang bapak paruh baya pengemudi ojek yang menyadari keputusasaan di mata May, menawarkan bantuan mencari alamat. Sepanjang hari mengelilingi kota itu. Hingga tibalah ia pada sebuah komplek perumahan mewah. May tidak pernah melihat rumah semegah ini di desa. Kalau saja May tak melihat sosok laki-laki itu di balkon lantai dua, ia tak akan memercayai kalau ia telah menemukan alamat yang tepat.

Lelaki itu tampak sedang bercengkrama dengan seorang perempuan dan satu sosok gadis kecil yang cantik.

May melambaikan tangan, berharap lelaki itu melihatnya. Kemudian menghampirinya dengan perasaan terkejut sekaligus bahagia
  Lelaki itu melirik lambaian may, memanggil seseorang untuk membuka pagar, gerbang tnggi itu dibuka oleh seseorang. May mengutarakan niat ingin menemui tuan rumah.
  "maaf dik, tuan dan nyonya tidak buka lowongan untuk asisten rumah tangga lagi"
  Sekeras apapun may menjelaskan tujuannya untuk menemui lelaki itu perempuan yang menghampirinua tetap menyanggah
  "Kalau sedang menghabiskan waktu dengan keluarga, tuan tidak bisa diganggu dik, kamu cari di tempat lain saja, semoga ada lowongan".

Muara Tebo, Maret 2021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar