Selasa, 09 September 2014

Renungan dan Pasang Surut



Aku tak tahu apa tujuanku menyimpan rasa? bukankah cinta tak perlu punya tujuan? ia hanya mengalir mengikuti arus yang ada. Arus yang membawanya pada sebuah muara.
Dan perasaan ini kemudian pasang surut. Pasang ketika semua waktu tersita hanya untuk memikirkanmu sedang apa, Dan kemudian surut ketika aku mencoba berpegangan  erat pada realita. 

Bahkan perasaan ini semakin konyol, absurd, dan tak wajar. Karena begitu banyak alasan masuk akal yang membuat rasa ini seharusnya tak ada, tak tumbuh mekar tanpa peduli musim. Tapi bukankah kadang cinta memang tak masuk akal?

Aku tak punya apa-apa. Apapun yang bisa membuatmu menoleh, mengingat,  apalagi mengenang. Semua hanya pertemuan sederhana dalam lingkaran dan dimensi waktu yang telah diskenariokan Tuhan. Dan begitu episodenya berakhir. Maka terpisahlah semua, terlepaslah apa yang sebenarnya belum sempat dan belum mampu kuikat. Benang merah kau dan aku.

Aku mencarimu. Sungguh mencarimu. Bahkan kau masuk dalam mimpi-mimpiku. Tapi apa yang bisa kubuat? Kita memang berpisah. Sampai akhirnya kita dipertemukan lagi dalam arti yang berbeda. Oh tidak, mungkin hanya aku yang menemukanmu, karena kau tidak menemukanku.  Bisakah kau mengerti pertemuan semacam ini?  

Kulihat kau setelah sekian lamanya dan  kau mulai bermetamorfosa. Metamorfosa yang mencengangkan. Dan rasa yang kukira gugur, kini terburai kemana-mana.  Aku mungkin juga bermetamorfosa. Tapi metamorfosa kita berbeda, dan aku tidak pernah bangga akan metamorfosaku.

Belakangan ini, setelah disibukkan dengan hal-hal yang tak kumengerti tentang hidup. Perasaan itu pasang lagi, aku takut dia berubah jadi badai dan aku belum punya persiapan apa-apa menghadangnya. Kadang, kunikmati saja deburannya,  hingga tanpa sadar aku terjerat dalam kubangan yang aneh. Ya, sangat aneh. Tapi apa yang kumampu? Bukankah cinta memang selalu aneh? Sampai akhirnya aku sadar, kekonyolan ini harus dihentikan. Tak ada yang mungkin tentang pasang surut rasa ini, bahkan untuk dijadikan dongeng. Mungkin aku hanya terjebak dalam sikap obsesif kompulsif membabibuta. Kau tahu? Aku sungguh takut.

Bisakah kau pergi?  Bisakah kau redakan pasangsurut ini?  Karena mungkin pantaiku tak membutuhkan muara…

Yatt,
Di hari jadi seseorang, ditengah rasa yang konyol.
30 august 2014                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar