Senin, 15 Desember 2014

Hujan, Sayang

Hujan Sayang, hujan
Malam dingin dan semua diam
Hanya waktu yang berlari, Tanpa mau peduli
Kita melangkah di ruas jalan yang bercabang-cabang,
Meliuk-liuk menuju satu titik yang masih misteri
Masa Lalu sudah lewat, tinggal memori abadi, jika ingatan kita masih utuh

Hujan sayang, hujan
Kau tak bisa menghitung rinainya, begitupun aku
Tapi kita tahu, suatu saat hujan akan datang teduhnya
Bukankah begitu seharusnya? menjaga nyala api pengharapan dari tetes-tetes hujan

Hujan sayang, masih hujan
Kita pegang secarik kertas takdir kita masing-masing
Ada siklus pertemuan dan perpisahan,
Kita hanya perlu mengabadikannya,  lalu menjadikannya momentum
Setelahnya, terserah Tuhan

Hujan sayang, masih hujan
Tak lebat, tak gerimis
Gelap membalut tetesnya yang stabil
Malam berusaha menutup mendung
Diam saja diruangmu, Sayang
Biar hujan yang membantu melebur rindu

Hujan sayang, Hujan
Tanah basah, tunas mungkin bertumbuh,
Aku juga di ruangku, bersama baris-baris kata yang terlanjur tumpah
Kita sama, tapi dalam dimensi berbeda

Hujan sayang, hujan
Bermainlah dengan imajimu
Kalau-kalau kau bisa tersenyum, nanti beri aku satu,
Kubingkai dan kupajang senyum itu,

Hujan sayang, hujan


fitria_tee
ditengah malam hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar