Aku menatap keresahan di matamu, Keresahan yang kuhafal, raut muka yang selalu terpeta
dibenakku.
Kau tersenyum, tapi kutahu senyum itu palsu,
Kita sedang menanti hidangan makan malam, ditemani sepasang
lilin mungil dan peralatan makan.
Candle Light Dinner bersamamu yang selalu kumimpikan
Romantis kelihatannya, Namun tidak yang kurasa
Gestur wajahmu seolah menyampaikan bahwa kau tak apa, bahwa
kau bahagia dengan kita disini
Tapi tahukah kau? Aku lihai membaca wajah.
Sungguh,
Sungguh kutahu ada
yang ingin kau pastikan,
Ada yang ingin kau nyatakan padanya yang mungkin sebentar
lagi boarding di bandara.
Ada yang ingin kau utarakan padanya yang mungkin juga
setengah mati berharap kau datang mencegat keberangkatannya
Bukankah kita janji untuk saling terbuka, untuk saling
jujur?
Lalu mengapa kau diam dan mencoba berdrama seolah
skenarionya memang candle light dinner yang sekarang kita lakukan?
Bukankah dalam perjanjian itu tidak ada catatan bahwa jujur
itu harus tak menyakiti?
Tak perlu kau sembunyikan
Skenarionya adalah, kau harus meninggalkan aku beserta
lilin-lilin ini lalu secepatnya menyusulnya ke bandara
Kusentuh tanganmu, dingin, seperti darah tak lagi mengalir
disana,
Kutatap bola mata kecoklatan yang selalu membuatku jatuh
cinta
Kuutarakan bahwa kau harus pergi, kau harus mengutarakan
padanya, kalau bisa menahannya agak tak usah pergi bersama burung besi itu..
Sungguh ini tulus, sungguh dengan ini ingin kugambarkan keikhlasan
melepas,
Bukankah mencintai yang hakiki tak perlu sejalan dengan
keinginan memiliki?
Aku mencintaimu, namun barangkali dia yang menunggu dengan keragu-raguan untuk
pergi lebih berhak atasmu.
Kuyakinkan kau,
Akhirnya kau beranjak dengan wajah sumringah, kali ini raut
wajahmu jujur.
Kau dekap aku sekilas dan berpaling pergi,
Menyusulnya, mengutarakan sesuatu yang ingin selalu kudengar
itu untukku.
sekarang aku hanya perlu memetakan dekapan palsumu tadi
dalam benakku, meski itu sejenak
Bahkan sesuatu yang palsu itupun kini begitu berharga.
Hidangan kita datang.
Kali ini aku juga harus akan menghabiskan hidangan
kesukaanmu, tentu tanpa nyala lilin.
Sepasang nyala lilin ini harus padamkan
Seperti cinta yang kupunya.
Yatt, 2 apr’14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar