Rabu, 28 Februari 2018

Review Film Dangal (2016) : Kisah Gulat dan Wonderwomen India yang Menginspirasi


"Mengekarkan tubuh, belum tentu jadi pandai bergulat" Mahavir Singh Phogat-

Halo Movielover,  habis nonton film apa nih? Kalau bioskop-bioskop tanah air kayaknya lagi diramein film-film bergenre romance edisi valentine. Atau kamu-kamu masih menderita demam Dilan 1990 yang hype nya nyaris nggak pernah habis? Kalo saya sudah membelot ke Negeri Hindustan dan kembali melahap film-film Bollywood. Kemaren-kemaren habis nonton 'Dangal'. Bukan film baru sih, tapi karena personally,  bagus pake banget,  akhirnya muncul keinginan untuk mereview. Yuk,  Cekidot.

Dangal merupakan film berthema olahraga gulat yang diluncurkan Aamir Khan Production bekerjasama dengan Disney akhir tahun 2016 silam. Meskipun beberapa bulan sebelumnya,  Bollywood sudah diramaikan dengan film berthema serupa (Sulthan,  yang diperankan oleh Salman Khan), namun Dangal kabarnya, tetap mampu menarik jutaan penonton berbondong-bondong menyaksikannya.

Karya Bollywood satu ini merupakan film biopik yang mengangkat kisah hidup seorang mantan pegulat india bernama Mahavir Singh Phogat (diperankan oleh Aamir Khan) serta perjuangannya mengantarkan kedua putrinya Geeta Kumari Phogat (Fatima Sana Shaikh) dan Babeeta Kumari Phogat (Sanya Malhotra) ke puncak kesuksesan sebagai atlet gulat wanita yang berprestasi di kancah internasional. 

Film dibuka dengan tuturan kisah hidup Mahavir muda yang mau tak mau harus meninggalkan dunia gulat dan menerima tawaran sebagai pekerja kantoran lantaran berkarir sebagai atlet gulat tidaklah menjanjikan secara finansial.  Tak hanya sampai disitu,  Mahavir juga terpaksa melupakan impiannya untuk mengharumkan nama tanah air karena selama karirnya sebagai atlet nasional ia tidak sempat menyumbangkan medali emas untuk negeri hindustan tercinta. 

Mengubur impian besar yang sudah mengakar kuat tidaklah semudah itu. Mahavir yang merasa terlambat untuk menggapai impiannya kemudian memiliki niat melungsurkan cita-cita tersebut kepada penerusnya.  Ia bertekad, apapun yang terjadi, kelak putranya harus menjadi atlet gulat seperti dirinya dan meneruskan impian masa lalunya untuk menyumbangkan emas kepada negara. 

Namun, sangat disayangkan,  meski berbagai usaha telah dilakukan oleh Mahavir untuk mendapatkan anak lelaki,(termasuk ritual-ritual tidak masuk akal yang dianjurkan warga desa), keempat anaknya terlahir perempuan. Mahavir sempat putus asa,  dan memilih kembali mengubur impiannya untuk selama-lamanya,  sampai terjadilah sebuah insiden yang melibatkan putri pertamanya, Geeta serta putri keduanya, Babeeta. Setelah insiden itu Mahavir mulai menyadari bahwa darah gulat tidak berhenti pada dirinya melainkan mengalir ditubuh kedua putrinya tersebut.  Setelah insiden tersebut,  akhirnya Mahavir membuat keputusan yang cukup kontroversial pada masa itu yaitu mulai mendidik kedua putrinya untuk menjadi pegulat profesional.

Usaha mahavir tidak semudah yang dibayangkan. Demi mendidik kedua putrinya menjadi pegulat, ia seakan-akan melawan satu dunia. Di desa kecil di daerah benama Haryana yg konservatif itu, perempuan bergulat merupakan hal yang aneh dan tabu. Namun Mahavir seperti tidak peduli,  Dengan tentangan berbagai pihak, cemoohan dari warga desa, serta keterbatasan dana,  Mahavir kekeuh pada keputusannya untuk kembali merebut impiannya yang sempat terkubur, mengantarkan kedua putrinya merengkuh medali emas untuk negara melalui gulat.  

Review :
Bagi pecinta film bollywood, tentu tidak asing lagi dengan aktor senior Aamir Khan. Nama besarnya seolah menjadi jaminan akan kualitas sebuah karya layar lebar yang sayang untuk dilewatkan. Ditambah lagi,  beberapa tahun terakhir, beberapa film jebolan rumah produksinya meraih apresiasi yang positif dari para kritikus dan penikmat film. Sebut saja Taare zameen phar (2007) yang mengharu biru itu. Kalau kamu terhanyut dan terhibur selama menyaksikan keseruan Three Idiot (2009), PK (2014), dan bagaimana menegangkannya Ghajini (2008) dan Thalaash (2012), maka Dangal adalah Salah satu karya Aamir Khan lainnya yang sangat sayang untuk dilewatkan. 

Di belasan menit pertama, Dangal sudah sangat mencuri perhatian, penonton diajak larut dalam keseharian Mahavir, Sang mantan pegulat, nun jauh di salah satu desa kecil di India sana. Meskipun telah lama meninggalkan arena gulat, namun gulat tidak pernah benar-benar hilang dari hidupnya,  sepulang bekerja biasanya ia masih sering menyaksikan pertandingan gulat jalanan di desanya atau di desa sebelah pada masa itu.  

Meskipun jalan cerita Dangal menggunakan alur maju yang sangat sederhana.  Pengisahan mengalir lancar dengan plot yang padat berisi. Di seperempat awal film,  tiap menitnya,  penonton disuguhkan aktivitas Mahavir melatih kedua putrinya, Geeta dan Babeeta dengan cara yang keras namun mengesankan. Atas didikannya lah,  Geeta dan Babeeta kelak bertranformasi dari sepasang gadis india biasa menjadi atlet gulat yang tidak hanya tangguh di arena gulat namun juga teguh pada prinsip, berprestasi dan mandiri.  Sesuatu yang agaknya langka di sebuah negara bernama India pada masa itu. 

Lantas apa kelebihan film ini dibanding film berthema olahraga lainnya? Yang saya tangkap,  Dangal, dalam penuturan kisahnya,  tak segan-segan menyelipkan sentilan sentilun bahkan sindiran terhadap realitas sosial yang senantiasa terjadi di negeri itu, semisal sistem feodal yang dianut masyarakat setempat bahkan lingkungan sosial yang sangat kental akan budaya patriarki. Meski tidak sesensitif isu sosial yang diangkat PK (2014), Dangal dengan cara tersendiri,  secara tidak langsung mengumandangkan Women Empowerment, pesan-pesan  kesetaraan gender serta mengkritisi budaya patriarki yang masih kental di negeri tersebut. Ditengah plot yang padat berisi itu pula, Dangal senantiasa mengutarakan ke publik problema dunia olahraga yang selalu diderita oleh negara-negara berkembang (termasuk indonesia,  mungkin? ) yaitu perihal rendah kesejahteraan para atlet dan masalah bebagai federasi olahraga yang telah lama disusupi budaya korupsi.  

Kelebihan Dangal lainnya adalah jajaran pemain dari departemen akting yang masing-masing menampilkan kemampuan olahperan terbaik mereka.  Meski banyak diisi oleh wajah-wajah baru. Pemain-pemain baru debut ini mampu menunjukkan kualitas acting yang patut diapresiasi. Menonton tiap scene fighting mereka di arena gulat membuat penonton yakin bahwa mereka seakan-akan atlet gulat sungguhan. Demikian pula  dengan scene-scene gulat yang ditampilkan, selalu seru, menegangkan,  dan mengikat atensi penonton. Saya yang tidak terlalu suka serta tidak tahu-menahu dengan combatsport yang satu ini pun dibuat larut dalam pertandingan demi pertandingan gulat tersebut. 

Yakinlah, durasi panjang ala film-film bollywood yang terkadang boring, tidak berlaku di film satu ini. Dangal mampu menjaga ritme film menjadi tidak membosankan dan tetap menghibur. Disamping itu, meski bercerita tentang gulat,  film ini tidak hanya bisa dinikmati oleh para pecinta gulat saja melainkan oleh seluruh lapisan penonton penyuka genre apapun. 

Akhir kata, lima bintang untuk film bollywood satu ini. Lima bintang untuk Aamir Khan yang selalu selektif memilih peran, selektif memproduseri sebuah karya layar lebar serta total dalam berakting.  Harus diakui,  Aamir Khan adalah salah satu aktor terbaik yang dimiliki industri perfilman india. Dan makin kesini, Bollywood makin cemerlang saja.  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya,  nggak cuma produktif secara kuantitas,  tapi juga baik secara kualitas. Dangal sudah membuktikannya. Sangat inspiratif, penuh energi,  mengharubiru, serta membangkitkan semangat positif. Banyak pesan moral dan nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik dari karya satu ini. Sangat recommended sekali. Percayalah,  rekam jejak sang bintang, Aamir Khan yang menjanjikan itu tidak akan mengecewakanmu. 

Sekali lagi,  selamat menonton. 

Iyatt
28 februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar