Dermaga ini adalah saksi bisu. Saksi
bisu aku menunggu hadirmu kembali. Meski tak tahu kapan kau ‘kan berlabuh,
namun dermaga selalu jadi batas penantianku.
Tak perlu kau tahu bagaimana sepinya
menunggu. Tak perlu kau tahu seberapa berharapnya aku pada pertemuan kembali.
Mereka-reka nafasmu yang terbawa angin laut ke dermaga menjadi kesenangan
tersendiri bagiku yang kesepian.
Sendiri itu menenangkan. Sendiri
selalu membuat waktu memuai panjang. Memberiku ruang berkisah dengan batin
sendiri. Tapi bukankah terkadang
berjalan beriringan denganmu menjadi lebih indah daripada sendiri itu. Karena
itulah aku menunggu, menunggu kau pulang. Menunggu kau menjejakan kaki di
dermaga ini.
Senja di dermaga masih sama meski kau
tak ada. Mega merah masih merona di wajah senja. Tapi senja di dermaga yang
tanpamu adalah hampa yang tak terlukis. Hampa yang menggaung pada hamparan
langit. Hampa yang menguar dalam hawa mentari yang kan tenggelam.
Mudah saja bagimu pergi, mengarungi
hamparan lautan ini yang tepiannya masih membuat kita bertanya. Bukankah aku
tak mampu menahanmu? Kemudian aku di dermaga ini. merelakanmu dipeluk mesra
ombak, dibelai angin laut yang sungguh membuatku cemburu.
Penantianku selalu terasa panjang,
membuatku mengakrabi waktu agar sedikitnya membunuh rindu. kau lagi-lagi tak
perlu tahu rinduku telah memenuhi dermaga ini.
dan langkah-langkah kakiku yang sepi ini mulai lunglai. Setiap waktu
diterpa halimun yang membutakan pandangan. Aku selalu berharap dibalik buram
halimun itulah kepulanganmu.
Aku tak ingin asa merenggut
penantian panjangku. Aku tak ingin menyerah. Bersamamu adalah balas tunai
segala sepi yang tak lagi peduli. Tapi hadirmu lama-lama tak ubahnya ilusi. Dan
ilusipun masih harus kupercayai.
Kalau kau kembali senja ini,
percayalah aku masih di dermaga. Percayalah aku akan melihatmu dan menyambutmu.
Tak apa kau terlambat, gelap tanpa purnama dan angin menusuk tulangpun takkan
mampu buatku undur diri.
Dermaga adalah rumah keduaku setelah
hatimu. Tempat yang selalu membagi rasa nyaman meski tak seutuhnya sama.
Kalau kau kembali, yakinlah aku
masih di sini. Ditepi batas ini. bukankah beriringan besamamu adalah keindahan
di akhir penantian ini
5 mei 2012
Fitria tee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar